Penantian, adakah yang menyukainya ? Saya rasa tidak ada. Jika sekiranya bisa, pasti semuanya menginginkan apa yang menjadi harapan segera menjadi nyata. Seperti Nobita yang tiba-tiba pengen ke rumah Shizuka tinggal minta bantuan pada Dora Emon. Dari Kantong ajaib keluarlah baling-baling bambu, dan merekapun bisa terbang bebas kemana saja. Jangan mimpi, itu cuma film animasi dan cuma ada di dunia hayal. Sedangkan kita hidup di alam nyata yang mutlak ada dalam genggaman-NYA.
Berbagai macam polah manusia dalam menyikapi penantian. Ada yang berkeluh kesah sepanjang waktu, mencerca setiap detik yang dilalui dengan berbagai umpatan dan pertanyaan tidak penting.
"Apa salah dan dosaku, Tuhan ?, sampai kapan ku harus menderita dalam penantian ini ?"
Menanyakan dosa?, fikir aja sendiri. Malaikat mencatatnya dengan rapi. tak mungkin salah catet hingga nasib jadi tertukar.
Atau ada lagi yang setiap saat mengumbar rasa pada semua orang " Kamu mah enak, Cakep. Cowok Pasti ngantri buat nglamar kamu. sedangkan aku?, sudah jelek, ga da prestasi lagi. Apa yang bisa kubanggakan?"
Ampun, Mak..ngapain juga sampai segitunya menghina diri?, toh kendatipun memang kenyataannya begitu, ga perlu deh diumbar sedemikian rupa. Kan bisa dibikin aja list pada selembar kertas. Catet segala kekurangan diri yang kita temui. Terus perlahan dikelola satu-satu. Belajar memantaskan dan membenahi diri.
Berada dalam penantian bukan berarti kita digiring menjadi manusia yang hidup tapi mati. Sembari memaksimalkan ikhtiar agar asa menjelma nyata, kita bisa melakukan hal-hal bermanfaat yang mungkin saja ketika yang diharap-harapkan tercapai belum tentu kita bisa leluasa melakukannya. Misalnya dengan aktif mengikuti kegiatan-kegiatan sosial, menghadiri majelis ilmu, mengikuti seminar atau bisa juga mengikuti pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan minat dan hobby. Pasti hidup tak kan menjemukan, setidaknya kita tidak melulu memikirkan tentang penantian. Menarik bukan ?.
Sebetulnya harus kita akui bahwa skenario Allah selalu cantik. Hanya saja kita yang tak sabar menanti endingnya.
Sekarang pilihannya adalah : Apakah Kita ingin mengutuki atau mencumbui penantian ?
Silahkan tentukan sendiri..
Sekarang pilihannya adalah : Apakah Kita ingin mengutuki atau mencumbui penantian ?
Silahkan tentukan sendiri..
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuswell, pilih mencumbui penantian mbak :)
BalasHapusAsiiiiik....memang lebih enak begitu, Ulfa. Biar happy selalu..:). Makasih ya,..sudah berkunjung.. :)
HapusBenar mbak! Saya setuju untuk mengisi penantian itu dengan kegiatan-kegiatan yang meningkatkan kualitas diri. Setelah menikah (sebelum melahirkanpun) saya selalu berburu seminar. Hehehe. Sampai2 suami ngambek soalnya saya sibuk sendiri. Setelah melahirkan. Semua berubah!!! Hahahahahah. Rasanya nggak tega meninggalkan anak untuk ikut2 kegiatan :((
BalasHapusheheheh...iya mbak. Ga da gunanya juga kita grasa grusu tak menentu saat menanti. Bikin hati dan fikiran makin sembrawut. Super Mommy, pasti sekarang sgala perhatian tertuju pada si kecil Zayd ya, mbak ?...:). Salam sayang dari saya. Makasih mbak..
BalasHapusKita ga perlu menanti lg :D
BalasHapusUdah di sumpah ya sriiii...waaah..slamat ya, TS...:)
HapusKita ga perlu menanti lg :D
BalasHapuskereen mbak..
BalasHapusMakasih, Irma..maksih juga sudah berkunjung ya.. :)
HapusUni..dulu saya waktu masih gadis adalah aktivis majelis talim yg sok sibuk. To meski Dan sibuk tu masih kepikiran juga kalo saya tuh nggak cantik, nggak Pinter, dlsbnya un.bgmn tuh
BalasHapusUni..dulu saya waktu masih gadis adalah aktivis majelis talim yg sok sibuk. To meski Dan sibuk tu masih kepikiran juga kalo saya tuh nggak cantik, nggak Pinter, dlsbnya un.bgmn tuh
BalasHapusUni..dulu saya waktu masih gadis adalah aktivis majelis talim yg sok sibuk. To meski Dan sibuk tu masih kepikiran juga kalo saya tuh nggak cantik, nggak Pinter, dlsbnya un.bgmn tuh
BalasHapusHehehe. Setidaknya mbak wiwid ga selalu memikirkan itu kan?..dengan menyibukkan diri untuk hal2 positif setidaknya pikiran2 tentang itu teralihkan..:)
Hapus