Rabu, 16 Maret 2016

Ketika Tak Semua Pertanyaan Bisa Terjawab

Saat itu kududuk tak begitu jauh darinya, hingga sangat jelas terdengar kalimat yang diucapkan sambil menunduk, meskipun lirih dan sayup. Riuh tawa dan seloroh sambung menyambung yang tertuju padanya masih belum reda. Dia tak membalas sepatah katapun, hanya tersenyum lalu mengarahkan pandangan ke lantai. Lututnya bergoyang, menandakan betapa dia bosan dan ingin meninggalkan ruangan ini. Meskipun pintu terbuka lebar, sebagai laki-laki dewasa ini tak akan dilakukannya. Apa kata dunia nanti ?, jangan-jangan jika itu terjadi, bertambah pula episode ledekan dikemudian hari. Laki-laki cemen barangkali ?. 

Astaghfirullahaladzim ucapnya berulangkali. Lelaki lajang disebelah ku ini beristigfar. Sebuah kalimat permohonan ampun pada Allah SWT, sebagai tanda pasrah atas ujian yang dialaminya. Tapi pada saat itu menurutku, semua yang menjadikan nasibnya sebagai leluconlah yang patut minta ampun pada-NYA. Lelaki ini tampak merasa terzholimi. Hati dan perasaannya. Sejak saat itu aku bertekad dalam hati, tak akan lagi ikut betanya ; "Kapan mau nikah?". Karna ku tahu, saat ini dia juga sedang menunggu jawaban dari Robb nya. Tak semua pertanyaan bisa terjawab olehnya.



Kawan, terkadang kita lupa menghadirkan "rasa" saat bicara. Entah itu bermaksud canda atau bertanya. Berceloteh sesuka hati tanpa memperhatikan situasi. Bisa saja kita berdalih, membuat pembenaran, "bukankah itu tanda kami perhatian ?". Sederhana. Simple. Yang penting kita terbebas dari vonis bersalah. Tapi tahukah kita bahwa kalimat singkat terkadang begitu menghunjam bagi seseorang ?

Menikah, siapa yang tidak mendambakannya. Apalagi ketika usia sudah "teramat matang". Datang kepertemuan ditanya, ada acara keluarga didesak, kumpul-kumpul sama teman dijadikan bahan candaan. tidak jarang mereka yang sedang menanti ini merasa alergi bertemu orang-orang. Lebih nyaman menyendiri. Semoga bukan kita salah satu penyebab mereka menarik diri. 

Lalu apa yang harus kita lakukan?
Jika rasanya tak bisa membantu, mungkin lebih baik kita diam daripada sekedar mempertanyakan sesuatu yang mereka sendiri tidak tahu jawabannya. Kenapa ? , karna bisa saja saat ini orangtuanya juga sedang merintih berdoa agar Allah memberi kemudahan jodoh bagi anaknya, atau mereka sendiri juga punya masalah yang tidak kita ketahui. Jika bisa, pasti lah semua orang ingin hidupnya lancar jaya. Kuliah, kerja, menikah, punya anak,dapat menantu, dikaruniai cucu, lalu meninggal dan masuk surga. Tapi hidup tidak sesederhana itu bukan ?, pasti ada liku-liku dan perjuangan. Setiap orang punya takdir masing-masing. Dan Allah telah "mengukur" seadil-adilnya. 

Sekali lagi, Jika kita tak berniat membantu, berhentilah bertanya, Karna tak semua pertanyaan bisa terjawab. Atau jika itupun sulit, begini saja "coba bayangkan seolah-olah kita berrada pada posisi mereka", dan rasakan sakitnya.

Sekian









7 komentar: