Tentang Perjalanan

"Hidup adalah tentang sebuah perjalanan, dimana seseorang yang diam menetap tidak akan bisa berkembang sedangkan yang berpindah-pindah selalu mendapatkan kejutan dari sang pencipta yang membuat kita berbeda dari orang lain."

Tentang Kehidupan

"Jangan takut oleh kemarahan orang sehingga kita takut berkata dan bersikap jujur."

Tentang Kesungguhan

"Ketika kamu lelah dan kecewa, maka saat itu kamu sedang belajar tentang kesungguhan."

Tentang Kebijaksanaan

"Orang bijak menemukan kebijaksanaannya melalui kerasnya kehidupan."

Tentang Kesabaran

"Sejak kita menginginkan kebahagiaan dan kesuksesan, sejak itu pula kesabaran menjadi kewajiban kita."

Kamis, 31 Maret 2016

Selamat Hari Lahir, Riesa...


Namanya Riesa Ismail, seorang gadis manis dan enerjik. Kami belum kenal lama, baru komunikasi via media sosial. Tapi kok rasanya langsung akrab...hehe. Mungkin inilah bedanya orang lapangan dengan kantoran. Kalau ngomong ga pake jaim, jadilah berasa ringan dan mengalir. Setidaknya demikianlah komunikasi yang tercipta didunia peeODOPan, yaitu sebuah komunitas orang- orang yang pengen banget jadi penulis, hingga bela-belain nulis setiap hari sebagai latihan. seperti kata orang, bergaul dengan pedagang minyak wangi jadi kebawa wangi, jadi mudah-mudahan saja ketika bergaul dengan teman-teman di ODOP suatu saat beneran jadi penulis. Aamiin..

Eeeepsss, tadi kita bicara tentang Riesa kan?, Dianya kemana ya ?. Marisaaaaaa....pulang, nduk...Hehhe.

Jadi begini, tadinya saya tidak tahu nih, Riesa itu orang awak. Nah, setelah ngobrol via WA, ketahuan deh. Ternyata Riesa itu kampungnya di Pasaman. Hmmm, sekitar berapa kilometer ya dari Kota Padang ?. Kurang tahu juga, tapi yang pasti menurut saya Riesa adalah gadis pemberani, gigih serta memiliki semangat juang yang tinggi. Lho ?, kok tahu ?, katanya baru kenal ?

Jadi kalo Anda tak percaya, stalking aja . Seorang gadis, merantau jauh2 ke Alor Ternate dan mengabdi disana untuk memberi pencerahan pada generasi. Keren ga tuh ?. Ga banyak lo..yang suka kerja pengabdian seperti ini. Ngeliat senyum anak-anak disana pasti senengnya luar biasa ya, Sha ?. Riesa itu terbukti gigih ketika berkali-kali ga lulus tes kuliah ikatan dinas, tapi tetep aja bersemangat. Buktinya, sekarang Riesa dah memiliki segudang pengalaman di  Kementerian Perhubungan. Perjalanan hidup yang seru pastinya. 

Tadi saya baru tahu, klo hari ini Riesa berulang tahun. Rupanya hari lahir Riesa bertepatan dengan tanggal presmian Menara Eifel. 31 Maret 1889 klo ga salah. Uni doakan, semoga Riesa bahagia dunia akhirat dan selalu bersemangat. Seumpama Menara Eifel, meskipun posisinya agak miring, tetapi kokoh dan dikagumi semua orang..haha..apaan sih ?...kok menara ?. hehe Baarakallah ya, Sa....
Salam buat anak-anak Alor. Tapi jangan lupa Ranah Minang ya...Rumah Gadang maimbau..*


Rabu, 30 Maret 2016

Perempuan di Ambang Batas


" Kenapa bukan suami ibu yang mengambil obat?, biasanya dia bisa datang sendiri bukan?" tanyaku pada ibu yang membawa resep ke apotik. Wanita ini menghela nafas. Berat sekali. Kelihatan seperti ada beban berpuluh-puluh kilo menghimpit dadanya. Kubiarkan dia diam sejenak, dari mimik wajah paruh baya dengan garis-garis halus yang mulai membanyak diwajahnya ini bisa kubaca, dia ingin bercerita. Tapi sepertinya disini tidak tepat, karena ada pasien lain yang sedang mengantri. " Sebentar ya, bu..saya ambilkan obatnya dulu. Silahkan ibu duduk diruang tunggu, nanti saya panggil ", jelasku memecah lamunannya. Serta merta wanita ini mengangguk cepat, dan langsung menuju kursi yang berjejer didepan apotik. 

Kubaca resepnya, meskipun sebetulnya sudah hafal. Ada tiga macam obat rutin yang harus diminum oleh suami ibu tadi. Chlorpromazin, Haloperidol dan Triheksilfenidil. Ya, Obat untuk pasien dengan gangguan jiwa. Biasanya bapak As* mengambilnya sendiri, meskipun datang dengan wajah dingin dan tatapan kosong. Siapa saja yang melihatnya pasti tahu kalau orang ini tidak "stabil". Tetapi hari ini sepertinya ada "masalah", sehingga istrinya yang kesini. 

"Bapak As.." panggilku. Bergegas Ibu Wit* yang tadi kusuruh menunggu mendatangi. Setelah dijelaskan tentang aturan pakai obat untuk suaminya, tanpa kuminta ibu ini bercerita. " Kemaren dia mengambil begitu saja motor orang dikedai, bu..lalu dibawanya pulang. Saya heran dia bawa motor siapa. Setelah sampai dirumah dia langsung kekamar, dan membiarkan motor itu terparkir didepan rumah. Tidak lama setelah itu orang-orang kerumah kami, menceritakan kejadian di kedai. Saya persilahkan mereka mengambil kembali motor itu, setelah saya benar-benar minta maaf. Untunglah semua mengerti Sebetulnya keluarga suami juga sudah kasihan pada saya, bahkan meminta untuk meninggalkan suami saya saja, dari pada menjadi beban.Tetapi saya tidak mau, bu..bagaimanapun dia adalah ayah dari anak-anak saya. Dulu ketika kami menikah, suami saya baik-baik saja.". Kisah ini di ceritakannya dengan mata berkaca-kaca. Jika tidak ditahannya, bulir bening yang sudah menganak sungai di sudut matanya pasti jatuh mengalir. Wanita tegar, batinku. 

Kupegang punggung tangannya. "Ibu yang sabar, ya..setiap orang punya ujian hidup. Dan Allah pasti sudah mengukurnya. Ibu wanita kuat, Insyaallah akan bisa melewati semua ini. Saya doakan semoga suami ibu cepat sembuh. Yang penting obat ini harus diminum teratur, Jangan terputus. jika habis, ibu bisa berkonsultasi lagi dengan dokter disini", paparku. Susah payah kuungkapkan kalimat ini, mengingat ujian berat yang dipikulnya. Mendampingi lelaki dengan gangguan jiwa tentu berbeda dengan yang mengalami sakit lainnya. Penyakit seperti ini tidak saja menjadi beban lahir, tapi juga batin. Malu, pasti ada terlintas didada. Apalagi ketika yang sakit tersebut tiba-tiba mengamuk, betapa kawatirnya yang mendampingi. Belum lagi beban ekonomi yang ditanggungnya. Ah, ibu. Semoga Allah menguatkanmu, lirihku berdoa. 


***

Ibu Wit datang lagi. Kali ini dia sendiri yang berobat. Tapi anehnya, tanpa babibu, dia menangis sambil menyerahkan resep. "Ibu kenapa?", tanyaku heran. Kulihat tangannya gemetar. Sedikit pucat. "Sepertinya semua orang mulai bosan pada saya, bu..muak melihat saya" katanya tergugu.
"Lho, kok ibu merasa begitu..ga ada yang bosan sama ibu. Mungkin itu perasaan ibu saja"
"Iya, perut saya nyeri..tiap malam demam. Makanya saya kesini", sambungnya. 
Aku tersenyum. "Sudah, ibu jangan berfikiran seperti itu. Ibu minumlah obat ini. Hilangkan semua prasangka ibu. Nanti ibu makin sakit", hiburku. 
"Iya, bu..saya lelah", katanya. Saya sangat mengerti dengan kata "lelah" itu. kelelahan lahir batin. 

***

Seminggu setelah itu. Aku sibuk mengecek Surat Bukti Barang Keluar dari Gudang Farmasi. Kerja Apoteker itu memang lengkap. Tidak hanya melayani, tetapi juga harus memanstikan manajemen obat terkelola dengan baik. Tiba-tiba sayup kumendengar suara wanita menangis dan sedang dihibur oleh temanku. Kali ini bukan sekedar menangis, tapi juga menceracau dan mengumpat. Dari jauh sudah bisa kupastikan, itu ibu Wit. Aku tak sempat mendekatinya karna sedang sibuk sekali. Tapi hati kecilku berbisik, wanita ini sedang "diambang batas", karna beban hidup yang bertubi-tubi. Betapa dia butuh didampingi, jika tak ingin sesuatu yang tidak diinginkan terjadi padanya. Allah, kuatkan istri setia ini, bakti pada suaminya luarbiasa, doaku sambil tetap fokus pada SBBK. 


*Hanya nama samaran





Selasa, 29 Maret 2016

Balada Topi Bola Orange



" Jadi atribut yang harus kalian pakai adalah : satu ! Pakaian hitam Putih, bawahan Hitam, baju Putih ga boleh kaos. Harus Kemeja. Dua ! Pakai Kalung yang terbuat Jengkol. Tiga ! Pakai Topi yang terbuat dari bola bewarna kuning, dikasih tali. Empat. Tidak ada yang bawa tas, Pakai kantong kresek. Semua atribut harus dipakai dari rumah. Jam 6.30 harus sudah berada dilapangan. Ingat ! jangan terlambat", jelas pemuda gondrong ini. 

Masyaallah, aku bergidik. Kenapa semua yang berada disini terlihat begitu menyeramkan. Di kampus berlokasi dekat perbukitan inilah aku terdampar. Kulirik jam tangan. jarum panjang diangka 10, jarum pendek diangka mendekati empat, kata guru SD ku dulu itu berarti jam empat kurang sepuuuuu...luh. Pintaaaaar...

"Bisakah dikumpulkan semua atribut gila itu dalam waktu singkat?" batinku. Ga apa-apa. Bismillah...dari kampus menuju pasar raya Padang. Ini tantangan biasa. Apalah artinya dibandingkan kebahagiaanku bisa masuk kampus keren ini. 

Keliling pasar, semua sudah lengkap kecuali topi bewarna kuning. Kenapa kuning ?, ya karna bendera Fakultas MIPA kuning. Biar semakin menjiwai katanya. Kembali ku teringat seringaian dan suara menggelegar senior fakultas tadi. Sempat fikiran nakal ku berkeliaran, " benerkah mereka mahasiswa disini ?, kenapa ada yang brewokan begitu ?". Pertanyaanku baru terjawab setelah masa yang indah untuk dikenang tetapi tak ingin diulang ini terlewati. Rupanya para senior sengaja selama libur panjang membuat penampilan seseram mungkin. Dan kembali tampan dan rapi setelah masa ospek selesai. Hehehe...kamu tertawa?, itu artinya masa ini memang asyik untuk dikenang.

"Pa, katanya harus topi warna kuning, tapi tadi dicari-cari ga ada. Adanya warna putih, coklat dan merah" keluhku. 
"Beli saja yang putih, nak. Nanti Papa cat", kata papaku.
"Memang papa ada cat kuning?" tatapku serius. Papa masuk kedalam, dan keluar membawa sekaleng cat minyak. 
"Ini kan warna orange, Pa" sambutku.
"Ga apa-apalah, lagian sudah malam begini kemana akan kita cari" jelas lelaki 43 tahun ini. Diam-diam aku semakin bersyukur memiliki ayah seperti papa. Perhatian beliau full. Tak sanggup kumelukiskan betapa besarnya kasih papa pada ku. Beliau pintar, kata orang aku mewarisinya. Benerkah?

" Baiklah, Pa..kita cat saja" jawabku sambil ketawa. Alhamdulillah..kalung dari kulit jengkol, kantong kresek, pakaian lengkap sudah. Besok ku harus bangun pagi-pagi. Jangan sampai telat.

***

Setengah Tujuh kurang lima menit. Alhamdulillah. Tak terlambat. Pas. Langsung kuberlari menuju barisan mahasiswa baru yang telah duluan datang.

Mendengar instruksi, dan perintah-perintah tak masuk akal. Tapi masih dalam batas wajar. Kadang ku tersenyum sendiri, ngeliat satu persatu temanku dikerjain. Lihat Riki. Mahasiswa sejurusan denganku dari Palembang itu. Tiba-tiba disuruh  berdiri ditempat agak tinggi, lalu diminta terus menerus berteriak..Dum..dum..dum. Berlagak seperti Tarzan. Haha..

Sejenak lamunanku buyar, ada senior yang memanggil lantang : "Kamu, yang topi orange kedepan. Ukur luas lapangan ini dengan sebatang korek api, anak eksak kan?, kamu pasti tahu bagaimana caranya". 
Wadduh..ini lapangan kan luas banget. Allah..kuatkan aku.

Tapi aku bersyukur, masih mending begini daripada disiram terasi atau disuruh merayap dan berbalik seolah-olah menembak musuh dengan pistol dari telunjuk dan jempol, atau makan telur rebus, dibuka dengan satu tangan dan dimakan dalam hitungan sepuluh.. Wuuuuueeek....bisa tersedak dan anyirnya ga tahan

"Gi, capek..kita kok dibeginikan ya?, seperti tak ada harga diri", keluhku saat pulang pada Yogi.
"Biar sajalah..memang ini yang harus kita lewati, toh tinggal dua hari lagi. Nikmati saja", jawabnya enteng. Asik..bersama Yogi dunia jadi terasa mudah. Sampai sekarangpun, ditujuh belas tahun persahabatan kami, Yogi masih begitu. Tenang dan menjalani segalanya dengan riang.


***

Hari kelima.

"Yang Topi Orange, kedepan..". Aku disiram

Hari keenam.

"Yang Topi orange, kedepan ". Dipasangin kacamata jengkol lalu harus menemui senior yang berada disana satu-satu sambil bilang " Uni..Uda, saya cantik kan?". "Uni..Uda, saya cantik kan?". Bisa dibayangkan betapa kelihatan bodohnya aku. ..hahaha

Seminggu topi orange mengukir derita indahku.



*Padang, 290316
  Mengenang kekompakan bersama, Papa.
  Selamat Hari Lahir, Pa..Love U









Minggu, 27 Maret 2016

521

Hening...
Dingin..
Bbrrrrr...

Teringat yang semalam..
Merasakan sensasi ratu..
Ketika gelas kelihatan kosong serta merta ditambahkan..
Piring kosong,  ada yang datang mengemasi..
Sedikit membungkuk, dan senyum lima senti..

Mari..
Iya, bu..
Silahkan..

Senyum mahal ini, Tuan..
Dibeli..

Adakah senyum murah ?
Ada !
Ketika bukan lagi menjadi ratu..
Di istana 521

Saat tiada yang mengikat dan memburai lagi..
Dan pada itu, senyum menggantung disuasana hati..






*GZH 280316





Sabtu, 26 Maret 2016

Family Gathering Ala Puskesmas Kurai Taji (Kesan dan Kenangan)


Slamat Sore Pemirsah..eh Pembaca Diary Asysyifa yang Saya Hormati..

Sejak kemaren, di FB berseliweran kan foto-foto Warga HC. Kurai Taji berkaos biru ?, mohon dimaklumi ya, karna kami memang sedang bersenang hati. Konon katanya nih..menurut pengamatan saya juga selama mengabdi disini, ada 2 cara mengumpulkan warga Puskesmas kami. Anda mau tahu ?..ssst, entar ya. Lah,. kok penasaran segitunya ya ?..hmm, ok..ok..saya kasih tau. Pertama dan utama sekali, marilah kita..eh, ko nyerempet ke mukadimah...:)). Maksudnya Yang Pertama : Acara Makan-makan...Yang Kedua Foto-foto. Siapa sih yang ga suka kumpul-kumpul dan makan-makan ?..saya paling suka. 

Jadi, kemaren itu kami sepakat ngadain acara Family Gathering. Rasanya sudah lama banget ga diadakan acara beginian. Kalo piknik sama keluarga masing-masing kita semua kan sudah sering. Itu sudah biasa dan jadi agenda rutin Tapi FG bareng teman-teman kantor beda sensasinya. Ada sensasi strawberry, sensasi anggur..wadduh, ngawur..itukan essence..:))

Nah, setelah rapat singkat tentang bentuk, konsep dan rute acara, akhirnya kami sepakati klo acara ga menempuh jarak jauh, cukup ke kota sebelah saja. Sebenernya sih..bisa saja kami ke Australia, Singapura atau Korea...tapi, ga deh, buat apa buang-buang uang ke manca negara, mending di Indonesia saja..(jiaaaah..gaya..boleh lah. Jangan percaya..jangan percaya..hahaha)


Kami, berangkat sekitar jam 8 Pagi menuju Minang Fantasi dengan bekal semangat 2016 ( eh, bukan itu aja bekalnya..banyaaak..ada Pop Mie, Kue Ulang Tahun, ada juga cemilan dan air hangat buat menyeduh mie..heheheh). Sampailah kita tepat waktu. Sebetulnya kehadiran anak-anaklah yang bikin acara kami ini seru. Ada Arkaan, Fatih, Dhira, Rais, Fathiya, Merry, Chelsea, Alya, Rafif, Ridho, Faras, Bintang, Aziz, Khira, Khifa, Iqwan...hmmm..siapa lagi ya ? Oya, ada sikembar tiga dan Putra jugaaaa....( ada nama anaknya yang belum disebutin?...maaf yaaa..Nte Helen perlu Cerebro*ort nih..hihi.)

Si Kembar 3, Uni-Kakak-Mbak (sampai sekarang Nte Helen ga bisa membedakannya)


Klo suami-suami siapa saja yang ikut ya?,  hmm,,suaminya Nova, suaminya Jeng Vivi Yu, Suami tercintah Ni Novia Hasra, Abang tersayangnya Ijuih Djustinelki (ada yang ketinggalan?)..


Hmmm, disana kami betul-betul happy. Bagaimana tidak ?, selain anak-anak yang ikut Lomba makan kerupuk dan mindahin bola..(hehehe..fatih Ummi dapat hadiah juga ya. ?..awas, siapa yang bilang Fatih curang..itu Kreatif namanya tante Ilas, buat apa mindahin bola satu-satu..mending tiga sekalian ya, nak ?..buang-buang waktu saja itu namanya. Panitia..panitia..anak kecil belum nangkap tuh aturan   wkwkwk..semua juga dapat hadiah kan ya..?..lagian Fatih menang di ronde kedua kan..? saat Fatih sudah bisa mindahin bola satu-satu. Ummi Protes!!!, hahaha), 


My Luphly Fatih, Lomba mindahin bola



 emak-emak juga ikutan lomba Pacu Karung dan Tangkelek (Stttt...Panitia, besok-besok sediain karung ukuran XXL ya..ga muat soalnya...xixixixi). 

satu...dua..tigaaaaa....


Ayo Faraaaas..kamu bisaaaa.....

Dan, puncak serunya adalah acara renang dan mandi-mandi. Hampir semuanya ikutan, setidaknya ikutan basah-basah dikit sebagai partisipasi. Yang paling semangat itu Mami Susan, berpindah dari satu kolam renang ke kolam renang lainnya. Satu-satunya yang tidak dinikmati adalah episode ombak, keburu berkemas karna siap-siap shopping ke Bukittinggi. 

Paling Depan jilbab Hitam adalah Ni Yanti Ufa, semangatnya membara..haha


Ketika Jam Gadang menjadi saksi kelak klo anak kami lah gadang-gadang

Ya, perjalanan selanjutnya adalah ke Bukittinggi. Disana para emak melampiaskan fitrahnya sebagai wanita. Belanja..hehe. Sampai dirumah masing-masing skitar jam 21.30 malam. Acara kami sederhana tetapi sangat berkesan.

Terimakasih Pak Ramadhani selaku Pimpinan yang juga ikut sampai acara selesai. Yang pasti momen ini tak kan terulang lagi, pun ketika nanti kita ngadain acara lagi, kenangannya akan beda. Terimakasih juga buat Mama En yang juga berkenan hadir. Acara makin semarak dengan kehadiran Mama. Nte Aulia, Nte Winda, Nte Iche, Nte Nelis dan Om Rian..makasih ya, udah semangat jepret-jepret kami. Menikmati momen itu penting, biar hidup ga ngebosenin. 


Have a nice weekend teman-teman. Semoga kedepannya kita lebih semangat dan kompak lagi












Kamis, 24 Maret 2016

ODOPers Keren didunia perODOPan Batch 1

Hai teman-teman, jumpa lagi di arisan blog ala anak-anak ODOP. Ini sudah minggu keempat ya ? Itu artinya sudah enambelas orang yang kebagian arisan. Hmmm...saya kapan, ya ?. perasaan untuk urusan kocok-kocok arisan, saya sering kebagian di ujung..hehehe. Pernah nih, ikut arisan dikampung. Dari 40 orang yang ikut, saya nomer 39...hahahah. Pernah juga ikut arisan di kantor, pesertanya dikit. Cuma 10 orang. tadinya saya fikir bisalah kebagian nomer 4 ato 5, tapi setelah dikocok, saya dapet no 9 , bray...huhuhu. Nabung aja skalian.

Ok, tanpa memperpanjang mukadimah. Kita masuk saja ke pokok bahasan kali ini. Nah, diminggu keempat ini, yang beruntung adalah:

1. Mbak Irma Sari :http://asapenazahra.blogspot.co.id/
2.Mbak sabrina     : http://memoar-random.blogspot.co.id/
3. Mbak Roma      : http://romapakpahan.blogspot.co.id/
4. Mas Aydi           :http://ceritafiksibelumselesai.blogspot.co.id/



Tentang tulis menulis, mungkin keempat orang ODOPers ini tidak dikategorikan sebagai pemula lagi. Karna semua tulisan karya teman-teman saya ini enak dibaca. Bahasanya mengalir dan mudah dipahami. Buka saja link diatas. Mbak Roma dengan Toples aksaranya. Beneran Toples. hehehe...sampai-sampai karna terinspirasi oleh tulisan tentang "Receh Untuk Buku", saya simpanlah uang receh dalam toples untuk mengaplikasikannya. Seru..hehe. 

Mbak Irma juga keren. Disela kesibukannya sebagai ibu, masih sempat juga nulis diblog. Semangat ya, mbak. Memang tidak mudah ber multi tasking, tapi mbak Irma pasti bisa !. Uuuupppss? ibu?, salah nih. Irma Sari teman saya ini belum ibu-ibu..heheh, tapi seorang gadis yang slalu smangat menulis. Jadi grup ODOPers batch 1 ada 2 orang Irma. Kalau nulis lagi ngantuk, pasti kebalik-balik deh..heheh. Yang pasti keduanya adalah teman-teman yang menginspirasi..

Mbak Sabrina. Saya ngefans sama tulisannya. Beneran. Setiap kali Memoar-Random muncul kepermukaan...heheh, slalu klik dan saya baca. Asiiiiik, pantaslah dirimu juara mbak, tulisan berkelasmu itu lho, bikin saya merindu menantikannya saban hari,,:)

Mas Aydi juga tak kalah hebat. Novelnya hampir saja rampung, saya selalu nih takjub sama yang bisa bikin novel. Secara saya masih saja meraba-raba..heheh. Kita akan berlomba-lomba bikinnya ya, Mas. Fastabiqul Khairat..

Pembaca yang budiman...
Eh, Pak Budiman ga ikut baca ya..

Baiklah, pembaca yang saya hormati dan menghormati saya. Marilah kita sama-sama saling menghormati. Karna Hormat menghormati adalah pelajaran adab yang mulia. Hah...apalah ini..hihihi..

Jika penasaran dengan tulisan ODOPers Keren yang saya sebutkan tadi. Buka aja link diatas ya...
silahkan blog walking

Telima Kacih...

Tiba-tiba cadel..hehehe




Ingin menjadi Pecinta Sejati ? Baca dulu buku ini.

Ga terasa, maret sudah diminggu keempat saja, itu artinya kita sudah melewati seperempat dari tahun ini. Waktu berlalu begitu cepat. Detik demi detik bergerak tanpa mempedulikan kita sedang diam, berjalan atau berlari. Tiada satupun teknologi yang mampu menghentikan bergulirnya waktu, meskipun sejenak. Pertanyaannya adalah : seberapa maksimalkah kita memanfaatkannya ?. Apakah hari-hari yang kita lewati penuh makna ? ataukah sekedar perjalanan hampa menyongsong mati yang tanpa aba-aba bakal tiba ? Entahlah, yang mampu menjawab tentu hanya diri kita.

Bicara tentang waktu, tiba-tiba teringat tentang ODOP yang belakangan memberi warna dalam hidup saya. Hari ini rasanya seakan tak percaya kalau sejak tanggal 11 januari saya sudah menulis lebih dari 50 tulisan. Meskipun mungkin tulisan tersebut biasa-biasa saja, tetapi ga masalah. Yang penting saya akan terus menulis mengasah kemampuan yang mungkin saja ada. 

Serial Cinta -Anis Matta

Sekarang, mari kita bahas tentang buku berjudul " Serial Cinta" karya Penulis kebanggaan saya, Ustadz Anis Matta. Buku ini berisikan tentang tiga kerangka cinta : tentang sumber energi cinta itu darimana, bagaimana mengelola cinta dan apa hasil cinta itu dari berbagai aspek. 

Buku yang terdiri dari 252 halaman ini adalah kumpulan tulisan serial cinta ustadz Anis Matta yang diterbitkan dimajalah Tarbawi. Dari buku ini tergambar bagaimana cinta dari perspektif yang lebih terhormat dan berdayaguna.

Menurut buku ini, cinta itu tanpa defenisi, bak angin membadai yang tak terlihat. Kita bisa merasakan kerjanya. Hanya dapat dirasa tetapi sangat dahsyat kekuatannya. Cinta itu adalah memberi, dan pemberian pertama dari pecinta sejati adalah perhatian. Selamanya memberi ?, ya. Dan mernerima adalah efek dari pemberian. Setelah memberi, pekerjaan kedua dari pecinta sejati adalah penumbuhan. Cinta adalah komitmen jiwa tentang bagaimana upaya untuk membuat orang yang kita cintai bertumbuh menjadi lebih baik. Sebagai pecinta tentu kita tidak hanya berhenti pada kalimat " Aku mencintaimu apa adanya". Tetapi harus berusaha bagaimana mengimajinasikan plot akhir dari perjalanan kehidupan sang kekasih. Tetapi ini bukan berarti mengintervensi, tepatnya adalah seorang pecinta sejati mampu menginspirasi sang kekasih, untuk meraih kehidupan yang lebih bermutu sesuai dengan potensi yang ia miliki.

Selanjutnya, tugas dari pecinta sejati menurut buku ini adalah, merawat cinta dengan kebajikan. Pertumbuhan tak akan permanen jika tidak dirawat secara permanen pula,jadi hubungan cinta yang mendalam hanya terjadi jika orang yang mencintai mengalami perbaikan yang berkesinambungan. dan kemudian pecinta sejati harus bisa melindungi dengan keberanian. Orang yang kita cintai harus merasa aman bila berada disamping kita. Melindungi jiwanya, raganya, masa depannya dan proses penumbuhannya.

Berikut saya kutip sedikit paragraf dari buku ini :

Pada sebagian dari tabiatnya yang paling murni, cinta menyerupai air. Air adalah sumber kehidupan. Semua makhluk hidup tercipta dari air. Air mempunyai mata dan selalu bergerak dari hulu ke hilir. Ia mengalir tak henti-henti. Ia bergerak tak selesai-selesai. Setiap sungai dan kali mengalir dan bergerak pada jalur-jalurnya. Tapi mereka semua bertemu pada satu titik, pada sebuah muara besar. Mata air. Mengalir. Bergerak. Tak henti-henti. Tak lelah. Tak selesai-selesai. Menuju muara. Muara besar. Hampir tak terbatas.

Subhanallah..

Sungguh, buku ini patut direkomendasikan dan layak dibaca siapa saja yang ingin menjadi Pecinta Sejati. Terlalu banyak makna dan setiap kalimatnya mampu menggugah jiwa. Karena untuk mencintai, seorang pecinta harus punya nyali. 

Selamat membaca. 










Rabu, 23 Maret 2016

My Lovely Day (Sekeping Doa dan Pelukan Hangat Mbak Asma Nadia)


Mata saya berbinar melihat share info dari seorang teman di facebook. Tertulis disana, dalam rangka LDK Fair 2016, STKIP PGRI Padang mengadakan seminar Nasional bertajuk " Merangkai Kata, Menggugah Jiwa". Bukan sekedar temanya yang membuat saya senyum-senyum seraya mengambil buku agenda dan pulpen yang setia berada didalam tas untuk menandai tanggalnya, tetapi lebih daripada itu. 

Jilbab Traveller "Love Sparks In Korea", Surga yang Tak Dirindukan, Assalamu'alaikum Beijing, Catatan Hati Seorang Istri, Emak Ingin Naik Haji, Rumah Tanpa Jendela dan buku-buku lain yang fenomenal, siapa yang tidak mengenal Penulisnya ?. Ya, bener! Asma Nadia. Saya harus hadir, Harus. Sejak dikampus saya "menggilai" tulisan-tulisan Mbak Asma yang slalu penuh makna ini. Saya seakan sudah dibawa kemana-mana lewat novel-novel keren beliau. Merasa ikut menikmati indahnya pemandangan diketinggian great wall  Beijing. baper ketika Ashima jatuh cinta dan sesengukan sedih saat Arini tahu telah dikhianati Pras. Hehehe..intinya, Mbak Asma Nadia bener-bener telah banyak memberi pelajaran secara tersirat lewat rangkaian kata yang luar biasa. Bagaimana mungkin saya melewatkan momen bertemu Penulis sehebat ini ?


Asma Nadia

Alhamdulillah, harinya tiba. Selasa, 23 Maret 2016. Saya sudah minta izin dari kemaren ga masuk kerja. Pagi-pagi sekali saya bersiap-siap. Memilih gamis dan jilbab coklat serta ransel merah kesukaan. Tak peduli apakah yang datang nanti rata-rata mahasiswa, atau saya satu-satunya peserta emak-emak sekalipun juga ga masalah. Yang penting hadir, blajar menulis dan ketemu mbak Asma Nadia. 

Bismillah..

Acara dibuka oleh pemateri pertama, Dodi saputra, Penulis Novel Bumi Mahakarya sekaligus Ketua Forum Lingkar pena Sumatera Barat. Hmm..usia kita terpaut 8 tahun, dek. Tapi kamu sudah punya 4 Novel dan beberapa antologi. Terlambat sadar saya. Harusnya menulis harus dipelajari dari dulu. Menua tanpa karya ? Jangan ya, Robb..sia-sia rasanya. Tak apa-apalah terlambat, yang penting semangat. 



Mbak Asma Nadia dan Saya

Diantara semua materi yang seharian saya dengar tadi, ada catatan penting yang membekas, landasan kenapa kita harus menulis adalah : QS. 96 ayat 1-5, QS 68 ayat 1-3. Surga terlalu mahal jika hanya dikejar dengan ibadah-ibadah rutin yang tak seberapa, dengan menulis tentang kebaikan berharap ada semacam ladang baru untuk mendapatkan pahala, insyaallah.

Sejenak hayalan buyar, acara telah ditutup, tiba-tiba nama saya dipanggil dan dipersilahkan kedepan. Wow, ternyata saya dapat doorprize. Bahagia banget rasanya. Mbak Asma Nadia langsung yang memberikan hadiahnya. 

"Doakan saya ya, mbak" sambil bersalaman saya berkata. Senyum Penulis hebat ini mengembang, cantik dan tulus sekali. Sambil memeluk hangat beliau lirih berucap, 
" Semangat, ya..Semoga Allah memberi kemudahan..salam buat teman-teman semua". 

aamiin..sambutku cepat. Allah...dengarkanlah..

Selasa, 22 Maret 2016

Equinox, Banjir dan Kepulan Asap Rokok Emak-Emak

Kabarnya kemaren tanggal 21 Maret akan ada Equinox, yaitu suatu fenomena astronomi ketika garis khatulistiwa dilintasi matahari. Menurut informasi berantai yang beredar, akan terjadi peningkatan suhu di Indonesia. Bahkan sampai 40 derajat celsius. Masyaallah, tidak dapat dibayangkan betapa panas dan gerahnya. 

Menyikapi info yang sedikit menimbulkan keresahan dimasyarakat ini, BMKG memberikan Penjelasan Kondisi cuaca pada saat Equinox 21 Maret 2016. Alhamdulillah, dari keterangan BMKG tersebut dinyatakan bahwa di Indonesia tidak akan mengalami peningkatan suhu secara drastis, hanya sekitar 32-36 derajat celsius saja. 

Ini di Padang. Ba'da Isya hujan deras tak henti-henti. Tidak saja mengguyur ibukota Sumatera Barat ini, tetapi juga kota dan kabupaten lain di ranah minang. Deras, sangar, gemuruh curahnya berjamaah menyirami bumi, membuat masyarakat sangat was-was. Tidur tak senyenyak biasanya. Siaga, waspada. Kalau-kalau air masuk ke rumah. 

Jika hujan sudah sederas ini, sudah bisa dipastikan akan terjadi banjir besar. Setidaknya pemandangan itu yang terlihat di Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman hari ini. Rumah, sekolah bahkan ada tempat-tempat layanan kesehatan yang terendam. Jembatan putus akibat arus air sungai yang sangat berenergi dengan balutan lumpur.

Sejumlah rumah penduduk terkepung. Mereka tidak bisa lagi bertahan, jika air sudah sedada orang dewasa. Sungguh ini bukan hujan biasa, tapi luar biasa lama dan derasnya. Seingat Saya, jika hujan dimalam hari sampai pagi hingga banjir, setidaknya keesokan hari telah reda. Bahkan masyarakat sudah bisa menjemur dan merapikan kembali rumahnya. Tapi ini tidak. Sampai sore hari hujan masih sangat lebat. Di sepanjang jalan dua kota dan satu kabupaten yang saya lintasi sepulang dari tempat kerja, terlihat genangan air, masih belum surut. 

Banjir di Kota Padang

Yang dikawatirkan panas, namun akhirnya kita kedinginan. Allah selalu saja punya kejutan yang harus membuat kita sadar akan kekuasaan-NYA. Ada yang unik hari ini. Meskipun hujan masih lebat, tapi tadi saya sempatkan mampir ke pasar. Sekedar untuk membeli cabe dan keperluan dapur lainnya. Sesaat terasa jengah melihat pemandangan di los cabe dan bumbu dapur. Beberapa orang emak-emak duduk berselimut  sarung sambil mengisap rokok dengan asap mengepul-ngepul. Terampil sekali jemari beliau yang saya perkirakan berusia 50 tahunan ini menjepit rokok. Sambil menyelipkan sebatang kretek diantara kedua bibir tipisnya, emak ini mengambilkan seperempat cabe goreng yang saya pesan. "Delapan belas ribu", katanya. Saya bayar sambil menyelipkan canda berbumbu senyum,
" Kalo Amak dingin, rancak buek teh angek lai" *. Lalu saya berlalu. Membiarkan si Emak menatap sambil melongo...


Padang,220316
Episode Pemandangan Gado2

*Jika Emak dingin, lebih baik bikin teh hangat









Senin, 21 Maret 2016

Beban Yang Tiada Berkesudahan

Tubuh ringkih itu tertatih mendekati kami. Sebuah baskom berukuran cukup besar dan kelihatan berat sekali diletakkan diatas gulungan kain panjang. Ia junjung dikepala. Kurus sekali tubuh ibu ini. Ku perkirakan usianya tujuh puluh tahunan atau lebih. Rambut yang sudah memutih ditutup dengan selendang seadanya, berbaju lusuh dan memakai kain sarung "jawo" yang benang-benangnya sudah kelihatan rapuh. 

"Beli lah tebu Amak, nak..sedari tadi belum terjual" lirihnya sambil berusaha menurunkan baskom berisi beberapa puluh bungkus tebu yang telah dipotong-potong. Buru-buru suamiku mengangkatnya. Ah, kecilnya tangan ibu ini. Tulang pipinya menonjol, hanya kulit yang membaluti tulang.

" Ibu mau, makan ?" tanyaku. 
"Makanlah bersama kami, biar  ditambah pesanannya", ajakku. 
Saat itu aku dan suami lagi makan malam. Pesan Pecel lele didekat sebuah taman. Makan malam romantis ala kami. Dinner without candle.

"Ndak..ndak, nak...amak sudah makan, sudah kenyang", jawabnya cepat sambil diiringi dengan gelengan kepala. Penolakan tersebut mengisyaratkan bahwa beliau tidak mau diberi. Jelas dari sorot matanya. Wanita tegar. 

Aku tahu ibu ini berbohong, lemes dan letih diwajahnya tak menggambarkan sedikitpun kalau beliau sudah makan, apalagi kenyang. 

"Beli tebu nya ya,nak..cuman seribu sebungkus", rayunya sambil mengambil dua bungkus tebu dan disodorkan kepada kami. Kuhirup nafas perlahan, senyumku mengembang. Duhai ibu tua, tubuhmu ringkih, tapi dirimu telah memberi pelajaran besar padaku. "Jangan pernah meminta-minta pada manusia". 

" Baiklah, bu..semuanya ada berapa bungkus ?, kami rame dirumah, nanti dibagi-bagi" timpal suamiku yang dari tadi cuma diam dan memperhatikan. Lelaki ganteng disampingku ini memang unik. Terkadang diam seribu bahasa, so wise. Tapi adakalanya juga suka bercanda ala komika. Kali ini, dia kembali mempesonaku.



Berfikirlah sebelum pergi


Seketika senyum ibu ini mengembang. Matanya melebar. kedua sudut bibir tipisnya yang tak lagi merah melengkung keatas. Sebuah kalimat terdengar jelas " Alhamdulillah..semoga rezeki anak amak bertambah", ujarnya. Dengan cepat kalimat toyib ini kami sambut, nyaris serempak : "aamiin..allahumma aamiin", tiga detik mata kami beradu pandang, layaknya tokoh kartun yang ada love-love merah keluar dari mata jika jatuh cinta. Aih...

Sembari ibu ini memasukkan tebu yang kami beli kedalam kantong plastik, iseng kubertanya,
" Kenapa ibu masih berjualan diusia setua ini, ibu masih sanggup ?"

"Mesti, nak" jawabnya cepat.
"Amak punya seorang anak perempuan. Suami amak telah lama meninggal. Sebetulnya anak amak sudah menikah. Harusnya amak sudah bisa hidup tenang tanpa beban. Tapi sekarang, suami dari anak amak pergi entah kemana, meninggalkan 5 orang anak yang masih kecil-kecil. Dia menghilang begitu saja, jangankan menafkahi, keberadaannya saja tiada kami ketahui. Anak-anak mereka luntang lantung. Anak amak sejak ditinggal tiba-tiba oleh suaminya, sepertinya tidak siap menerima keadaan. Dia putuskan merantau keluar kota, bekerja jadi tukang masak di kedai nasi orang. Berapalah uang bisa dihasilkannya. Dikirimpun tak cukup untuk biaya sekolah anaknya. Mereka berlima sekarang tinggal disini bersama amak. Makanya amak sekuat tenaga berusaha mencari tambahan. Selagi amak masih sanggup berjalan "

Mendengar penjelasan panjang lebar ini, sebuah fenomena yang sangat jarang terjadi padaku. Tiba-tiba selera makanku menguap entah kemana. Mungkin dengan mendengar kisah-kisah seperti ini bisa menjadi tips diet barangkali.

Reflek ku genggam tangan yang sudah sangat keriput ini. "Sabar ya, bu..jaga kesehatan ibu" lirihku . 
Dalam diam ku membatin : Sungguh ini beban yang tiada berkesudahan.





Jumat, 18 Maret 2016

Bola jadi Doa ?

"Selain kriteria utama, kamu punya kriteria tambahan tidak buat calon suami nanti ?"
Hmmm..klo bisa nih, aku pengen suamiku nanti bisa memainkan gitar, jadi kami kan bisa nyanyi bersama...hehehe"....
"Waaaah, so sweet..." sambutku spontan sambil menempelkan kedua telapak tangan dipipi dan menerawang keatas, menghayal.
"Klo kamu apa. Hel ?, ada jugakah ?" Ita tiba-tiba menepuk pundak yang membuat lamunanku buyar dan menguap. 
"Ada" jawabku lantang. "Aku mau suamiku nanti suka Bola. Cowok itu baru macho klo suka bola" jelasku. 

Itu adalah percakapan semasa kami gadis bersama teman-teman se kos. Setiap kali membahas tentang hal ini, kantuk langsung hilang. Gelak tawa membahana, saling melempar bantal jika ada yang kami rasa sangat menggelikan. Ah, masa lajang kadang seru juga untuk dikenang. Tapi ga mau ah diulang. Karna nikmat dihari yang sekarang tak tergambarkan.  

Alhamdulillah, ga berapa lama setelah itu, kami semua menikah. Masing-masing cuman berselang beberapa bulan. Kami dipertemukan Allah dengan lelaki kami masing-masing yang telah DIA janjikan. 

Pada saat bikin biodata ta'aruf, sama sekali tak ada kutuliskan kriteria tambahan yang sempat ku sebut-sebut sebelumnya. Yang paling ditekankan adalah sefikroh dan tertarbiyah. Sampai saat ta'aruf pun aku juga tak menyinggung tentang bola...hehehe.

Dikhitbah dan akhirnya akad nikah. Statuskupun berubah. Seorang Istri. Prosesnya sangat singkat. Hanya satu bulan saja. Kami hanya berjumpa tiga kali sebelum menikah. Saat ta'aruf, Khitbah dan Skrining di KUA. Telfonan langsung cuma satu kali. Pada saat, calon suamiku menanyakan mahar apa yang aku pinta. Selebihnya komunikasi diperantarai murobbi kami. Sempat temanku bertanya " kenapa mau menikah dengan lelaki yang tidak dikenal sebelumnya ?, tidak adakah keinginan untuk menyelidiki siapa dia ?. Saat itu tidak ada keinginan untuk melakukannya. Menurutku, tidak mungkin Murobbi ku memperkenalkan dengan orang sembarangan. Pasti beliau sudah tahu tentang track record seseorang sebelum memutuskan untuk "memproses" kami. Aku tahu siapa murobbiku. Sekian tahun ku dibinanya. Beliau bukan saja guru, tapi juga sudah seperti saudara kandung. Alhamdulillah, sampai sekarang kami hidup bahagia. Cinta kami bersemi ba'da akad. Sungguh Allah Maha Kuasa, tiba-tiba saja rasa cinta menelusup ke sanubari saat pertama kali kumencium punggung tangannya.



Ketika usia pernikahan kami satu tahun, aku semakin tahu klo suamiku sangat menyukai bola. Lemari pakaian kami yang tiga pintu, separuhnya dipenuhi oleh kaos bola. Uda ku, (demikian ku memanggil suami tercinta), takkan bergeming jika ku ajak bercerita saat lagi asyik nonton bola di depan televisi. Berbagai ekspresi terlihat saat Uda lagi serius nonton bola. Kadang mengepalkan tinju jika bola memantul dari tiang gawang hingga gagal gol, atau tiba-tiba memelukku saat klub kesayangannya mampu menyobek gawang lawan. Sesekali uda berteriak keras, "goooooooool" sampai lupa kalau kami tinggal diperumahan.

Pernah suatu hari listrik di rumah mati. Uda tiba-tiba merayuku : " Yang, kita keluar yuk....nyari makanan, uda mau traktir Cifa". Cifa (Asysyifa) adalah panggilan sayang Uda padaku. Hmm..aku senang, langsung ke kamar dan siap-siap untuk berangkat. Di jalan Uda melihat kiri kanan seperti sedang mencari-cari. Katanya mau makan soto, tapi beberapa tempat jualan soto telah terlewati. Aku diam saja. Akhirnya uda berhenti di Kafe yang ada menu soto plus TV nya nyala. Onde Mande, rupanya uda ngajak kluar gara-gara mau nonton bola..hahaha. Jadilah aku menemani sambil menikmati soto selama 90 menit. Hmmmm..., sungguh aku takkan protes tentang hal ini, karna ternyata, kata canda ku bertahun-tahun yang lalu dianggap sebagai doa. Dan saat ini aku membuktikannya. Diam-diam aku tersenyum, mau nanya sama Ita sahabatku dulu, "Apakah suaminya juga pandai bermain gitar ?"




Kamis, 17 Maret 2016

Perihnya "Cambuk" Bang Syaiha

Hari minggu kemaren, kembali si bungsu Audrey (adek paling kecil di grup ODOP Batch 1) mengocok gulungan kertas berisikan nomer peserta arisan blog. Cok..kocok..kocok, akhirnya menggelindinglah satu persatu. Aku tidak begitu mengikuti prosesnya, biarlah Audrey di Kepri sana yang sibuk, karna aku disini lagi silaturahim kerumah mertua. Ga enak klo mantengin HP terus menerus, mertua ngomong mantu sibuk otak atik gadget, ga sopan banget, ini bukan saat yang tepat. Jelang tidur barulah kubuka pesan-pesan grup ODOP di WA, lumayan, ada 163 notification. Mengingat saran Mbak Ella, sejak seminggu yang lalu memang nada dering WA saya  mute. Biar ga berisik..hehe.

Kubaca satu persatu percakapan teman-teman ODOP, kali aja ada pembahasan tentang materi apa gitu..hehe. Ternyata tak ada, isinya cuman candaan saja. Sesekali muncul Mas Septian, Kang Sae sebagai Pangeran. Disambut dengan bahasan hangat oleh para gadis-gadis dunia perODOPan. Seru juga. Aku jadi penasaran jika suatu saat kami semua sempat kopdar, apakah suasana masih seriuh didunia maya ?..hehe. Karena menurut pengalaman, kadang-kadang orang yang luwes bercakap dan bergurau didunia maya, sedikit kaku didunia nyata. Bahkan berbanding terbalik malah..pendiam. Aku sering membuktikan...hehehe. Tapi ini tentu tidak mutlak, mungkin kebetulan saja. Jangan kawatir gayes..

Teruusss..terus..., geser kebawah, lanjut..oooppss. Akhirnya kutemukan. Empat nama pemenang arisan. Mereka adalah :
  1. Mbak Rina : http://rinalaa.blogspot.co.id/
  2. Ulfa Desiliana :http://lianaulfa93.blogspot.co.id/
  3. Mbak Leni :http://celotehanku7.blogspot.co.id/
  4. TS Sri : https://shreewhynie.wordpress.com/
Bukan tentang hasilnya, tetapi sekeras apa kita telah berusaha

Malam ini sungguh ku tak tau mau bilang apa tentang mereka. Tetapi yang pasti, keempat orang wanita manis ini adalah orang-orang yang punya bakat menulis, semangat belajar menulis dan pastinya bercita-cita menjadi Penulis. Benerkan ?...Bener dunk. Kalau tidak, ngapain juga kita semua yang ada di grup ini betah banget nulis tiap hari. hehe.

Kita semua tahu, Sukses itu berbanding lurus dengan kesungguhan. Jika sungguh-sungguh dan bertekad kuat untuk mewujudkannya, cepat atau lambat kita akan sampai dipuncak. Jika niat kita baik, Allah akan bimbing kita untuk mewujudkannya. Demikian juga dengan proses belajar yang sedang kita jalani ini. Kesannya mungkin santai. Lho kok santai ?, memang iya kan teman ?. Mentor kita ga pernah marah, ga nulis tiap hari ga apa-apa. Hilang dari peredaran berhari- hari dan kemudian muncul lagi ga apa-apa, ikut arisan blog tapi ga nyetor tulisan tantangan ga apa-apa. Banyak tak apa-apanya. Nangkring digrup, tapi ga nulis dan ga keluar sepertinya juga ada...hahaha. Bang Syaiha baik banget ya..

Tapi klo difikir-fikir kalimat yang dikeluarkan Bang Syaiha waktu itu kan bener juga : " Yang mau jadi Penulis kan situ, jadi mau nulis atau tidak terserah situ" (kurang lebih Bang Syaiha bilang begitu kan, ya?. Maaf , bang..jika salah ). Begitulah yang saya tangkap. Bagi saya yang sangat perasa, justru kalimat seperti itu sangat menusuk..(haaa...tajam donk..hehhe) plus jadi cambuk. Maksudnya begini, Bang Syaiha telah bermurah hati menyisihkan waktunya untuk kita (Alif sakit saja grup tetep di intip-intip), jadi kalau wadah ini tidak dimanfaatkan, setidaknya menjadi motivasi untuk menulis setiap hari, ya..yang rugi itu bukan Bang Syaiha nya. KITA yang rugi. Bang Syaiha mah, Penulis yang sudah jadi. Buktinya Sepotong Diam dah terbang kesana sini..heheh.

Nah, sebagai bukti keseriusan kita, bagi yang telah membaca tulisan ini, silahkan blog walking keempat blog diatas. Insyaallah, akan teman-teman temukan ilmu setelah membaca tulisan-tulisan keren mereka. Bukankah blog walking juga sebentuk usaha untuk mencapai cita-cita kita ?

Mari...


*Tulisan ini adalah sebentuk nasehat untuk diri saya dalam memenuhi tantangan arisan blog ODOP




Rabu, 16 Maret 2016

Ketika Tak Semua Pertanyaan Bisa Terjawab

Saat itu kududuk tak begitu jauh darinya, hingga sangat jelas terdengar kalimat yang diucapkan sambil menunduk, meskipun lirih dan sayup. Riuh tawa dan seloroh sambung menyambung yang tertuju padanya masih belum reda. Dia tak membalas sepatah katapun, hanya tersenyum lalu mengarahkan pandangan ke lantai. Lututnya bergoyang, menandakan betapa dia bosan dan ingin meninggalkan ruangan ini. Meskipun pintu terbuka lebar, sebagai laki-laki dewasa ini tak akan dilakukannya. Apa kata dunia nanti ?, jangan-jangan jika itu terjadi, bertambah pula episode ledekan dikemudian hari. Laki-laki cemen barangkali ?. 

Astaghfirullahaladzim ucapnya berulangkali. Lelaki lajang disebelah ku ini beristigfar. Sebuah kalimat permohonan ampun pada Allah SWT, sebagai tanda pasrah atas ujian yang dialaminya. Tapi pada saat itu menurutku, semua yang menjadikan nasibnya sebagai leluconlah yang patut minta ampun pada-NYA. Lelaki ini tampak merasa terzholimi. Hati dan perasaannya. Sejak saat itu aku bertekad dalam hati, tak akan lagi ikut betanya ; "Kapan mau nikah?". Karna ku tahu, saat ini dia juga sedang menunggu jawaban dari Robb nya. Tak semua pertanyaan bisa terjawab olehnya.



Kawan, terkadang kita lupa menghadirkan "rasa" saat bicara. Entah itu bermaksud canda atau bertanya. Berceloteh sesuka hati tanpa memperhatikan situasi. Bisa saja kita berdalih, membuat pembenaran, "bukankah itu tanda kami perhatian ?". Sederhana. Simple. Yang penting kita terbebas dari vonis bersalah. Tapi tahukah kita bahwa kalimat singkat terkadang begitu menghunjam bagi seseorang ?

Menikah, siapa yang tidak mendambakannya. Apalagi ketika usia sudah "teramat matang". Datang kepertemuan ditanya, ada acara keluarga didesak, kumpul-kumpul sama teman dijadikan bahan candaan. tidak jarang mereka yang sedang menanti ini merasa alergi bertemu orang-orang. Lebih nyaman menyendiri. Semoga bukan kita salah satu penyebab mereka menarik diri. 

Lalu apa yang harus kita lakukan?
Jika rasanya tak bisa membantu, mungkin lebih baik kita diam daripada sekedar mempertanyakan sesuatu yang mereka sendiri tidak tahu jawabannya. Kenapa ? , karna bisa saja saat ini orangtuanya juga sedang merintih berdoa agar Allah memberi kemudahan jodoh bagi anaknya, atau mereka sendiri juga punya masalah yang tidak kita ketahui. Jika bisa, pasti lah semua orang ingin hidupnya lancar jaya. Kuliah, kerja, menikah, punya anak,dapat menantu, dikaruniai cucu, lalu meninggal dan masuk surga. Tapi hidup tidak sesederhana itu bukan ?, pasti ada liku-liku dan perjuangan. Setiap orang punya takdir masing-masing. Dan Allah telah "mengukur" seadil-adilnya. 

Sekali lagi, Jika kita tak berniat membantu, berhentilah bertanya, Karna tak semua pertanyaan bisa terjawab. Atau jika itupun sulit, begini saja "coba bayangkan seolah-olah kita berrada pada posisi mereka", dan rasakan sakitnya.

Sekian









Selasa, 15 Maret 2016

Mau Tahu Efek Samping ODOP ?, Temukan Disini !!

Mungkin anda sudah tahu tentang ODOP bukan ?, ya meskipun belum begitu tenar, setidaknya barangkali sudah ada yang mendengar. ODOP adalah singkatan dari One Day One Post, yaitu sebuah komunitas yang anggotanya memiliki komitmen untuk menulis setiap hari. Diprakarsai oleh seorang Penulis yang mumpuni bernama Syaiful Hadi atau yang slama ini lebih dikenal dengan panggilan Bang Syaiha. Disini seluruh anggota tidak sekedar menulis saja, tetapi juga dibekali dengan pengetahuan terkait dunia kepenulisan secara bertahap. Dari minggu ke minggu ada tantangan yang berbeda-beda. Dan semua tantangan itu, Bang Syaiha lah yang merumuskannya. Konon kabarnya, para penulis terkenal yang selalu produktif menelurkan karya-karya luarbiasa, dulunya juga melakukan hal yang sama. Dengan berlatih menulis setiap hari sambil belajar berbagai teknik kepenulisan, para pemula akan menjadi terbiasa merangkai kata menjadi tulisan yang menarik. Masuk akal kan, ya?


ODOP

Alhamdulillah saya bergabung sejak tanggal 11 Januari 2016. Berdasarkan pengalaman pribadi yang saya dapatkan selama berada di komunitas ini, ada 6 Efek Samping  ODOP. Silahkan disimak. 

1. Punya Blog Cantik yang selalu terisi
Sebetulnya sebelum bergabung dengan ODOP, saya sudah memiliki blog juga. Hanya saja karna menulisnya sebulan sekali bahkan 3 bulan sekali, jadilah blog saya seperti kuburan. Sepi. Saking jarangnya nulis di blog, saya sampai lupa password nya..hehe. Nah, sejak bergabung dengan komunitas keren ini, saya jadi termotivasi untuk menulis setiap hari, Jadilah ketika login to my blog, ada suatu kebahagiaan dihati, beberapa tulisan buah fikiran sendiri nangkring disini. 

2. Semakin semangat Blog Walking, bukan Stalking
Sejak gabung ODOP, saya punya hobi baru. Jalan-jalan dari blog ke blog. Bahasa kerennya Blog Walking. Membaca tulisan para blogger dan meninggalkan jejak seakan memberi kenikmatan tersendiri. Dengan membaca tulisan yang berbeda-beda, akan banyak sekali ilmu yang bisa diraup. Sungguh, ini bermanfaat sekali, dari pada sekedar mantengin HP lalu stalking.

3. Semakin banyak kenalan
Entah terkenal atau tidak, yang pasti sejak bergabung dengan ODOP kenalan saya jadi makin bertambah. Bagaimana tidak ?, Anggota ODOP itu berasal dari berbagai penjuru tanah air, bahkan juga ada yang berdomisili di luar negri. Nah, di grup kami semua cukup akrab. Saling memotivasi dan mnyemangati. Terkadang, bahasan kita tak melulu tentang kepenulisan. Tetapi juga tentang dunia blogger dan IT. Bahkan, kadang-kadang ada juga percakapan yang nyerempet pada bahasan lain yang ujung-ujungnya tetep saja kembali pada yel yel semula. Ayo Menulis...Menulis Setiap Hari..Menulis Untuk Keabadian...(semangatnya..hehe)

4. Belajar Menulis Tanpa Perasaan Tertekan
Meskipun di grup ini tidak bisa dibilang semua anggota nya penulis pemula (buktinya sudah ada yang punya antologi, memenangkan lomba kepenulisan bergengsi), tapi tidak ada yang merasa paling hebat. Setiap kritik dan saran disampaikan dengan sangat bersahaja. Bahkan sekelas Bang Syaiha saja, ga mau memberi kritik pedas yang mematikan kreatifitas. Menurut beliau, kami ini (para pemula), ibarat tanaman yang baru tumbuh. Yang dibutuhkan saat ini adalah wadah yang nyaman tempat bertumbuh. Jika buru-buru di kritik pedas, smangat akan menguap dan tidak mau lagi belajar. Kurang lebih begitu. Sungguh, suasana seperti ini lah yang saya cari. Setidaknya untuk saat ini. Ketika saya baru mencoba menulis dan menggali ide-ide yang masih hilang timbul. Trimakasih, Bang Syaiha..meskipun lambat. Saya yakin suatu saat akan sampai jua.

5. Punya Target Membaca.
Mau jadi Penulis harus rajin membaca dan menulis. Kalimat itulah yang saya dengar dari seorang Penulis Kondang saat ini ; Tere Liye. Ini 1000 % bener. Alhamdulillah, sejak gabung ODOP setidaknya saya tuntaskan membaca 3  buku setiap bulannya. Target saya 1 buku perminggu. Terserah buku apa saja, Novel, buku motivasi atau yang lainnya. Manfaatnya ?, anda pasti juga tahu kan ? 

6. Saya sedikit menjadi lebih dikenal
Meskipun ini adalah bonus tambahan, tapi terkadang saya juga senang. Ketika ada yang bilang " Helen, tulisannya bagus. Uni selalu membacanya". Kalimat sederhana yang membuat hati berbunga-bunga. Pastinya menjadi motivasi untuk belajar lebih baik lagi. Apalagi saat ada seorang admin web yang waktu itu menghubungi saya " bolehkah tulisannya saat masukkan ke Web kami?". Hehehe.. itu kapan? ketika ada tulisan nyentrik saya yang menembus 8000 lebih penayangan dalam sehari. Di share banyak orang ya rame deh yang baca..hehe..itu kenapa ? karna saya serius belajar  di ODOP. 

Demikianlah 6 Fakta tentang Side Effect of ODOP
Terimakasih...Semoga Bermanfaat..

Senin, 14 Maret 2016

Keikat Sayur dan Sekeping Rasa (Sebuah Catatan Tentang Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan )

" Sepertinya kami tak sanggup lagi membayarnya, nak. Jangankan untuk membayar iuran  BPJS, makan saja susah". Kami paham sekali manfaatnya, karna itulah tahun lalu kami sekeluarga dengan penuh kesadaran mendaftarkan diri dan membayar iuran tiap bulan dengan teratur. Tetapi belakangan kehidupan terasa makin sulit, biaya kebutuhan pokok sehari-hari semakin meningkat, kami betul-betul merasa kesulitan". 

Kusimak baik-baik semua keluh-kesah ibu paruh baya ini. Sudah lama kumengenalnya, Meskipun cuma tamatan SMP, ibu 5  orang anak yang semuanya masih sekolah dan kuliah ini menurutku adalah seorang warga negara yang baik. Setiap kali PILKADA, PILEG maupun PEMILU, beliau sekeluarga lah yang duluan ke TPS. Penuh kesadaran bahwa cuma dengan cara itulah bisa dibuktikannya kecintaan pada tanah air, ya..dengan ikut berkontribusi disetiap hajatan nasional. 

Demi melihat pasrah diwajah perempuan ini, rasanya tak tega ku menyampaikan berita yang baru saja terdengar. Perpres Nomor 19/2016 yang ditandatangani pada tanggal 29 Februari kemaren tentang kenaikan iuran BPJS tentu akan membuatnya semakin terpukul ( Baca juga : DPR Minta Perpres Kenaikan Iuran BPJS Diinvestigasi ). Mungkin sebahagian masyarakat bisa saja tak peduli, tapi sebagai seorang Warga Negara dengan wawasan yang cukup baik, tentu ini menjadi bahan fikiran baginya. Harus berapa lagi untung menjual sayur keliling harus disisihkannya untuk membayar iuran ini ?, sedang dengan nominal sebelumnya saja sudah sangat menyulitkannya. Beliau sekeluarga adalah peserta mandiri.


Sejenak kulempar pandangan ke hamparan sawah yang membentang dihadapan kami. Menyaksikan burung jalak yang bertengger dipunggung kerbau membuat ku tersenyum. Tiba-tiba teringat Pak Kasnadi, guru Biologi di SMP dulu. Ini contoh simbiosis mutualisme jelas beliau saat itu. Aku menghafalnya dengan baik. Sambil meghela nafas dalam dan menghembuskannya perlahan, ku kumpulkan kembali fikiran pada bahasan tadi.

Bicara tentang BPJS, aku teringat pada "rezeki" yang rutin kami terima sekitar 2 tahun belakangan ini sebagai tenaga kesehatan di Puskesmas. Rezeki itu bersumber dari dana Kapitasi. Mungkin ini adalah semacam uang jasa yang kami terima atas pelayanan yang telah kami berikan pada peserta BPJS kesehatan. Jumlah yang diterima untuk masing-masing puskesmas tentu berbeda-beda. Dan sampai ditangan kamipun nominalnya tidak sama, tergantung poin masing-masing profesi serta pertimbangan lainnya. Kurang lebih begitulah. Terlepas dari berapa nilai "logam-logam" itu, ada sesuatu yang mampir dibenakku. "Jika sampai ada air mata dari yang papa atas bahagia yang kita rasa, biarlah tiada lebih diterima". Guna melayani bukankah untuk itu kami digaji ?, jika kesibukan bertambah, ah..seberapalah. Ada program-program tambahan lho disini..ah, sudah maksimalkah ?

Atau tidak adakah cara lain agar yang miskin tak lagi makin terbebani ?. Sudah habiskah celah untuk efisiensi ? Mewah menjadi sedikit lebih sederhana barangkali.  Sudah terukurkah kucuran dana dengan kualitas layanan ? atau apakah semua senang dengan pepatah minang ini " minyak habis samba tak lamak". Maksudnya ?, pelajari sajalah...

Kami tumpangkan harapan rakyat pada mu wahai Pemimpin..
Jangan lagi katakan rakyat tak paham, tapi mungkin "kita" yang gagal memahaminya...

Yang miskin itu banyak, Tuan..
Jika tidak percaya pergilah ke pasar rakyat, maka akan Tuan jumpai ibu-ibu yang tertegun sambil berfikir "mau diapakan uang 20ribu ini? semua mahal " dan akhirnya dia kembali melangkah pulang..











Jumat, 11 Maret 2016

Semangat Besar di Apotek Mini

Apotek

Pagi ini segar sekali. Aku baru saja balik dari lapangan balaikota. Senam. Semoga dengan gerakan teratur yang kulakukan penuh semangat tadi, bisa mengurangi sekilo dua kilo berat badanku..hehe..Semudah itu kah ?

Selesai senam, ku langsung balik ke Puskesmas. Ga berminat juga nyari sarapan berlama-lama. Nanti sajalah. Toh dengan cadangan lemak yang lumayan banyak, aku tak akan mati kelaparan dengan hanya menunda sarapan sejam dua jam.

Sesampai di Puskesmas, ku masuk keruangan sempit ini. Ukurannya 3x2meter, tapi karna bentuknya letter L, jadilah luasnya 4 meter saja. Sebuah ruangan yang tidak sesuai standar apotek seharusnya. Tapi mau bagaimana lagi, mau tidak mau kami harus tetap semangat melayani. Meskipun kadang ada rasa kesal " ini kenapa ya? Puskesmas dibangun baru, tapi ruangan apotik alakadarnya, sama sekali tak sesuai standar". Jika dikatakan tak ada koordinasi, cukup Allah sajalah yang menjadi saksi. Betapa jauh sebelum pembangunan sudah kami sampaikan, ". Ini lho, ukuran apotik yang ideal. Ada wastafel dan sebagainya. Tapi ya beginilah. Mungkin juga karna Puskesmas ini dibangun dari dana bantuan, jadi kami harus ikhlas menerima. Toh nanti jika ingin Puskesmas ini di akreditasi, mereka akan pusing sendiri. Kenapa ?, karna satu saja ruangan tidak memenuhi standar, ya gagal lah kisah akreditasi yang di dengung-dengungkan. 

Walaupun ruangan ini kecil dan sangat mungil, sebagai penanggung jawab ruangan tetap ku upayakan pelayanan dan tatanannya seideal mungkin. Diruangan ini ada sebuah lemari tempat menyimpan obat yang di stock untuk 1 bulan pemakaian. Posisinya menghadap ke pintu utama (memang ada pintu lain?..hehehe..tentu saja tidak ). Obat-obat disusun di lemari ini secara alfabetis, mulai dari Amoksisilin, Antasid, Ambroksol, Betahistin Mesilat, Calsium Lactas, Deksametason dan seterusnya. Tujuannya apa ? agar memudahkan mengambilnya. Obat juga disimpan dengan sistem FEFO (First Expired First Out), artinya obat yang tanggal kadaluarsa yang lebih dekatlah yang duluan dikeluarkan. Tujuannya untuk mengendalikan agar tidak banyak obat yang kadaluarsa.

Disisi kiri ada sebuah etalase. Obat-obat yang telah dikeluarkan dari lemari untuk pemakaian harian diletakkan disini. Tetap disusun alfabetis, dan dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaannya. Salep berderet sesama salep, obat tetes juga begitu. Jadi sebanyak apapun pasien, pelayanan bisa dilakukan dengan cepat dan insyaallah akurat. Disamping etalase dekat kaca menghadap keluar, diletakkan sebuah meja kecil. Ya, terang saja meja kecil, besar dikit tak kan bisa masuk. Lha, tadi saya bilang sempit kan ?. Disinilah kami meracik obat seperti puyer. Di atas meja berjejer peralatan bikin puyer, lumpang, stamfer, sudip dan kertas perkamen. Ada juga lem dan etiket serta spidol permanen. Untuk embalase dan lain-lain kami letakkan  di atas etalase. 

Ruangan apotek kami juga dilengkapi dengan sebuah komputer dan jaringan internet. Kami gunakan komputer ini untuk menginput penggunaan obat harian, kedepannya akan dilaksanakan SIKDA. Menunggu kelengkapan sarana dan prasarana dari bagian lainnya dulu. 

Alhamdulillah, meskipun ruangan ini sempit, kami bisa melaksanakan pelayanan farmasi dengan baik. " Hati se di palapang " kata orang Minang. Maksudnya, Hati saja dibikin lapang, biar tidak suntuk dan bisa tersenyum. Syukurlah disini ada tiga orang asisten apoteker yang penuh semangat setiap hari.

Meskipun apotek nya begitu, ada satu hal yang bikin saya senang. Untuk memberikan pelayanan farmasi yang lebih baik, dan menjalankan peran  sebagai Apoteker, saya punya ruangan sendiri. Sebuah ruangan Konsultasi Obat. Letaknya sekitar 3 meter dari apotek. Jadi untuk pasien yang akan konsultasi terkait obat , saya bawa ke ruangan ini.Seru juga, jika emak-emak curhat tentang penyakit dan obat yang digunakannya di 'bilik' ku ini.
Ruang Konsultasi Obat

Demikianlah sedikit tentang gambaran ruangan kerjaku. Apapun adanya, aku sangat mencintai dunia farmasi. Ku berharap ini akan menjadi ladang amal. Semoga apa yang dilakukan menjadi pemberat timbangan kebaikan di hari perhitungan nanti. Insyaallah..


catatan : Tulisan ini untuk memenuhi tantangan ODOP tentang deskripsi ruangan.