" Sepertinya kami tak sanggup lagi membayarnya, nak. Jangankan untuk membayar iuran BPJS, makan saja susah". Kami paham sekali manfaatnya, karna itulah tahun lalu kami sekeluarga dengan penuh kesadaran mendaftarkan diri dan membayar iuran tiap bulan dengan teratur. Tetapi belakangan kehidupan terasa makin sulit, biaya kebutuhan pokok sehari-hari semakin meningkat, kami betul-betul merasa kesulitan".
Kusimak baik-baik semua keluh-kesah ibu paruh baya ini. Sudah lama kumengenalnya, Meskipun cuma tamatan SMP, ibu 5 orang anak yang semuanya masih sekolah dan kuliah ini menurutku adalah seorang warga negara yang baik. Setiap kali PILKADA, PILEG maupun PEMILU, beliau sekeluarga lah yang duluan ke TPS. Penuh kesadaran bahwa cuma dengan cara itulah bisa dibuktikannya kecintaan pada tanah air, ya..dengan ikut berkontribusi disetiap hajatan nasional.
Demi melihat pasrah diwajah perempuan ini, rasanya tak tega ku menyampaikan berita yang baru saja terdengar. Perpres Nomor 19/2016 yang ditandatangani pada tanggal 29 Februari kemaren tentang kenaikan iuran BPJS tentu akan membuatnya semakin terpukul ( Baca juga : DPR Minta Perpres Kenaikan Iuran BPJS Diinvestigasi ). Mungkin sebahagian masyarakat bisa saja tak peduli, tapi sebagai seorang Warga Negara dengan wawasan yang cukup baik, tentu ini menjadi bahan fikiran baginya. Harus berapa lagi untung menjual sayur keliling harus disisihkannya untuk membayar iuran ini ?, sedang dengan nominal sebelumnya saja sudah sangat menyulitkannya. Beliau sekeluarga adalah peserta mandiri.
Sejenak kulempar pandangan ke hamparan sawah yang membentang dihadapan kami. Menyaksikan burung jalak yang bertengger dipunggung kerbau membuat ku tersenyum. Tiba-tiba teringat Pak Kasnadi, guru Biologi di SMP dulu. Ini contoh simbiosis mutualisme jelas beliau saat itu. Aku menghafalnya dengan baik. Sambil meghela nafas dalam dan menghembuskannya perlahan, ku kumpulkan kembali fikiran pada bahasan tadi.
Bicara tentang BPJS, aku teringat pada "rezeki" yang rutin kami terima sekitar 2 tahun belakangan ini sebagai tenaga kesehatan di Puskesmas. Rezeki itu bersumber dari dana Kapitasi. Mungkin ini adalah semacam uang jasa yang kami terima atas pelayanan yang telah kami berikan pada peserta BPJS kesehatan. Jumlah yang diterima untuk masing-masing puskesmas tentu berbeda-beda. Dan sampai ditangan kamipun nominalnya tidak sama, tergantung poin masing-masing profesi serta pertimbangan lainnya. Kurang lebih begitulah. Terlepas dari berapa nilai "logam-logam" itu, ada sesuatu yang mampir dibenakku. "Jika sampai ada air mata dari yang papa atas bahagia yang kita rasa, biarlah tiada lebih diterima". Guna melayani bukankah untuk itu kami digaji ?, jika kesibukan bertambah, ah..seberapalah. Ada program-program tambahan lho disini..ah, sudah maksimalkah ?
Atau tidak adakah cara lain agar yang miskin tak lagi makin terbebani ?. Sudah habiskah celah untuk efisiensi ? Mewah menjadi sedikit lebih sederhana barangkali. Sudah terukurkah kucuran dana dengan kualitas layanan ? atau apakah semua senang dengan pepatah minang ini " minyak habis samba tak lamak". Maksudnya ?, pelajari sajalah...
Kami tumpangkan harapan rakyat pada mu wahai Pemimpin..
Jangan lagi katakan rakyat tak paham, tapi mungkin "kita" yang gagal memahaminya...
Yang miskin itu banyak, Tuan..
Jika tidak percaya pergilah ke pasar rakyat, maka akan Tuan jumpai ibu-ibu yang tertegun sambil berfikir "mau diapakan uang 20ribu ini? semua mahal " dan akhirnya dia kembali melangkah pulang..
Atau tidak adakah cara lain agar yang miskin tak lagi makin terbebani ?. Sudah habiskah celah untuk efisiensi ? Mewah menjadi sedikit lebih sederhana barangkali. Sudah terukurkah kucuran dana dengan kualitas layanan ? atau apakah semua senang dengan pepatah minang ini " minyak habis samba tak lamak". Maksudnya ?, pelajari sajalah...
Kami tumpangkan harapan rakyat pada mu wahai Pemimpin..
Jangan lagi katakan rakyat tak paham, tapi mungkin "kita" yang gagal memahaminya...
Yang miskin itu banyak, Tuan..
Jika tidak percaya pergilah ke pasar rakyat, maka akan Tuan jumpai ibu-ibu yang tertegun sambil berfikir "mau diapakan uang 20ribu ini? semua mahal " dan akhirnya dia kembali melangkah pulang..
Betul banget, Uni. Di Indonesia ini yang kaya makin kaya aja, tak mau peduli dengan yang papa. Sedihnya...
BalasHapusBegitu lah, mbak Nindy..jika saja banyak yang merasakan..pasti Indonesia tak kan setimpang ini..
HapusMakasih ya Mbak..dah berkunjung kesini..
Tulisan yang baguss.... lihai sekali mengangkat isu dan menyandingkannya dgn realitas... itulah kepekaan... kau hebat uni... karena hatimu selalu hidup dan terus tumbuh
BalasHapusTerima Kasih, Mbak Indri..kadang rakyat sangat ingin didengarkan, bukan sekedar dijejali dengan berbagai aturan.
HapusDirimu juga hebat, Teman..
Mengingatmu adalah kumpulan semangat yang terangkum dalam kecerdasan lahir batin, sungguh..betapa mbak indri adalah sosok kreatif.
Trimakasih, mbak Indri..kita akan slalu menjadi teman yang saling menyemangati..insyaallah..
Tulisan yang baguss.... lihai sekali mengangkat isu dan menyandingkannya dgn realitas... itulah kepekaan... kau hebat uni... karena hatimu selalu hidup dan terus tumbuh
BalasHapusTulisan yang baguss.... lihai sekali mengangkat isu dan menyandingkannya dgn realitas... itulah kepekaan... kau hebat uni... karena hatimu selalu hidup dan terus tumbuh
BalasHapusTulisan yang baguss.... lihai sekali mengangkat isu dan menyandingkannya dgn realitas... itulah kepekaan... kau hebat uni... karena hatimu selalu hidup dan terus tumbuh
BalasHapusMasyaAllah tulisannya Uni,... semakin hari semakin memyesekkan kinerja pemeeintah hri ini
BalasHapussetian 5 tahun pergantian pemerintah
setiap beberapa tahun kurikulum berubah
dan setiap detik penderitaan semakin terasa...
ada yang permasalahan besar dengan negara ini uni yah...
saya merasa karena tidak di terapkannya hukum Allah secara kaffah di bumi ini....
mungkin betul kita di timoa bencana agar kita mampu dan mau berfikir, ada yang salah dengan semua ini...
Iya, Eka..semakin kesini negara smakin sembrawut saja. Masalah-masalah yang dulu tak pernah muncul sekarang merebak ..
HapusEntahlah..smg Allah tetap memberkahi tanah air ini.
Makasih, Eka..