Wajah lelah itu hanya menunduk, sambil tetap tersenyum. Aku tahu, kalimat yang dilontarkan oleh seseorang barusan begitu membebani perasaannya.
"Harusnya carilah teman (suami), biar tak lagi sendirian. Mungkin saja dengan demikian penyakit akan sembuh".
Sebuah kalimat penuh perhatian (barangkali), ketika melihat sahabat yang sudah sangat 'matang' masih hidup sendiri. Katanya 'peduli', tetapi tidakkah ada tempat yang sunyi untuk sekedar menasehati?.
Kucoba alihkan pembicaraannya, agar tidak diteruskan hingga membuat wajah pucat itu semakin terluka.
"Minta saja temani sama saudara, Aisyah..takutnya jika di rumah sendiri, lalu tiba-tiba pusingnya kambuh ga da yang tahu", sambil memegang tangannya kupilih kata agar gadis cantik ini tak lagi menunduk. Aku berharap dia paham arti genggaman tanganku lewat bahasa kalbu, " sabar ya, kawan". Ku lihat dia tersenyum, cahaya kembali membinar di bola mata perempuan berjiwa kuat ini.
Engkau cantik kawan, sholehah dan baik budi. Jika saat ini separuh Dien belum tersempurnakan, itu bukan salahmu. Akan ada saat yang tepat dengan skenario spektakuler yang Allah siapkan. Rasaku membatin.
Entah 'semangat' dari mana, yang tadi berceloteh kembali menimpali.
"Beneran, jika sudah ada pasangan, jadi yang nyesek di kepala bisa keluar", sambungnya berapi-api.
Astaghfirullah..
Ingin kumenimpuknya dengan bantal yang ada didekatku, biar ia diam dan tak lagi mengeluarkan kalimat yang sangat tidak sesuai dengan situasi dan kondisi.
***
Skenario hidup manusia itu berbeda-beda. Ada yang lancar jaya bahkan terlihat tanpa halangan. Pendidikan lancar, setelah wisuda langsung kerja, ga berapa lama berselang lalu ketemu jodoh. Sebulan menikah langsung hamil dan ditahun pertama pernikahan sudah punya anak. Ada juga yang tersendat-sendat, tapi tidak di semua bagian pastinya. Bahkan ada yang tertatih-tatih hingga letih. Tetapi tahu kah kita?, semua yang dijalani tak pernah luput dari pengamatan-NYA.
Dia, Allah yang Maha Kuasa, tak pernah tidur, tak pernah bosan mendengar rintihan-rintihan hamba-NYA. Kasih sayangnya tiada batas. meski terkadang kita selalu bertanya "kenapa?". Padahal Allah yang Maha Tahu, segala yang terbaik untuk kita.
Heeeiii!
Anda siapa?
Menceramahi, melukai, merasa paling tahu?
Sampai dimana pengetahuanmu tentang perih yang menyembilu?
Sampai dimana engkau tahu setiap kegalauan yang menyiksa itu?
Tahukah engkau secara detail permasalahan yang berjibaku?
Jangan tambah lagi luka di hatinya.
Jangan lagi bebani dia dengan pertanyaan-pertanyaan tak perlu,
Cukup doakan, atau bantulah dalam senyap.
Karena tentang iman, Allah penilainya.
*Bersama Lembayung, Padang 110816