"Meskipun rumah yang akan kita kontrak nanti sangat sederhana, tetapi Abang yakin, kita akan bahagia disana". Andi menatap mata indah istri yang sangat dicintainya. Meskipun sejak awal dia sudah sering mendapat penolakan dari sang istri dan gagal membujuk untuk keluar dari rumah mertuanya, namun ia tetap berusaha, " Ini demi masa depan, demi sakinah yang didamba," gumamnya.
Terlahir sebagai anak dari keluarga yang over protektif, Mega memang belum "dilepas" sepenuhnya meskipun sudah menikah. Terutama ibunya. Beliau masih ingin semua anak-anaknya tinggal di rumah cukup mewah berukuran luas yang telah dibangunnya. "Disinilah kalian dibesarkan, aku juga ingin melihat cucuku tumbuh disini. Apa yang kalian cari diluaran sana? Belum tentu rumah yang disediakan suami kalian lebih nyaman. Apalagi kau Mega! Mana ada rumah kontrakan yang nyaman?". Panjang lebar ibunya berceramah ketika Mega menyampaikan maksudnya untuk pindah rumah bersama Andi suaminya.
Sebetulnya Andi adalah suami yang sabar, bahkan teramat sabar. Ketika wajah masam ibu mertua dan keluarga besar istrinya mendapati Andi yang tidak membawa buah tangan pulang kerja. Semua mengumpat, mengatakan Andi adalah menantu pelit dan tak pandai berbasa basi. Padahal bukan tidak pernah Andi membawa makanan atau apalah pulang, tetapi jika tiap hari uang darimana? Ia hanyalah karyawan biasa. Pernah juga tiba-tiba Andi kaget mendengar teriakan sang mertua memanggil Mega. Saat itu mereka sedang bercengkrama di kamar. Andi mengerti, mungkin si ibu sedang membutuhkan anaknya, tetapi wajarkah memanggil dengan suara menggelegar seperti itu? Tidak adakah harganya sedikitpun sebagai suami?.
Banyak sekali masalah-masalah di rumah ini. Puncaknya adalah ketika adik iparnya ikut-ikutan lancang. Menghasut Mega dengan mengatakan kalau Andi keberatan setiap kali sepeda motornya dipinjam. Padahal bukan begitu kenyataannya. Mega terpancing fitnah. Langsung meradang dan ikut-ikutan bicara keras pada Andi tanpa klarifikasi. Andi sudah berusaha menjelaskan, tetapi Mega sepertinya tidak bisa lagi berfikir jernih. Hasutan dan tabiat tanpa teladan yang diberikan oleh keluarga besarnya membuat Mega yang ia kenal berubah.
Ia bukan malaikat tanpa emosi. Tetapi hanyalah seorang laki-laki biasa. Punya ego dan kesabaran yang kadang masih terbatas.
"Jika kamu adalah istri sholehah yang Abang impikan, ikutilah perintah suamimu ini. Abang tahu, hidup kita mungkin pas-pasan, tapi abang yakin, jika kita mandiri, tidak tinggal dirumah dengan penghuni sebanyak ini, akan kita rasakan ketenangan dan kebahagiaan".
Kembali ia membujuk sang istri, tapi ia bertekad ini untuk terakhir kalinya. Rumah kontrakan itu sudah dibayarnya. Pakaian untuk dibawa kesana telah disiapkannya sendiri Harapannya sangat besar agar Mega mengikutinya untuk pindah hari ini. Peristiwa tadi pagi betul-betul telah menginjak-injak harga dirinya. "Sudah cukup!", batinnya.
Mega diam terpaku. Wajahnya sendu, bimbang dan tanpa kekuatan. Kembali ia teringat kata-kata ibunya 6 bulan yang lalu. Ketika itu Andi melamarnya. Setelah Andi pamit pulang ibu berkata ; "Ibu tidak setuju, menantu ibu semuanya PNS, apa kata dunia nanti jika kamu putri yang ibu bangga-banggakan menikah dengan karyawan rendah seperti dia". Meskipun akhirnya mereka menikah, tetapi ibu tetap berusaha mencabik-cabiknya.
"Berangkatlah abang dulu, nanti Mega fikirkan". Lunglai Andi mendengar kalimat kekasih hatinya itu, tetapi ia harus pergi".
Sebulan, dua bulan dan berbulan-bulan. Mega tak kunjung menemuinya. Hatinya tercabik, hingga tak bisa disulam lagi.
Sedih membacanya uni... sepertinya gimnaa gitu ya... kisah nyata kayaknya yah? Sepertinya ada...
BalasHapusHehe..begitulah, mbak Indri. Yang pasti kejadian seperti ini banyak, makanya lebih baik ga tinggal serumah dengan orangtua setelah menikah..:)
BalasHapussuami wajib ditaati,,sedihnya
BalasHapusBener, mbak Lisa...Selama dalam kebenaran suami wajib ditaati..
Hapussuami wajib ditaati,,sedihnya
BalasHapusSedih membacanya. Apapun perintah suami selama dalam kebaikan..istri wajib menaatinya
BalasHapusBener banget, Mbak Wiwid..
HapusMakasih ya, mbak...atas kunjungannya..
masih ada lanjutan nya uni helen? penasaran
BalasHapusInsyaallah..., nanti kita lanjutin. Makasih, Mbak Esti...sudah membaca..
Hapus