Tentang Perjalanan

"Hidup adalah tentang sebuah perjalanan, dimana seseorang yang diam menetap tidak akan bisa berkembang sedangkan yang berpindah-pindah selalu mendapatkan kejutan dari sang pencipta yang membuat kita berbeda dari orang lain."

Tentang Kehidupan

"Jangan takut oleh kemarahan orang sehingga kita takut berkata dan bersikap jujur."

Tentang Kesungguhan

"Ketika kamu lelah dan kecewa, maka saat itu kamu sedang belajar tentang kesungguhan."

Tentang Kebijaksanaan

"Orang bijak menemukan kebijaksanaannya melalui kerasnya kehidupan."

Tentang Kesabaran

"Sejak kita menginginkan kebahagiaan dan kesuksesan, sejak itu pula kesabaran menjadi kewajiban kita."

Sabtu, 30 April 2016

Pertemanan di medsos kena blokir? Ini sebabnya!


"Tanyain dunk sama dia, kenapa aku di block dari pertemanan di medsos?"

"Lho? Kenapa statusnya ga bisa terbaca di new feed ya, apa aku di block?"

"Kalo, orang lain komen distatusnya, aku bisa lihat, tapi ko giliran namanya ga kebaca?"

***

Kira-kira demikianlah beberapa pertanyaan yang muncul ketika seseorang heran kenapa ada yang memblokirnya dari pertemanan, karena walaupun "bercakap-cakap" di dunia maya bukanlah segala-galanya, tetapi tetap saja ada rasa ga enak jika tiba-tiba ada yang ngblock. Apalagi yang memblokir adalah orang yang mungkin saja selama ini kenal dengan kita. 

Tentang blokir memblokir, sebetulnya itu sah-sah saja, itu hak yang punya akun. Diblokir dari pertemanan tidak sama halnya dengan memutuskan komunikasi atau silaturahim, karena mungkin saja anda lebih cocok dijadikan teman didunia nyata saja, tetapi tidak cocok jika berteman didunia maya. Bisa jadi bukan? Nah, sebaiknya introspeksi diri saja jika sewaktu-waktu ada yang memblokir anda, tanpa harus berfikir begini dan begitu.

Ada 4 hal yang mungkin bisa jadi penyebab pertemanan di media sosial diblokir :

1. Kebiasaan membuat status tidak sopan, misalnya suka menulis sumpah serapah dan kata-kata kotor. 

Berselancar di media sosial adakala bagi seseorang tujuannya untuk mencari hiburan, mendapatkan informasi, atau sekedar bertegur sapa dengan orang-orang yang jauh dan jarang berjumpa. Jadi jika yang di temukan adalah status dengan tulisan "tak beradab", tentu ini bikin jengah dan muak orang yang membacanya. Wajar-wajar saja jika ada yang suka menumpahkan rasa di akunnya, tetapi jika sudah menjadi kebiasaan dan setiap hari isinya keluhan dengan kata-kata "sampah", tentu bikin eneg orang lain. 

2. Sotoy

Sama halnya dengan dunia nyata, berkomunikasi di dunia maya pun ada adab-adabnya. Kira-kira dalam kehidupan sehari-hari jika selalu ketemu dengan orang yang merasa paling pintar, sok tahu (sotoy) dan suka berdebat, tentu bikin orang bosan dan bahkan menjauh. Demikian juga dengan dunia maya. Jika setiap kali kita hadir di status orang cuma untuk memunculkan perdebatan, selalu reaktif dan memunculkan "angin ribut", jangan salahkan orang jika memblokir pertemanan dengan anda.

3. Suka komen pedas

Berkomentar pedas di status orang lain sih sah-sah saja, ada juga manfaatnya buat koreksi bagi yang punya akun. Tetapi, jika hari ini pedas, besok pedas, lusa pedas lagi,siapa yang betah? Orang lain tidak selalu menginginkan anda setuju dengan pendapatnya, tetapi anda juga tidak bisa setiap saat bertindak sebagai eksekutor yang kejam. Jika anda punya kebiasaan seperti ini, lebih baik introspeksi agar menjadi pribadi yang lebih santun dan cooling down.

4. Punya hobi mengunggah video atau gambar mesum

Tentang ini, mungkin tak perlu dijelasin lagi. Hampir semua orang tidak suka berteman dengan mesum minded seperti anda.


Mungkin itu saja diantara penyebabnya, jika ada tambahan bisa ditambahkan sendiri di kolom komentar. Media sosial salah satu tujuannya adalah untuk memperluas jaringan pertemanan, jadi kalau bisa, manfaatkanlah untuk mencari teman, bukan menambah lawan. Jika ada yang tidak berkenan, bisa saja di inbox secara pribadi, bukan dengan cara memperdebatkan untuk memperlihatkan betapa hebatnya kita. Jadilah pribadi menarik dan menyenangkan. 

Sekian.
Selamat berakhir pekan.






Jumat, 29 April 2016

Pada-NYA saja!



Dikala sedih melanda hati, siapakah yang kau temui?
Dikala rasa tak berbalas, pada siapakah kau memelas?
Dikala harap tak berujung, kemana engkau berkunjung?
Dikala sakit dan kehilangan, pada siapa engkau datang?

Wall Facebook?
Teman?
Keluarga?

Ah, lapangnya berbatas!

Kenapa, say?
Ada apa?
Siapa tuh?

Si Kepo merespon dengan cepat
Stalking dinding-dinding semu yang kau umbar
Tak...tak..tak usah.
Banyak yang suka jika ada yang susah
Banyak tak tenang jika orang senang

Teman?

Telinga dua dan mulut satu
Menjadi proporsional adalah langka yang menasional
Dengar sebentar lalu membuyar

Keluarga?

Nasehat bersulam perasaan
Netralitas bercampur baur
Jangan!

Kemana?
Pada siapa?
Kapan?
Solusinya ada?

Jalan-NYA!
Allah!
Kapanpun!
Janji-NYA Pasti!



*Menutup Malam 290416

Kamis, 28 April 2016

Kenapa minum obat sebaiknya dengan air putih? Ini penjelasan Angela



Haaaaaatchiii...Haaaaaatchiiiiin...
Seorang gadis yang tak asing lagi, nyaris menubruk tubuh gempalku saat berpapasan di pintu apotek. Sepertinya dia lagi flu berat, lihat saja hidungnya sampai merah jambu. Meskipun begitu, dia tetap cantik, dengan syal coklat yang bergelayut dilehernya.

"Hei, Devila...apa kabar?" sapa ku.
"Eh, kamu Angela, I'm not so good. Flu ini bener-bener menyiksaku", keluhnya.
"Kamu kecapean pastinya, Vil. Istirahat saja, makan yang banyak, vitamin jangan lupa",saranku. 
"Duuuuuh, itu aku sudah tahu. Tadi Dokter Adit yang ganteng itu juga sudah jelasin. Tahu gak? Dia perhatian banget padaku", jelasnya kecentilan.

Tentang tingkah Devila sih, aku tak heran lagi, selain sedikit angkuh, Devila juga sotoy..hahahaha. Sorry, Vil..justru karna telah memahami tentangmu lah aku bisa tetep betah temenan sama kamu..heeee...

"Baiklah, syafakillah,  aku kesana dulu ya, ada keperluan dengan Bu Indah". 
Ketika aku hendak melangkah meninggalkan Devila, dia memanggiku lagi.
"Angel..tadi kamu bilang apa? killah apa tadi tuh?" tanyanya sambil mengamit lenganku. 
"Syafakillah, semoga Allah memberimu kesembuhan. Itu doa, di aamiin kan, dunk..", jelasku.
"Aamiin..aamiin", jawabnya cepat memberikan senyum indah yang selama ini jarang sekali disedekahkannya pada orang-orang.

"Angel, jangan buru-buru dunk, aku mau tanya-tanya dikit nih. Kita duduk disana bentar yuk", bujuknya.
Hmmm...inilah aku, ga tegaan. Terpaksalah rencanaku nemuin bu Indah, apoteker panutan ku itu ditunda dulu beberapa saat.

Setelah mencari pojokan yang nyaman, Devila bertanya padaku "Jadi begini, aku agak sedikit heran nih, kenapa setiap kali aku nebus obat di apotek, si Apoteker sering nyaranin agar minum obatnya dengan air putih. Padahal kamu tahu kan, Angela..aku ini siapa? minuman aku tuh levelnya bukan air putih. Itu mah, minuman golongan MiPa keleeeezzz, miskin dan papa". Muncrat deh kalimat songongnya heheh. 

"Hmmm, Vila cantik..denger penjelasanku baik-baik ya. Semoga kamu setelah ini mengerti kenapa si Apoteker tadi bilang seperti itu padamu", jawabku. Devila mengangguk, dan sedikit menggeser duduknya lebih dekat lagi padaku.

"Jadi, Vila..selama ini memang ada juga orang yang punya kebiasaan minum obat dengan jus, susu atau teh dengan tujuan untuk menghilangkan rasa pahitnya yang bikin kurang nyaman. Tetapi kamu tahu ga, Vil? Efektifitas obat dapat dipengaruhi oleh obat lain, makanan atau minuman yang dikonsumsi bersamaan. Terutama mempengaruhi metabolisme dan absorbsi obat tersebut. Bisa meningkatkan ada juga yang menurunkan. Nah, kenapa disarankan minum obat dengan air putih?, itu karena air putih sifatnya netral dan tidak  mempengaruhi obat", jelasku.

"Contoh konkritnya ada ga?" tanya Devila antusias.

" Ada. Kafein yang terkandung didalam kopi dan teh, akan menimbulkan masalah yang serius jika diminum bersama stimulan. Jangan minum kopi saat sedang mengkonsumsi efedrin atau obat asma. Setidaknya dijarakkan 2-3. Minum obat dengan susu juga tidak tepat, karna susu dapat menghambat penyerapan kandungan obat dalam tubuh. Contohnya obat-obat Magh dan antibiotik. kalo mau minum susu juga, jarakkan 3-4 jam.  Adalagi kebiasaan minum obat dengan minuman isotonik. Itu juga tidak tepat, beresiko untuk yang mengkonsumsi obat hipertensi, karna rata-rata minuman isotonik ada kaliumnya bukan, memang sih kalium bermanfaat buat penderita hipertensi, tetapi jika berlebihan juga menjadi masalah.. Hmmm.., Kamu pernah minum obat dengan jus jeruk?, itu beresiko juga, Zat yang terkandung dalam jeruk juga dapat berinteraksi dengan obat-obat anxietas, anti depresi dan obat penurun kolesterol. Aku bisa jelasin semuanya sih, Vil..tapi aku sudah janji nih sama bu Indah, ga enak juga ntar beliau menunggu lama. Yang penting, intinya adalah minum obat sebaiknya dengan air putih, atau sesuai saran Apoteker. Biar aman", jelasku panjang kali lebar.

"Waaaah, makasih banyak, Angela...berarti tajir ku ga berlaku lah ya dalam hal ini..hehe", gurauan Devila kembali kumat.

" ya, ga lah, Vil..jangan main-main dengan obat. Jika ada yang tidak jelas, konsultasikan dengan Apoteker. ingat itu ya!. sekarang aku mau pergi dulu. time is over, nanti kita sambung lagi". Kali ini aku harus memutuskan percakapan, karna Bu Indah sudah memanggil ku via handphone berkali-kali.

"Okeeeeh, terimakasih Angela...". Devila tampak cantik sekali dengan senyum indahnya.



Sekian

*Cerita Devia dan Angela seputar obat, bisa anda baca di :
www.labirintoska.blogspot.co.id ( Devila)
www.helenasysyifa.blogspot.co.id (Angela)

Semoga Bermanfaat




Rabu, 27 April 2016

Aku Rindu Ayahku, Bunda..



Usiaku baru memasuki 5 tahun. Masih sulit bagiku untuk memahami apa yang sesungguhnya terjadi. Yang aku tahu, 3 bulan lalu ayah masih memancing, bermain layangan dan sesekali berguling di tempat tidur main perang-perangan bersamaku. Tidak jarang Bunda marah karena kami telah membuat rumah jadi berantakan.

Ayah memang sangat menyayangiku. Beliau tidak marah meskipun aku main tanah. Beda dengan Bunda yang menginginkan aku selalu tampil bersih. Kotor sedikit Bunda berteriak histeris. "Ayo, segera cuci tangan, nanti kamu cacingan!". Meskipun begitu, aku tahu, itu karena Bunda sayang pada anak satu-satunya ini. Aku masih ingat, ketika seminggu lalu demam tinggi menyerangku, Bunda tak tidur semenitpun dimalam hari. Mengompres dan mendekapku. Malah Bunda berbisik di telingaku, "pindahkan saja sakitmu pada bunda, Nak. Biar Bunda yang merasakannya". Ah, Bunda, begitu besar kasihmu, aku juga sayang padamu.

Tapi pagi ini aku betul-betul tak tahan lagi, Bun. Semenjak hari itu, ketika Bunda dan Ayah bertengkar hebat, aku tak pernah lagi ketemu ayah. Lelaki yang aku sayangi itu pergi dari rumah. Aku tak mengerti masalahnya apa, yang aku tahu, setiap kali kubertanya tentang ayah, kukatakan betapa aku merindukan ayah, ibu selalu marah. "Ayahmu sudah mati!, jangan tanyakan tentang dia lagi!. Bahkan terkadang nenekpun ikut-ikutan meredam kegelisahanku, " Daffa, Kamu jangan tanya tentang ayahmu lagi ya. Kalau mau jalan-jalan, main atau minta dibeliin apa, tinggal bilang saja sama nenek. Nanti ada om Ari juga yang bisa ajak kemanapun kamu suka". Nenek mengusap-usap kepalaku. Tetapi semua bujukan itu tak membuat rindu pada ayahku berkurang.

Aku tidak tahu, siapa yang jahat sebetulnya. Entah ayah, bunda atau ada orang lain yang tak menginginkan kita bahagia. Tetapi keadaan ini sangat menyiksaku, bun. Setiap sore, kulihat Fathan bermain bersama ayahnya. Yang bikin aku semakin rindu ayahku adalah, ketika Fathan melambaikan tangannya saat sedang duduk dibelakang ayahnya yang mengendarai sepeda motor. "Daffa...aku ke pantai dulu ya..", teriaknya. Pantai?, aku mau kesana bunda..bermain bola dan pasir bersama ayahku. Bukan bersama Om Ari atau Tante Tika adik-adik kesayangan bunda itu. 

Ayah..kamu dimana?, kenapa sampai saat ini tidak pulang jua. Aku merindukanmu ayah. Aku menggigau memanggilmu saat demam tinggi kemaren, itu karena aku sangat ingin merasakan pelukanmu seperti dulu. Sebetulnya ada masalah berat apa antara ayah dan bunda hingga aku menjadi tak berharga? Aku bingung ayah..aku sedih bunda..

Mengertilah wahai orang-orang dewasa..
Aku rindu keadaan seperti semula. Ketika ayah, bunda dan aku tetawa lepas bermain bersama..
Mengertilah..





*Mengingat tatapan sendu Malaikat kecil sore itu, 270416



Selasa, 26 April 2016

Bersyukurlah, maka Bahagia akan menyapa


"Suami saya gajinya kecil, mbak. Anak-anak beli pakaian saja satu tahun sekali. Saya bosan, mbak. Hidup rasanya tak berubah", lirih wanita seumuran adikku ini bercerita. Wajahnya menunduk lesu, layu dan tiada gairah. Sementara anaknya sedang asyik berkejar-kejaran dengan anakku. Betapa nyamannya jadi anak kecil, yang mereka tahu hanyalah bermain dan tersenyum, tanpa harus mengerti seberat apa hidup saat ini.

Kutatap wajah ayu wanita ini baik-baik. Aku yakin tak ada persoalan serius dalam rumah tangganya. Meskipun tadi dia katakan gaji suaminya kecil, tetapi kuperhatikan anak-anaknya berpakaian rapi. Meskipun tak baru, tapi bersih dan tidak lusuh. Kembali kualihkan pandangan pada teman adikku ini, bercelana kulot dan atasan kaos lengan panjang. Kulirik jilbabnya, ada merek jilbab favoritku.

"Vin, apakah selama ini Mas Andre pernah selingkuh?" tanyaku. Serta merta Vina, demikian wanita yang sedang berkeluh kesah didepan ku ini dipanggil, tiba-tiba terperanjat. 
"Setahu saya tidak, Mbak. Malah Mas Andre sayang banget sama saya dan anak-anak".

"Alhamdulillah. Kalau marah Mas Andre suka galak tidak? mukulin kamu misalnya?", pancingku lagi.
"Boro-boro mukulin, mbak. Bicara kasar saja Mas Andre ga pernah. Paling klo saya ada salah, dia nasehati saya, tapi dengan kata-kata yang santun",jawab Vina spontan.

"Alhamdulillah. Oya, Mas Andre ada silaturahim kah sama keluargamu?, gimana sikapnya sama ibu bapakmu, Vin", satu lagi peluru kulepaskan.
"Masyaallah, Mbak..Mas Andre itu sopan banget. Dia betul-betul menghormati ibu bapak saya. Kayaknya sayang banget malah, mbak. Dia perlakukan ibu bapak saya seperti perlakuannya terhadap orangtua sendiri". Seperti air yang lepas dari kran yang baru diputar, Vina menjelaskan panjang lebar. Lancar. Jelas bahwa yang disampaikannya fakta, bukan rekayasa seperti kebanyakan acara reality Show yang sering tayang di TV.

Aku tersenyum. Vina bengong ketika aku menepuk-nepuk pundaknya. 

"Vina sayang, hidupmu nyaris tanpa kekurangan. Kamu cantik, punya suami baik, dianugerahi anak-anak yang lucu, punya keluarga lengkap yang saling menyayangi. Syukurilah itu, adinda. Jangan karna terfokus pada sesuatu yang belum kamu dapatkan, nikmat yang telah ada diabaikan", nasehatku. Vina manggut-manggut menyimaknya. Seperti seorang siswa yang diberi pengertian oleh guru bimbingan konseling karna nilai merah. 

"Vina tahu kenapa Mbak tadi menanyakan pertanyaan-pertanyaan itu?", sambungku. Vina mendongakkan kepalanya yang sedari tadi memandang lantai rumah. Jari-jari lentiknya sibuk memainkan ujung baju. Diplintir, ditarik, sesekali benang-benang bajunya dicabut. Aku ga bisa menahan senyum melihatnya. Dia betul-betul lugu dimataku. 

Mbak tanyakan itu ke Vina, karna itu adalah contoh masalah yang saat ini sering terjadi. Bisa dibayangkan jika kondisi seperti itu yang sedang kita hadapi, suami selingkuh, main tangan, ga menghormati orang tua kita, bukankah rumah tangga seperti neraka?. Masalahmu sepele, Vina cantik. Toh Mbak lihat Mas Andre kerja keras kok setiap hari. Jika kamu rasa belum mencukupi, kamu banyak-banyak saja bersyukur. Bukankah syukur itu mengundang nikmat?. Dengan demikian kamu akan merasa lebih bahagia. Daripada berkeluh kesah begini, ntar nikmat yang ada dicabut Allah lho, mau?", lanjutku. 

"Tidak..tidak, Mbak. Aku tak mau. Aku akan bersyukur..Aku bahagia. Katanya sambil menggenggam tanganku dan mengucapkan istighfar berkali-kali.  Lalu iya bergegas berdiri. 

"Lha, kamu mau kemana, Vin?", reaksinya bikin ku terkaget-kaget. 
" Makasih banyak ya, Mbak. Telah ngingetin dan ngasih nasehat. Aku banyak salah sama Mas Andre, mbak .Aku istri yang tak berterima kasih. Pulang dulu ya, Mbak. Aku mau menemui suamiku. Pengen minta maaf. Aku ga ingin jadi istri durhaka, Mbak". Vina bicara sembari bersiap-siap menanggil anak-anaknya.

"Sama-sama, Vin. Kamu baik-baik dijalan ya.." sambungku sambil melepas kepergiannya.

Ah, wanita..
Betapa banyaknya godaan untukmu. 


Villa Anggrek, gerimis senja 260416

Senin, 25 April 2016

Rencana Bezuk, Akhirnya Takziah




Hadist tentang 6 Hak Muslim Atas Muslim
َعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم حَقُّ اَلْمُسْلِمِ عَلَى اَلْمُسْلِمِ سِتٌّ: إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ, وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ, وَإِذَا اِسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْهُ, وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اَللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ, وَإِذَا مَاتَ فَاتْبَعْهُ ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Abu Hurairah Radhiyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Hak seorang muslim terhadap sesama muslim ada enam, yaitu bila engkau berjumpa dengannya ucapkanlah salam; bila ia memanggilmu penuhilah; bila dia meminta nasehat kepadamu nasehatilah; bila dia bersin dan mengucapkan alhamdulillah bacalah yarhamukallah (artinya = semoga Allah memberikan rahmat kepadamu); bila dia sakit jenguklah; dan bila dia meninggal dunia hantarkanlah (jenazahnya)". (Riwayat Muslim)

Dari Tsauban Maula, Rasulullah SAW bersabda :

" Barangsiapa menjenguk orang sakit, maka dia benar-benar duduk di kebun surga, sehingga jika dia berdiri hendak pulang, maka ditugaskan 70 ribu malaikat menyertai dia, mereka (para malaikat) mendoakan keselamatan untuknya hingga malam tiba" (HR. Muslim)

Subhanallah.


***


Betapa mulianya Islam, mengatur hidup manusia sedemikian rupa. Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi ada tata caranya, semua lengkap dijelaskan dalam Alqur'an dan Hadist. Adalah sebuah penyesalan besar kelak yang kita rasakan jika hidup tidak mengikuti aturan-NYA. 


Bicara tentang membezuk saudara sesama muslim yang sakit, mungkin diantara kita sudah  sering melakukannya. Alhamdulillah jika itu sudah menjadi kebiasaan. Disamping untuk menghibur dan memberi semangat bagi si sakit, membezuk juga akan menjadi jalan untuk kembali mengingat segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Bagaimana tidak, bukankan nikmat terbesar setelah iman adalah kesehatan?

Sebagian besar ibadah yang kita lakukan membutuhkan kekuatan fisik. Artinya, dengan fisik yang sehat, maka kenikmatan ibadah tersebut akan lebih terasa. Katakanlah Shalat, Puasa dan Naik Haji. Mungkin dalam ibadah-ibadah tersebut ada keringanan yang diberikan sesuai dengan kondisi kesehatan, karna islam tidak pernah memberatkan umatnya. Hanya saja, akan lebih nyaman jika kita melaksanakannya dalam kondisi fisik yang bugar.

Kembali kepada bahasan perihal membezuk tadi. Satu hal yang juga harus kita perhatikan jika berniat membezuk adalah "menyegerakan". Syaitan pasti akan berusaha menghalang-halangi setiap niat baik. Ada saja alasan yang membuat kita sering menunda-nunda. Besok saja, hari ini sibuk. Lusa saja, cuaca kurang bagus. Nanti saja, kondisi tubuh lagi kurang fit. Berjuta hambatan bisa saja menjadi alasan. Akan tetapi, bisakah kita bermain-main dengan maut?

Mati memang tak harus menunggu sakit. Untuk menemui ajal juga tidak harus sakit parah. Akan tetapi, bagaimana kalau saudara yang rencananya mau kita bezuk, keburu meninggal sebelum kita temui. Sehingga niat bezuk berubah menjadi takziah. Tidakkah kita menyesal?

Jadi marilah kita biasakan untuk menyegerakan niat baik, karena sedetik kedepan, tiada yang tahu apa yang terjadi. Wallahua'lam



Sabtu, 23 April 2016

Lelaki Keren itu suka membaca! (Sebuah Catatan Di Hari Buku Sedunia)


Bismillah..
Beberapa hari tak menulis, karena sibuk yang masih terbilang tak seberapa dibanding Bang Syaiha, membuat rinduku mengharu biru. Entahlah, kangen saja rasanya merangkai aksara di "rumah cantik" yang sudah didekorasi sedemikan rupa ini.

Baiklah, demi menunggu suami yang sedari tadi sibuk dengan pertandingan futsalnya, kunikmati secangkir capuccino dan dua keping biskuit full coklat. Setelah itu, akan ku ajak kamu bernostalgia. Halaaah, penting amatkah? Anggap saja penting..hehehe

***

"Mau ikut mama ke pasar?" tanya mama padaku,  Helen kecil berusia 9 tahun. 
" Ga, ma..beliin saja nanti oleh-oleh. Mau buku cerita", jawabku tanpa mengalihkan pandangan dari majalah Bobo yang sedang terbuka persis di halaman terakhir, kisah si Bona berbelalai panjang.
"Baiklah, kisah nabi Sulaiman sudah ada?" timpal mama sembari menyiapkan keranjang plastik buat dibawa ke pasar. Biasalah, ibu rumah tangga itu kan manajemennya keren, daripada beli kantong kresek untuk meletakkan belanjaan, mending keranjang khusus ditentengin dari rumah. 
"Nabi Nuh saja dulu, Ma. Cerita Nabi Sulaiman sudah pernah dibaca", jawabku.

Demikianlah setiap mama mau ke pasar, selalu pulang membawa buku cerita. Untuk majalah sering kuperoleh dari sepupu yang punya toko buku. Ananda dan Bobo, itu majalah kesukaanku. Pernah suatu hari saat pulang kampung sepupuku bilang sama papanya, "Pa, Helen itu suka sekali membaca, kata pengantar buku saja dibacanya". Tentu saja kalimat itu mengundang tawa seluruh keluarga, secara saat itu aku masih kelas empat SD. Masa dimana minat baca belum banyak dimiliki anak-anak. Sedangkan aku? majalah Intisari, Tempo yang biasa dibaca papa saja kubaca. Meskipun banyak kata yang tak kumengerti. Asal baca saja. Paling yang repot nanti adalah papa yang harus siap dengan pertanyaanku, "Pa, konsisten itu apa? komunikasi itu apa?". Jadilah beliau pusing mencari penjelasan yang tepat dan bisa kucerna.

Masa remaja, masanya huru hara. Rasanya tak terjadi padaku. Pulang sekolah, les. Sampai di rumah, istirahat, makan, belajar. Tak sedikitpun orangtua membebankan pekerjaan rumah padaku. Nyuci piring apalagi memasak, hampir tak pernah kulakukan. Kenapa ya? aku lupa. Rasanya setiap  sampai di rumah semuanya sudah beres. Mamaku seorang ibu rumah tangga dengan lima orang anak. Tapi jam 4 sore sudah bisa berdandan cantik menanti papa pulang kerja, anak-anak semua juga sudah mandi dan rapi. Telatennya Mamaku. Terima kasih, bunda..mmmmuuuaaach. Efeknya apa? awal menikah aku hanya bisa bikin telor mata sapi doank. Malangnya uda ku punya istri tak bisa masak, tapi sekarang sudah mulai pintar lho...bisa bikin sampadeh...hehehe. 

Kembali kepada hobi membaca. Bagiku, membaca itu penting. Buku itu bisa membawa imajinasiku berkeliling dunia. Contoh saja, aku serasa berada di Beijing ketika membaca novelnya Asma Nadia. Seakan jalan-jalan ke Kairo ketika dihanyutkan oleh tulisan Kang Abik. Semangatku memuncak ketika membaca buku-buku pergerakan. Hatiku yang gundah seakan dibasahi embun saat membaca taujih-taujih di Majalah Tarbawi. 

Aku melankolis. Klo suka sesuatu, pasti kubuntuti. Aku suka tulisannya Ustadz Anis Matta. Setiap buku beliau yang kutemui besar inginku untuk membeli. Suka tulisan Ustadz Cahyadi Takariawan, Salim, A Fillah, Fauzil Adzhim, Marpaung Parlindungan, Andrea Hirata. Selalu ku upayakan untuk menyediakan budget untuk mendapatkan buku-buku mereka. Meskipun, untuk itu aku harus menekan keinginan yang lain, misalnya gonta ganti tas, ngikutin tren sepatu. Aku ga suka ah..mending ngikutin launching buku penulis favorit.

Lelaki berkacamata lagi baca buku. Wowww, keren banget dimataku. Itu dulu, semasa kuliah. Sempat sih kuselipkan dalam doa " Allah, selain sholeh..aku juga pengen suami yang hobinya sama denganku. Suka baca buku dan dia juga cenderung pada buku-buku yang kuminati". Doa itu kutulis didalam diary..hihi

Kenapa lelaki suka membaca dimataku begitu keren?
1. Papaku cuma tamat SMA, tapi wawasannya luas. Diskusi apapun nyambung. Itu kenapa?, karna papa suka membaca
2. Lelaki suka membaca, pasti cerdas. Apalagi buku yang dibaca buku-buku bermutu. Jadi enak diajak diskusi
3. Lelaki suka membaca, akan lebih sabar. Membaca itu terbukti melatih kesabaran.
4. Lelaki suka membaca itu, banyak yang pake kacamata. Aku suka lelaki berkacamata..

Mau protes dengan pendapatku?...hehe, boleh-boleh saja. Tapi, secara tidak sadar kamu saat ini lagi membaca tulisan ini bukan? Jadi kamu masuk kategori keren ala Helen Widaya..hhahaha...


Have a nice weekend...
Selamat Hari Buku Sedunia


230416-bersama lelaki berkaca mata yang suka membaca.



Selasa, 19 April 2016

Jodoh dan Status Facebook


Hai gayes...apa kabar ?
Kali ini saya pengen menyapa jomblowan dan jomblowati yang sedang menanti dan mencari. Wah, nyari apaan sih? sepertinya serius banget. Bener, ini memang bahasan serius, menyangkut masa depan. Wadduuuuuuh. 

Sebagaimana judul di atas, kali ini kita akan bicara tentang jodoh. Meskipun bahasan ini rada-rada sensitif, tetapi tetep saja bikin mata agak sedikit terbuka jika menyimaknya...hehe (based on pengalaman dan pengamatan pribadi). Dulu (ketika belum menikah), sayapun begitu. Saat materi sebuah pengajian tentang munakahat atau topik-topik lain yang dekat dengan dunia perjodohan diberikan, selalu membuat lingkaran kecil yang merenggang menjadi rapat. Fikiran yang tadi melayang kesana kemari, tiba-tiba menjadi kompak dengan mata dan telinga. Mendengar baik-baik rangkaian kata yang disampaikan pemateri, persis seperti pecandu bola yang begitu khusuk menanti detik-detik gol. Analoginya ga pas ya? hehe. Ya sudahlah, yang penting bisa dibayangin kan ya?

Jodoh dan Status Facebook, apa pula ini?

Saya ada cerita!
Alkisah di sebuah kota kecil, sepasang suami istri dikejutkan oleh kedatangan seorang pria tampan dari pulau seberang. Meskipun sebelumnya anak gadis mereka telah menceritakan sekelumit kisahnya diperantauan, tetapi tetap saja ayah dan ibunya takjub. Tidak menyangka, seorang pria mau datang menemuinya seorang diri hanya untuk melamar anak gadisnya. Menempuh perjalanan jauh lagi. 

"Kamu sudah lama kenal sama Nisa?", tanya sang ibu penasaran.

"Kenal langsung belum sih, bu. Baru seminggu ini kami diperkenalkan. Tapi saya sudah lama memperhatikan anak ibu"

"Memperhatikan? Bagaimana caranya? Bukankah kalian tidak tinggal di kota yang sama?". Kali ini si ayah yang ikut menimpali.

"bener, Pak. Awalnya saya tertarik dengan status-status anak bapak di facebook. Dari kalimat yang ditulisnya saya yakin kalo Anisa adalah gadis positif. Ga satupun saya temukan umpatan atau kata-kata buruk. Jika sesekali dia share postingan atau aktifitasnya, selalu bermanfaat buat orang lain. Saya stalking semua tentangnya, mengobrak abrik siapa saja temannya. Bagaimana komentar-komentarnya menanggapi sesuatu. Semakin lama saya menjadi semakin tertarik. Dia pintar, pergaulannya positif" jelas Rafli panjang lebar. Mendengar cerita penuh semangat itu, memancing gelak tawa suami istri tadi. "Ada-ada saja anak muda sekarang", batinnya.

"Anak muda, kenapa semudah itu kamu percaya? itu kan dunia maya, bisa saja Anisa putri kami tidak sebaik yang kamu kira. Bikin status bagus dan positif semua orang juga bisa". Masih sambil tertawa Ayah Anisa menanggapinya.

"Bukan seperti itu, Pak. Sebagai pria yang sudah siap untuk menikah, tentu saya juga tidak semudah itu menjatuhkan pilihan. Sudah pasti saya juga punya kriteria. Karena saya saat ini tidak saja sedang menyeleksi calon istri, tetapi juga sedang memilihkan ibu untuk anak-anak saya yang dilahirkannya nanti", Rafli kembali berargumen. Kali ini Ayah Anisa tak lagi tertawa, tapi mulai serius menanggapi.Posisi duduk sedikit dirubah lelaki enampuluh tahun ini. Beliau mulai simpatik. Sepertinya anak muda ini bukan dalam fase buta karna cinta. Tapi "cukup berisi" fikirnya. 

"Setelah stalking facebooknya Nisa, saya putuskan untuk mendekati teman-temannya. Sedikit menyamar saya tanya pada mereka pribadi Anisa itu bagaimana, pemahaman agamanya seperti apa. Bukankah untuk mengenal seseorang kita bisa berkaca pada teman dekatnya?. Semua teman-temannya bercerita kalau Anisa adalah gadis yang aktif, pintar dan baik. Dari situlah saya merasa yakin bahwa Nisa adalah gadis yang saya cari. Lewat seorang teman kami diperkenalkan. Singkat, tapi hati saya mantap. Akhirnya Nisa menantang kesungguhan saya, meminta untuk menemui bapak dan ibu kesini jika betul-betul serius  ingin menikahinya. Hingga sampailah saya disini, Pak. Dan untuk keluarga saya, semua sudah setuju"

Singkat cerita, selang dua bulan setelah itu Nisa dan Rafli menikah. Sekarang mereka hidup dibaluti sakinah, cinta dan rahmah.

***
Kisah diatas bukanlah hayalan belaka, tapi nyata adanya. Sebuah kisah romantis yang diawali dengan adab. 

Media sosial seperti facebook memang bukanlah apa-apa, tetapi ketika berselancar di dunia ini, juga ada adab-adabnya. Berkata kasar, sumpah serapah, mengumpat akan memperlihatkan siapa pribadi kita. Mungkin ada juga yang bilang " lebih baik apa adanya daripada berpura-pura". Itu bener. Tetapi sikap jorok, kasar tentu bikin orang ilfeel duluan. Mengupload foto-foto selfi dengan memonyongkan bibir dan menyipitkan mata, mungkin ada juga sih yang suka, tetapi cuma untuk dilihat saja, untuk dijadikan istri seorang pria yang baik akan fikir-fikir dulu. Saya pernah menanyakan ini pada teman laki-laki yang notabene berlabel seorang playboy, " Cewek-cewek seperti itu pasti menarik lah ya..bagi pria". Lalu dengan santai dia jawab , "klo untuk dilihat-lihat dan dibawa main sih asik..tapi untuk dijadiin istri ga deh". Helllowww, itu yang bilang cowok.

Aturan ini sebetulnya bukan berlaku buat wanita saja. Pria tentu juga harus bisa bersikap santun dimana saja berada. 

Jadi apa kesimpulannya? JAGA SIKAP! karna tidak ada yang tahu, kalau saat ini ada yang stalking facebook mu wahai jomblowan dan jomblowati. Bisa jadi kisah kalian seperti Nisa dan Rafli. 

Sekian.

Sabtu, 16 April 2016

Karena istrimu bukanlah Wonder Woman


Bis kembali bergerak perlahan, setelah sesaat berhenti dan menaikkan penumpang. Seorang ibu paruh baya rupanya, melangkah sedikit terhuyung, dengan tas yang kelihatan berat. Kulirik, sepertinya seorang guru. Ada buku absensi siswa menyembul dari tasnya. 

Matanya mencari-cari kursi kosong. Akhirnya pilihan jatuh pada sayap kiri deretan keempat. Persis disampingku. Dengan seulas senyum, kusambut kedatangannya. Dan setelah itu, kami larut pada fikiran masing-masing. Entah nanti mau masak apa atau mau mampir kemana. Beginilah ibu-ibu rumah tangga yang bekerja dengan jarak tempuh cukup jauh. Badan belum sampai di rumah, tapi yang dibayangkan kewajiban utama, menyiapkan masakan yang akan disajikan untuk keluarga. Meskipun zaman sekarang segalanya bisa praktis, rumah makan ada dimana-mana, tetapi tetep saja ada kebahagiaan tersendiri ketika suami bilang, " masakannya enak, sayang". Aku yakin, rasa lelah istri akan menguap meski dengan sedikit pujian. Makanya aku selalu terkagum-kagum pada wanita bekerja, tapi telaten mengurus anak dan menjalankan kewajiban sebagai istri. Hmmm, wanita super..

Bis baru melaju lima menit sejak ibu tadi duduk disebelahku. Tapi sepertinya ia mulai "menganguk-angguk". Tertidur, pulas. Sesekali kepala si ibu miring kekanan, kadang  mengayun kedepan jika bis tiba-tiba berhenti. Karena terkejut mata bu guru ini terbuka, lalu mengatup lagi. Itu disepuluh menit pertama.

Angin berhembus sepoi-sepoi. Menelusup lewat jendela yang kubuka sedikit lebar. Ada beban di bahu kiriku. Ga begitu berat, tapi kadang-kadang agak geli kalau kepalanya semakin nyungsep. Kulirik kekanan. Tidak salah lagi. Agaknya ibu tadi lelah sekali. Hingga tidak tahu sedang tidur di rumah atau bis umum. Ga tega juga membangunkan. Tapi ga tahan juga. Bukan berat, tapi itu tadi. Geli...hihi. Syukurlah supir bis ngerem mendadak lagi, si ibu terbangun dan dengan wajah bersemu minta maaf padaku, sambil merapikan jilbabnya yang naik turun seperti pegunungan.

Aku tersenyum. lalu melepaskan kembali pandangan keluar bis. Hati kecilku berbisik "Hidup adalah pilihan". Ketika wanita bekerja, inilah konsekuensinya. Lelah, tapi bahagia. Sebetulnya mungkin bukan sekedar tentang gaji. Tapi eksistensi. Ada kebanggaan tersendiri melangkah anggun ke tempat kerja dipagi hari. Pastinya tanpa melupakan sunnatullah sebagai istri.

Ketika mengizinkan istri bekerja, suami tentu juga harus siap dengan segala akibatnya. Ada sisi-sisi yang harus dipahami. Jika tubuh wanita yang anda cintai kelihatan begitu lelah, jangan terlalu memaksa untuk setiap hari memasak. Jika taman didepan rumah kurang terurus dan anda pun sibuk, bayar saja orang untuk merapikannya. Karena sehebat apapun, dia tetap wanita biasa,  bukan Wonder Woman. Mengertilah..








Jumat, 15 April 2016

Hati Lelaki yang Tercabik


"Meskipun rumah yang akan kita kontrak nanti sangat sederhana, tetapi Abang yakin, kita akan bahagia disana". Andi menatap mata indah istri yang sangat dicintainya. Meskipun sejak awal dia sudah sering mendapat penolakan dari sang istri dan gagal membujuk untuk keluar dari rumah mertuanya, namun ia tetap berusaha, " Ini demi masa depan, demi sakinah yang didamba," gumamnya. 

Terlahir sebagai anak dari keluarga yang over protektif, Mega memang belum "dilepas" sepenuhnya meskipun sudah menikah. Terutama ibunya. Beliau masih ingin semua anak-anaknya tinggal di rumah cukup mewah berukuran luas yang telah dibangunnya. "Disinilah kalian dibesarkan, aku juga ingin melihat cucuku tumbuh disini. Apa yang kalian cari diluaran sana? Belum tentu rumah yang disediakan suami kalian lebih nyaman. Apalagi kau Mega! Mana ada rumah kontrakan yang nyaman?". Panjang lebar ibunya berceramah ketika Mega menyampaikan maksudnya untuk pindah rumah bersama Andi suaminya.

Sebetulnya Andi adalah suami yang sabar, bahkan teramat sabar. Ketika wajah masam ibu mertua dan keluarga besar istrinya mendapati Andi yang tidak membawa buah tangan pulang kerja. Semua mengumpat, mengatakan Andi adalah menantu pelit dan tak pandai berbasa basi. Padahal bukan tidak pernah Andi membawa makanan atau apalah pulang, tetapi jika tiap hari uang darimana? Ia hanyalah karyawan biasa. Pernah juga tiba-tiba Andi kaget mendengar teriakan sang mertua memanggil Mega. Saat itu mereka sedang bercengkrama di kamar. Andi mengerti, mungkin si ibu sedang membutuhkan anaknya, tetapi wajarkah memanggil dengan suara menggelegar seperti itu? Tidak adakah harganya sedikitpun sebagai suami?.

Banyak sekali masalah-masalah di rumah ini. Puncaknya adalah ketika adik iparnya ikut-ikutan lancang. Menghasut Mega dengan mengatakan kalau Andi keberatan setiap kali sepeda motornya dipinjam. Padahal bukan begitu kenyataannya. Mega terpancing fitnah. Langsung meradang dan ikut-ikutan bicara keras pada Andi tanpa klarifikasi. Andi sudah berusaha menjelaskan, tetapi Mega sepertinya tidak bisa lagi berfikir jernih. Hasutan dan tabiat tanpa teladan yang diberikan oleh keluarga besarnya membuat Mega yang ia kenal berubah. 

Ia bukan malaikat tanpa emosi. Tetapi hanyalah seorang laki-laki biasa. Punya ego dan kesabaran yang kadang masih terbatas.

"Jika kamu adalah istri sholehah yang Abang impikan, ikutilah perintah suamimu ini. Abang tahu, hidup kita mungkin pas-pasan, tapi abang yakin, jika kita mandiri, tidak tinggal dirumah dengan penghuni sebanyak ini, akan kita rasakan ketenangan dan kebahagiaan". 

Kembali ia membujuk sang istri, tapi ia bertekad ini untuk terakhir kalinya. Rumah kontrakan itu sudah dibayarnya. Pakaian untuk dibawa kesana telah disiapkannya sendiri Harapannya sangat besar agar Mega mengikutinya untuk pindah hari ini. Peristiwa tadi pagi betul-betul telah menginjak-injak harga dirinya. "Sudah cukup!", batinnya.  

Mega diam terpaku. Wajahnya sendu, bimbang dan tanpa kekuatan. Kembali ia teringat kata-kata ibunya 6 bulan yang lalu. Ketika itu Andi melamarnya. Setelah Andi pamit pulang ibu berkata ; "Ibu tidak setuju, menantu ibu semuanya PNS, apa kata dunia nanti jika kamu putri yang ibu bangga-banggakan menikah dengan karyawan rendah seperti dia". Meskipun akhirnya mereka menikah, tetapi ibu tetap berusaha mencabik-cabiknya. 

"Berangkatlah abang dulu, nanti Mega fikirkan". Lunglai Andi mendengar kalimat kekasih hatinya itu, tetapi ia harus pergi".

Sebulan, dua bulan dan berbulan-bulan. Mega tak kunjung menemuinya. Hatinya tercabik, hingga tak bisa disulam lagi.










Setia yang Menguap


Langit membiru syahdu
Burung-burung bercengkrama riang
Ombak berkejar-kejaran
Anak muda merajut mimpi

Nun di sebuah negri..
Tempat dimana mimpi-mimpi dikebiri
Diurai..terburai..

Tak..tak..
Tak perlu kompetensi
Cukup beringin..
Tempat menikmati gulali dan bermain-main

Heeeeiiii..
Kenapa hengkang?
Setia mana?
Aku butuh peluhmu
Butuh darahmu
Butuh..

Setia?
Menguap!
Seperti air laut yang menjadi titik-titik awan
Biarlah menjadi hujan ditempat berpengharapan


*Baiti Jannati
150416


Selasa, 12 April 2016

Apa aku salah melahirkan anakmu?



Sudah lama kumengenalnya. Seorang wanita gesit, enerjik dan kadang tampil maskulin. Jalannya cepat, tak gemulai seperti penari. Geraknya lincah, tak melambai. Manis dan ringan tangan. Murah hati dan hangat. Lahir dari keluarga utuh dan penuh kasih sayang. Bunga. Demikian ia biasanya dipanggil. Dua tahun lalu dikabarkan padaku kalau ia hendak menikah. Bahagia mendengarnya. Baarakallah.., bisikku saat memeluknya di pelaminan.

***

"Kapan kakak ada waktu?, Bunga mau bercerita", tanyanya lewat BBM. 
"Cerita apa, Bunga? sepertinya penting banget" balasku penuh selidik.
"Berat, kak..Bunga ga tahan lagi". Ada nada sesak pada kalimatnya. Buru-buru kubalas, "Baiklah, kita ketemuan besok jam 11,00, jemput kakak, Nanti kita cari tempat yang nyaman". Kusentuh send dilayar Z10 yang setia menemani. Dalam waktu kurang dari satu detik, kuterima balasannya; "Ok, kak."

Setelah mengakhiri percakapan itu, hatiku diliputi tanda tanya. Masalah apa yang menimpa Bunga ?, bukankah mereka sekarang lagi bahagia?. Melahirkan anak setelah setahun penantian. Dianugerahi bayi cantik yang diberi nama Queen. Allah hadiahkan anugerah tak terhingga padamu, dinda. Tak semua orang merasakannya. Tapi hari ini mendadak ia menghubungiku, Tak biasanya wanita mandiri sepertinya berkeluh kesah jika bebannya tak begitu berat.

***

Suaranya bergetar, airmatanya mengalir tanpa mampu kubendung. Yang bisa kulakukan saat Bunga memuntahkan segala rasa yang menyesakkan dada hanyalah menggenggam tangannya, sesekali memberikan tisu untuk menghapus airmatanya. Syukurlah kami hanya berdua ketika itu, hingga tak ada yang melihat betapa bunga sangat bersedih.

Menurut penuturan Bunga, diawal pernikahan suaminya sudah bilang kalau dia belum siap memiliki anak. Inginnya, Bunga hamil setelah dua atau tiga tahun usia pernikahan. Keinginan itu bertolak belakang dengan harapan Bunga. Wanita manis ini mengimpikan segera memberikan cucu untuk orangtuanya yang sudah tua. Meskipun sebelumnya kakak Bunga yang sudah menikah juga sudah punya anak, tetapi Bunga ingin melihat ekspresi orangtuanya jika nanti ia melahirkan seorang bayi.

Dilematis, tetapi Bunga memutuskan untuk tidak "berjaga-jaga". Difikirannya, nanti jika ia hamil, pasti suaminya berubah fikiran. Bukankah anak adalah anugerah terindah dalam pernikahan?, jadi buat apa menunda, batinnya.

***

Gerimis sore itu begitu syahdu. Bunga bener-bener terharu, melihat dua garis merah tampak jelas di test pack yang baru saja digunakannya. Hatinya begitu girang dan bahagia. Buah cinta telah tumbuh dirahimnya. Bunga Hamil tepat tiga bulan usia pernikahan mereka. Buru-buru ia mandi dan berdandan rapi. Menanti sang kekasih hati untuk memberi kejutan atas berita bahagia ini.

"Saya kan sudah bilang, nanti saja hamilnya!. Saya belum siap dengan anak dan segala tetek bengeknya" bentak suaminya keras menggelegar. Hati bunga terasa sangat remuk, tubuhnya terasa melemah tak berdaya seperti kemumu digulai. Lunglai, ringsek, sakit. Hayalannya buyar. Tadinya ia berharap akan dipeluk dan melihat sumbringah senyum suaminya. Tapi tidak..ini beda!. "Apa yang salah ya, Robb?", desisnya. Tanpa berhasrat menjawab, ia berjalan ke kamar mandi. Wudhu', lalu mengadu pada-NYA.

***

"Sejak itulah dia berubah, kak. Bahkan ketika Queen lahir dia keluyuran entah kemana. Sampai saat sekarang, Queen sudah berusia satu setengah tahun. Sama sekali dia tak dekat dengan Ayahnya. Bagaimana bisa akrab, kalau setiap pulang kerja dia lebih suka bermain dengan gadgetnya dari pada bercanda dengan Queen. Padahal Queen sedang lucu-lucunya. Puncaknya sebulan yang lalu, ketika dia pulang dalam kondisi kusut dan sembrawut. Marah-marah tak jelas, Sebagai istri Bunga tetap menyiapkan makan malamnya. Tapi ketika Bunga  bertanya, "sampai kapan ayah begini....", dia naik pitam, tangan kekarnya menampar Bunga. Queen terbangun mendengar pekik kerasnya. Apa lagi, kak?, biarlah semuanya berakhir, jika itu lebih menenangkan".

Sorot mata bunga berubah menjadi tajam. Harga dirinya bangkit. Tak tahu apa yang akan terjadi jika Queen tumbuh tanpa keluarga lengkap. Tanpa seorang Ayah layaknya anak-anak lain. Tapi ia tak tahan lagi. Buat apa mempertahankan ikatan pernikahan jika tiada lagi kedamaian. Bukan kah sakinah itu tujuan?

Kugenggam erat tangannya, kutatap ia lekat. Hanya sepotong nasehat yang bisa kusampaikan "Istikharahlah...mohon petunjuk pada-NYA, insyaallah akan ada jawaban dari-NYA. Selalu libatkan DIA dalam setiap keputusan".

Aku tahu ini berat baginya, tapi dua kata untuk suami yang telah menyia-nyiakannya : KUFUR NIKMAT!




Disela Rinai
Padang, 120416







Sabtu, 09 April 2016

Ini Sesalku, Tidak Untuk Ditiru!


“Kamu hobi menulis bukan? Ikutilah organisasi kepenulisan. Seingat saya, di kampus kita sering diadakan semacam pelatihan atau seminar tentang ini, tanya saja sama anak-anak Genta Andalas," ujar penasehat akademik yang hari itu kutemui untuk diskusi urusan perkuliahan. Dosenku ini memang perhatian, bahkan biodata kami sebagai bimbingannya ditelaah satu-persatu. Beliau tak segan-segan untuk memanggil kami hanya untuk menyampaikan strategi menjadi mahasiswa ideal. Akademik oke, organisasi juga oke.

Pandangan beliau kutanggapi dengan anggukan sekedar untuk menghargai, tanpa ada niat sedikit pun untuk menindaklanjutinya, apalagi dengan rasa antusias. Menjadi mahasiswa yang organisatoris? Halaaaaah, buat apa? Kalo ujung-ujungnya jadi MaPaLa (Mahasiswa Paling Lama). Setia bertahun-tahun di kampus, sibuk ini, sibuk itu tanpa memikirkan nilai akademik. Alih-alih  memberi justifikasi jika teman seangkatan sudah wisuda. Ketika orang tua bertanya kapan tamat, dengan sangat meyakinkan berdalih, “Dia, kan, sekedar kuliah saja, Bu. Tak ikut kegiatan apa-apa dikampus. Tapi ,ibu lihat saja nanti, karakter kami berbeda. Jiwa saya terbentuk lewat organisasi. Lha, dia ngomong didepan umum aja demam panggung, keringat dingin bercucuran, wajah pucat seperti bulan kesiangan, ga banget deh Bu. Beda, pengalaman saya jauh lebih banyak”.

Sungguh aku tidak mengada-ada. Kalimat itu pernah  kudengar langsung. Dan sejak itulah aku antipati dengan yang namanya organisasi. Tamat S-1 dengan masa aktif kuliah selama 7 tahun itu bagiku sangat memalukan. Ga ingat apa, orangtua rindu anaknya wisuda. Ga peduli jugakah kita dengan adik-adik yang juga harus masuk kuliah dan dengan tertunda-tundanya wisuda kita, itu akan membebani orangtua lebih berat lagi dari segi biaya. Baiklah, mungkin kita anak bungsu dan dari keluarga kaya tak kekurangan satu apapun, tapi kelamaan jadi mahasiswa bukankan menambah usia? aiiiih...keburu tuiiiir keleees. Tidak! Maaf, pak Dosen, kali ini saran bapak kuabaikan. Meskipun aku memang hobi menulis.

Semasa sekolah guru Bahasa Indonesia sering mengatakan bahwa aku punya bakat menulis. Ikut beberapa perlombaan sejak SMP, karya pertamaku berjudul “ Buah Nusantara”. Waktu itu Papa yang membimbingku. Masih disimpan penghargaannya, meskipun tak juara I, tapi aku dapat sertifikat yang ditandatangani Gubernur Sumatera Barat dimasa itu, Bapak Hasan Basri Durin. Aku tak pernah mengikuti kegiatan apapun untuk mengasah bakatku. Yang kulakukan hanyalah menulis semua rasa dalam buku diary. Seingatku hampir sepuluh buku yang penuh dengan coretan. Apakah itu tentang suka, duka, kesal, bahagia, mimpi, asa, harapan dan cinta. Semua tertuang disana. Bahkan jika kubaca kembali, semua yang kutulis mirip rangkaian doa. Karena penutupnya selalu dimuarakan pada-NYA.

Alhamdulillah, karena fokus pada urusan akademik, aku wisuda sesuai target. 4 tahun untuk merampungkan S-1 Farmasi dan ditambah 1 tahun menyelesaikan program Profesi Apoteker. Bukan prestasi yang gemilang juga sebetulnya, tetapi aku bahagia, Farmasi mampu kutaklukkan tanpa harus berteman dengan  “hantu” laboratorium saking lamanya.

Kasih sayang Allah begitu berlimpah. Tak dibiarkan-NYA ilmuku mengendap lama. Oktober sumpah Apoteker, November bulan berikutnya ikut Tes PNS. Desember aku dinyatakan lulus sebagai Pegawai Negri Sipil di sebuah Pemko. Ditahun yang sama. Aku bangga bisa membuat orangtua bahagia.

Memasuki dunia kerja banyak tantangannya. Pergaulan lebih majemuk. Usia dan profesi lebih beragam. Perlu ilmu untuk mengelola emosi, seni berteman, bicara, bekerja dalam tim, manajemen konflik dan sebagainya. Aku yang monoton dan semasa kuliah sibuk dengan “keakuan” ku mulai tersadar, mungkin ini yang dinasehatkan oleh dosen dan seniorku dulu. Character Building bisa terbentuk dengan berorganisasi. Kejenuhan bisa disiasati dengan menekuni hobi. Sehingga hidup lebih bervariasi dan warna-warni seperti pelangi.

Duuaaaaar... ! Aku seperti dibangunkan oleh gelegar petir. Sekonyong-konyong tubuhku terasa lunglai demi mengingat tahun-tahun yang telah terlewati. Aku yang fokus pada satu pintu disaat pintu-pintu lain membentang lebar. Aku yang melewatkan berbagai momen untuk meraup ilmu lain selain ilmu farmasi. Aku yaaaang...ah, sesal itu seakan menikamku. Tapi aku takkan mati olehnya, karena aku tersadar disaat mataku belum tertutup. Disaat masih bugar dan bersemangat.

Perlahan kuikuti organisasi, kupacu ketinggalan. Belajar ber “public speaking”. Memupuk rasa percaya diri. Selalu berusaha menyisihkan waktu untuk memfasilitasi hobi. Aku teringat kembali tentang menulis.

Kagum pada penulis yang buku-bukunya sering kubaca, menghadirkan tekad untuk tidak mau menua tanpa karya. Pernah kudengar, ada 2 cara untuk menjadi orang yang namanya lebih panjang dikenang daripada usianya. Pertama artis, kedua penulis. Hehhe, artis? Rasanya tidak mungkin. Tidak ada peluang kearah sana. Biarlah itu menjadi jalan orang-orang yang punya bakat saja. Sedangkan menjadi penulis, meskipun sulit bagiku, tapi itu jauh lebih mungkin. Oke, menulis. Ini akan ku jadikan sebentuk pelangi yang mewarnai rutinitasku. Tak buru-buru berfikir jauh, karena cukup bagiku untuk menyalurkan hobi saja. Dikala penat dengan aroma zat kimia setiap hari.

Pagi itu, kutembus rinai pagi. Tak peduli kaos kaki yang basah karna cipratan air yang menggenang. Diantar suami kumelangkah menuju gedung pertemuan. Baru masuk kulihat spanduk bertuliskan “ Open Recruitment Anggota FLP Sumatera Barat. Hmmm, rame. Rata-rata yang hadir mahasiswa. Kembali perih menusuk hati, kali ini lebih sakit lagi, ketika melihat pematerinya adalah penulis yang usianya sebaya denganku, tetapi telah menelurkan beberapa buku. Andai saran dosen ketika ku masih semester satu dulu dituruti, tentu aku tak seterlambat ini. Belajar bersama mahasiswa baru yang jauh lebih segar dan kreatif. “Ah, biarlah. Usia kita boleh beda, dek..tapi jiwa dan semangatku muda seperti kalian”, batinku membujuk hati.

Memang benar kata orang bijak yang pernah kubaca “ Ujian setelah hijrah itu adalah istiqomah”. Ketika tersadar dengan segala ketertinggalan, kuputuskan untuk berhijrah. Pindah dari aku yang malas melatih diri dan mengasah bakat, menjadi orang yang mau memberikan ruang untuk memfasilitasi hobi. Bagiku ini juga termasuk hijrah. Tapi ujiannya berat teman, rutinitas membuatku lelah, hingga aku tidak bisa menghadiri pertemuan dwi mingguan yang dijadikan persyaratan. Jadilah kukembali terdampar dilokasi minim tantangan. Istiqomahku dipertanyakan. Menulis tanpa target. Tanpa teori. Orang berlari kuberjalan, orang disiplin sedangkan aku memaafkan diri berkali-kali.

Menjadi Penulis itu tidak mudah, sangat tidak mudah. Latihan itu mutlak. Berleha-leha memanjakan mood berhari-hari, mengandalkan suasana hati ketika memulai menulis, bersiaplah menggali kuburan untuk memendam mimpi menjadi penulis.

Kembali ku tertinggal jauh dibelakang, sekedar menjadi pembaca untuk sebuah antologi, yang diterbitkan dari kumpulan tulisan teman-teman FLP ku dulu. Padahal saat itu aku ada diantara mereka. Semangat diawal takku pelihara.

Tapi itulah aku. Seorang yang tak pernah buru-buru mencoret list mimpi. Aku membaca dan sesekali menulis di blog yang dulu pernah kubuat. Tapi seperti bis umum yang berjalan pelan ketika tak ada lawan searah. Baru bisa melesat kencang saat lawan sudah didepan. Akupun butuh tantangan. Aku butuh komunitas yang mengingatkan, memotivasi, mengkritik dan menumbuhkanku. Dan yang paling penting menjaga “keistiqomahanku”.

Sampai akhirnya, tanggal 10 Januari, Allah mengarahkan mataku pada sebuah informasi di wall facebook seorang teman. ODOP. Singkatan yang mengingatkanku pada sebuah komunitas orang -orang yang berkomitmen membaca Alqur'an 1 Juz sehari. ODOJ ; One Day One Post. 

Penasaran, kubuka link informasinya. Ternyata memang benar, ODOP itu adalah sebuah komunitas orang-orang yang berkomitmen untuk menulis setiap hari. Kenapa setiap hari? Tujuannya adalah untuk membiasakan diri menulis, dengan demikian diharapkan latihan tersebut akan mampu menjadi sarana untuk menghasilkan tulisan yang berkualitas.

Pencetusnya adalah Bang Syaiha. Seorang penulis yang menurutku sangat unik. Dikatakan begitu karena melihat keinginannya yang besar untuk memotivasi orang lain untuk menulis. Menulis untuk keabadian. Demikian slogan yang selalu beliau sampaikan.

Ya, keesokkan harinya aku sudah bergabung dengan komunitas ODOP (One Day One Post). Kami diarahkan dan dibimbing untuk menulis setiap hari. Dari 6 baris menjadi setengah halaman A4. Dari Tema bebas sampai tema khusus. Dari cara membuat judul yang menarik sampai analogi yang bikin tulisan apik

Memasuki bulan ketiga belajar bersama di komunitas ini,banyak sekali yang kuperoleh. Tidak saja ilmu kepenulisan, tetapi juga persahabatan. Kami memang dituntut untuk memberi kritik dan saran untuk tulisan yang mendapat giliran "dibantai", tetapi tidak seorangpun yang mengkritik dengan bahasa pedas dan menjatuhkan mental. Bahkan penulis sekelas Bang Syaiha pun tak pernah membuat kami patah semangat, beliau selalu memotivasi, memberi masukan tanpa mematikan benih yang sedang tumbuh. Itulah yang menjadi alasan kenapa aku begitu nyaman belajar di komunitas ini.

Subhanallah..Tidak terasa, sejak 26 Januari aku menulis di blog, sampai hari ini sudah tersimpan 63 tulisan sederhanaku dengan hampir mendekati angka 16 ribu kali penanyangan. Jika dijumlahkan dengan tulisan sejak tanggal 11 Januari, sudah ada 78 tulisan. Jika dibaca, mungkin tulisanku masih sangat jauh dari sempurna, namanya juga pemula. Tapi ketika bertemu denganku ada orang yang berkomentar  ;

 “Helen, tulisannya sering bikin Uni terharu, sangat menyentuh “
“Helen ini berbakat menulis, ketika saya baca seakan-akan saya berada didalamnya”
“Ditunggu ya, Len..tulisannya, uni mengikuti blog mu”
“Tulisan ibu bagus, boleh saya share di web Pemko?”
“Makasih, ya..tulisannya tentang antibiotika bermanfaat banget”
“Helen, tulisanmu bikin pensaran, judulnya eye catching banget” 

Dan komentar-komentar lainnya. Mungkin kesannya lebay karna jujur, tulisanku masih sangat simpel dan belum sesuai kaidah kepenulisan. Tapi sebagai pemula, aku semakin termotivasi untuk terus belajar. Mimpiku adalah untuk menebar jaring-jaring kebaikan melalui tulisan. Soal kemana muaranya, biarlah Allah yang menentukan. Semoga ada karya sebelum menutup mata. Support penuh dari suami tentu menjadi energi bagiku.

Untuk teman-teman yang mau belajar menulis, mulailah action sesegera mungkin. Untuk sahabat sesama penulis pemula sepertiku, teruslah berlatih dan jangan mudah letih. Tulislah dan membacalah. Dengan demikian cepat atau lambat tulisanmu akan menemui takdirnya. Demikian nasehat yang selalu teringat. Jangan tiru sesalku atas kondisi koma yang teramat lama ini. Baru tersadar sekarang, disaat fikiran sudah mulai bercabang-cabang. Semoga itu tak menjadi penghalang.

Selamat Berkarya..

Padang, 100416 

Dikala Hujan



Hujan..
Tolong sembunyikan gundahku malam ini..
Seperti kau menutupi panas dengan curahmu..


Hujan..
Sesungguhnya ada apa ini?..
Riak hadir ditengah syahdunya manis..


Hujan..
Meskipun bukan papan, bukan batu apalagi besi..
Bolehkah kami mengerti?

Ada apa ini?..

Dikala hujan..
Beri tahu kami..
Apa yang terjadi..



*Villa Anggrek ; 050416

"Simple..Saya ingin bahagia. Itu Saja".

Hari itu saya nonton siaran talkshow ditelevisi, kali ini bintang tamunya adalah seorang artis yang belakangan sudah agak jarang muncul. Menyimak perbincangan mereka, hati saya tergelitik dengan closing question yang diajukan pada ibu tiga anak ini; "jadi sekarang apa yang menjadi impian anda?". Lalu dengan seulas senyum dan mata bulat yang merawang, perempuan cantik yang sempat terpuruk dengan masa lalunya ini menjawab , " Simple..Saya ingin bahagia. Itu saja". Lalu Sang Host kembali mempertegas , "Itu Saja ?" . Dengan anggukan pasti artis tersebut memberi kepastian atas ungkapannya. 




Hidup bahagia, siapa yang tidak menginginkannya. Surga dunia baru terasa jika ada bahagia didada. Lain tidak. Bahagia selalu menjadi doa yang sering diucapkan untuk dan siapapun yang akan melangkah menuju pernikahan. Membahagiakan selalu menjadi cita-cita siapapun yang ada cinta dihatinya. Intinya, bahagia itu harapan, bahagia itu tujuan.

Adakah yang bisa menjelaskan apa defenisi bahagia ?, bisakah parameter bahagia untuk setiap personal diseragamkan ?...hhhmmm, saya rasa tidak. Defenisi untuk setiap orang itu berbeda-beda. Parameternya juga tak sama. 

Semasa kuliah, pernah seorang senior sejurusan bercerita pada saya. Begini ;

Hari itu, Uda mampir ke sekolah tempat ibu mengajar. Dari jauh Uda melihat Cleaning Service yang setiap hari bertugas membersihkan sekolah. Disaat bapak itu sedang khusuk melaksanakan tugas yang telah puluhan tahun dilakoninya, tergerak hati untuk bercakap-cakap. Setelah dibuka dengan sapaan dan perbincangan ringan, lalu Uda tanya, "apakah bapak tidak bosan menjalani aktifitas ini ?". Lalu sambil menyandarkan sapu lidi pada sebuah pohon disampingnya bapak itu menjawab dengan mata berbinar, " Tidak, tidak pernah bosan. Bapak justru sangat bahagia". "Bahagia ?" teman saya itu bercerita kalau ia mempertegas pertanyaannya. Lalu si Bapak menjawab " Ya, bapak sangat bahagia. Karna Bahagia itu ada ketika kita bisa menikmati apa yang kita jalani. Bapak bahagia karna dengan pekerjaan ini bisa menafkahi keluarga. Meskipun tidak berlebihan, tapi kami tidak merasa kekurangan. Anak-anak bisa bersekolah dan mereka menghormati bapak sebagai imam dalam keluarga"

Sebuah defenisi dan parameter yang sederhana. Tetapi faktanya bapak itu bahagia. Sangat berbeda dengan pengakuan sang artis tadi yang merasa tak pernah bahagia. Padahal secara materi ia tak kekurangan. Bahkan jika bahagia itu bisa dibeli, pastilah ia mampu. Tapi faktanya ga da yang jual bukan ?

Ini baru cerita tentang dua orang yang berbeda. Saya yakin, jika kita tanya satu persatu, tentu akan ditemukan lagi jawaban yang beragam. Jelas bukan? kenapa defenisi dan parameter kebahagiaan itu sangat variatif ?

Lalu bagaimanakah cara agar kita bahagia ?. Tentu untuk pertanyaan ini ada cara yang bisa diseragamkan. Bahagia itu ada dihati. Pemilik dan Penguasa hati adalah Allah SWT. Dekati saja DIA. Beres. Insyaallah Syukur dan Sabar akan mengikuti. Nah, dengan 2 hal besar yang dianugerahi-NYA inilah nanti kita bisa melaksanakan apa yang dibilang Bapak Cleaning Service tadi " Bahagia itu adalah ketika kita bisa menikmati apa yang kita jalani dan miliki saat ini". 

Apakah Anda Bahagia ?, mari kita tanya hati masing-masing..
Jika ada yang kurang, yuk bareng-bareeng mengadu syahdu pada-NYA..

Sekian Saja
Semoga Kita Bahagia Dunia Akhirat
Aamiin..

Tentang Self Medication dan Efek Samping Obat (ESO), Ini penjelasan Angela !!



Tarraaaaaaaa......!!!
Devila, apa kabar ?..lama ya, nunggu penjelasan aku. Maaf ya, beberapa hari ini aku sibuk banget. Maklum saja. Sosialita ,..halaaaaah. Btw, Dedek Chika nya apa kabar ?, panasnya sudah turunkah ?, Kemaren itu sebelum dibawa ke dokter, kamu bilang Chika dikasih mama nya sirup ibuprofen ya ?, lalu kulitnya memerah dan matanya bengkak gitu ?. Duh, kasian ya si Dedek. Pasti mamanya cemas banget. 

Baiklah, aku bantu jelaskan ya Vil, meskipun nanti untuk lebih lengkapnya kamu bisa juga diskusi dengan Bu Indah, itu lho..Apoteker cantik di Puskesmas Harum Wangi. 

Hhmm, jadi begini. Sebetulnya, upaya yang dilakukan mama Chika saat anaknya demam panas ga da salahnya. Itu swamedikasi namanya, atau bisa juga disebut self medication. Artinya upaya yang dilakukan pasien atau keluarganya untuk penanganan penyakit sebelum meminta pertolongan ke tempat pelayanan kesehatan dengan membeli obat sendiri. Tetapi, tentu saja untuk melakukan itu, masyarakat perlu pengetahuan dasar terkait obat dan memperhatikan kondisi si sakit. Contohnya, masyarakat harus tahu dulu tentang penggolongan obat, cara melihat komposisi obat, hal-hal yang menjadi perhatian jika minum obat dan lain-lain. 

Setiap Obat, selain memberi efek terapi, tentu juga memiliki efek samping. Karna ini terkait dengan interaksi molekul obat dengan tempat kerjanya (pake bahasa begini aja ya, Vil..aku takut klo istilah yang rumit kamu ga ngerti...hehehhe, piiiisss), jadi ga semua obat juga bekerja pada tubuh secara spesifik, tetapi dapat pula berinteraksi dengan reseptor lain yang terdistribusi di jaringan tubuh. Inilah yang menyebabkan munculnya efek samping obat.

Banyak faktor yang bisa dapat memicu munculnya ESO, diantaranya faktor Usia, genetik, penyakit yang diderita pasien, lama waktu pemakaiaan obat dan lain sebagainya. Nah terkait kasus Chika tadi, Mama Chika harusnya hati-hati ketika memberikan obat, karna si baby baru 9 bulan. Metabolisme di tubuh Chika tentu belum sempurna, sehingga kemungkinan terjadinya ESO itu lebih besar. 

Nah, tentang Sirup Ibuprofen yang diberi ke Chika, memang merupakan obat penurun panas, selain itu juga memberikan efek analgetik, termasuk golongan Obat Terbatas yang ditandai dengan lingkaran berwarna biru. Artinya, obat ini memang bebas di beli di toko obat berijin atau apotik oleh pasien tanpa resep dokter, tetapi harus memperhatikan peringatan pada obat tersebut. Jika sakit tidak sembuh dalam 3-5 hari,harus segera periksakan ke dokter. Secara umum efek samping ibuprofen adalah, mual muntah dan rasa nyeri dilambung. Efek antipiretiknya memang cepat, tetapi tidak dianjurkan pada bayi dibawah 6 bulan. Kenapa badan chika memerah setelah minum ibuprofen ?, itu bisa disebabkan karna chika alergi ibuprofen. Jadi jika ini terjadi, orang tua harus segera datang ke dokter.

Jelaskan, Vil ?...hehehe..
Btw, kamu ga boleh paranoid juga sama ESO, sampai ngajak si oma beli obat herbal saja ke Klinik "Tong Koh Syong"...xixixi. Obat itu hanya akan menjadi racun ditubuh apabila digunakan tidak sesuai indikasi, dosis,frekuensi dan aturan penggunaan lainnya. Tetapi jika 4T, 1W (tepat Obat, Tepat Indikasi, Tepat Frekuensi Penggunaan, Tepat Lama Penggunaan dan Waspada Efek Samping), ga ada masalah . Beli herbal sih boleh-boleh saja, tetapi seberapa terukurkah efek terapinya ? Itu penting diperhatikan. Jangan sampai karna antipati dengan obat, anak dah kejang karna demam tinggi, masih saja diberi terapi yang reaksinya belum teruji.

Mungkin, itu sajalah penjelasan saya dulu ya, Vil...mudah-mudahan kamu puas deh, sebelum nanti bisa bincang-bincang panjang lebar dengan Bu Indah si Apoteker cantik...

Bye..Bye...Devilaaaa....




****

Cerita seputar Obat antara Devila dan Angela bisa kamu temukan di :
www.helenasysyifa.blogspot.co.id (Angela)
www.labirintoska.blogspot.co.id     (Devila)
www.mariaamandit.blogspot.com (Bu Indah)

Semoga bermanfaat...