Jumat, 12 Februari 2016

Anak Kecil Punya Hati kah ?

“ Ini anak pertama ya, Mbak ?, Kok beda ya dengan adiknya..kulitnya lebih gelap “
“Anak saya ini nakal banget, jeng..ga bisa di omongin, kerjanya main saja seharian”
“Aduh, bu..si Arif bener-bener beda! sulit banget ngerti pelajaran di sekolah, kalo abang nya..sekali aja dijelasin..langsung lengket tuh di otak. Pusing deh”




Para Bunda..pernah denger kalimat seperti ini, ga?. Di depan anak-anak itu langsung? Atau kita sendiri tanpa sengaja pernah melakukannya. Astaghfirullah..maafin bunda-bunda kalian ya, nak..

Saat menulis ini aku teringat sebuah kenangan. Waktu itu usia ku kira-kira 5 tahunan dan telah dikaruniai seorang adik perempuan berusia 2 tahun. Suatu hari Mama membawa ku dan adik ke rumah nenek yang letak nya cuman sekitar 2 kilometer dari rumah kami.  Sore yang indah, aku main kejar-kejaran dengan keponakan Papa di halaman. Seorang tetangga yang sampai saat ini masih ku ingat wajahnya datang menghampiri. Mama meminta ku menyalami beliau, sementara adik ku tertidur di pelukannya. Aku tak ingat apa awal pembicaraan mereka, tetapi ada sepotong kalimat ibu itu yang  yang merusak keceriaan dan semangatku untuk melanjutkan permainan. “Kok beda anak Uni ko? Kalam, beda bana jo adiak nyo”. Dia bicara sambil mengusap-usap kepala ku.Tapi belaian itu tak menghadirkan nyaman dihatiku.Menhimpit dan Berat. Mama menangkap tatapan kesal, sambil meraih tubuh kecilku kepelukannya , lalu berkata “ Kalam bana kan pintar ndak nak..alun masuak SD lah bisa mambaco”. Aku melayang, tubuh ku serasa ringan. Mama berhasil membuatku tersenyum dan kembali menyusul anak-anak lain yang masih main kejar-kejaran.

Terkadang sebagai orang dewasa kita lupa, bahwa anak-anak juga punya hati. Punya rasa malu jika kejelekan atau kenakalan mereka di umbar di depan orang. Ada rasa sedih dan kesal jika dibanding-bandingkan. Punya rasa cemburu jika kurang di perhatikan. Merasa senang dan semangat jika di apresiasi, sekecil apapun yang telah mereka lakukan.

Rasa malu, kesal, cemburu dan sedih lebih sering di ekspresikan dengan teriakan dan kenakalan-kenakalan. Mereka belum bisa berargumentasi. Dan, apa yang sering kita lakukan jika mereka sedang mengungkapkan rasa kesal itu? Ya, bentakan dan hardikan. Astaghfirullah. Maafkan Bunda lagi ya, nak..

Diawal pernikahan kita sering bermimpi menghadirkan generasi yang berkualitas, cerdas dan berkarakter. Tetapi ketika amanah itu telah Allah titipkan, kita lupa cara mewujudkannya. Kita mengaku sebagai kaum intelektual, tetapi kadang lupa bahwa anak kecil juga punya hati dan perasaan.

Berhati-hati sajalah, karna tak selamanya membunuh itu dengan benda tajam. Lidah yang tumpul pun bisa mematikan. Mari selalu kita hadirkan kasih sayang.


Demikian..

6 komentar:

  1. Entah kenapa sebagian orang tua suka berkata seperti yang uni contohkan? Saya ngalamin banget tuh dari balita sampai sekarang.masih di banding bandingin sama anak orang lain, depan.orang asing (bukan keluarga) Pula

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Feb..memang ga enak banget dibanding-bandingkan. Suatu hari uni pernah menghampiri anak kecil yang ngambek dibalik pintu. Usianya skitar 6tahun Uni tanya kenapa dia marah, dia jawab " Afif tak suka ibu cerita-cerita klo Afif nakal ke Tante itu".Saat itu ibunya memang lagi asik cerita "kelakuan anak" ke teman-teman arisannya..:)

      Hapus
  2. Orang tua blm mnyadari klo tindakannya kurang baik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mbak Rina..smg kedepannya kita bisa lebih menjaga perasaan anak-anak..

      Hapus
  3. Kebayang kalau dibalik... "Ibuku itu ya.. paling dech.. kalau lagi belanja baju diskonan... sampai lupa sama anaknya udah kemana..." kata seorang anak...
    "Hehe... hebat ibuku dong kalau belanja tinggal pake hape.. nggak repot2.. kekinian gitchu..."

    Coba rasanya gimana kalau dibanding2kan sama anak sendiri... hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehehe.. bener..bener,pasti ga enak banget dengernya..:))

      Hapus