Sebentuk Nikmat

"Uni, Helen taragak basuo, kapan kita bisa bertemu,ni?"

" Iyo, Helen, Uni juga pengen bacarito-carito samo Helen. Besok kita makan Es Krim di Air Tanang, ya". 

"Oke, Uni..siiip"

Dan keesokan harinya kami pun bertemu di Rumah Makan air Tanang. Makan Es Krim Gunung Merapi dan Banana Boat kesukaan kami. Dan kalau sudah bersama, panjang lah cerita. Tentang dunia yang hiruk pikuk, tentang harapan yang tak pernah padam dan juga tentang akhirat yang kadang sering dilalaikan. Allah, ampuni kami..

Awalnya kami tidak mengerti, kok bisa ya ?, kami saling merindu seperti saudara sedarah. Berbagai hal kami bahas bersama, suka maupun duka. Kadang nyaris tanpa rahasia. Yang kami tahu adalah, kami sedang berjalan kearah yang sama. Memperjuangkan hal yang sama, terbingkai dalam lingkaran cinta dengan kurikulum yang sama.

Karakter kami mungkin berbeda. Aku yang meledak-ledak tetapi super sensitif, dan Uni yang lebih penyabar dengan selera humor yang unik. Kombinasi karakter inilah yang membuatku selalu merasa lega setiap kali bercerita padanya. Dan kelebihan Uni lagi adalah, meskipun usia kami terpaut 6 tahun, tetapi setiap kali ada ide-ide baru uni dengan senang menerimanya, selama itu baik pastinya. Pantaslah ketika Uni pindah Puskesmas, aku sedih sekali. Padahal masih dinas di Kota yang sama. Baper.. :)

Allah Maha baik ya..Ga punya kakak, Allah kasih saudara yang istimewa. Nikmat Allah itu memang luar biasa. Ga bakal mampu seorangpun menghitung. Sebetulnya kita tak perlu berkeluh kesah dengan sesuatu yang belum kita miliki,nikmati saja sgala anugrah yang telah Allah beri selama ini. 

Sungguh, terlalu banyak nikmat yang mesti kita syukuri. 

Fa bi ayyi aalaa'i Rabbikumaa tukazzibaan

31 kali di ulang dalam surah Ar-Rahman

\