Senin, 08 Februari 2016

Terbunuhnya Objek Wisata oleh "Pakuak"


Semakin hari roda kehidupan yang dilakoni semakin penuh tantangan dan hiruk pikuk. Jika tidak mau tergilas tentu kita harus bersabar dengan energi dan kalori yang terkuras selama menjalani rutinitas. Bosan, jenuh, tegang dan stress adalah adalah keadaan yang kerap hinggap. Nah, jika kondisi ini tidak cepat di  antisipasi, sudah pasti  akan bisa berpengaruh pada produktivitas.

Banyak cara yang dilakukan orang untuk menyegarkan jiwa dan fikiran, salah satu nya adalah dengan mengunjungi objek wisata, apakah untuk bersenang-senang atau sekedar menghibur diri dan keluarga, resreshing !

Menjamurnya tempat wisata saat ini, selayaknya bisa membuat kita senang. Upaya pemerintah daerah yang berlomba-lomba mengembangkan potensi wisata, tidak saja meningkatkan perekonomian, tetapi juga memberi kesempatan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk menikmati objek wisata dengan fasilitas memuaskan dan biaya terjangkau. 

Tetapi, ada hal menarik yang belakang ini diamati, yaitu tentang "hidup mati" nya sebuah objek wisata. Ada tempat yang selalu berbondong-bondong didatangi dan selalu menjadi tujuan wisatawan, dan ada juga yang di kunjungi sekali lalu tidak di rekomendasikan lagi. Kenapa?, sebetulnya bukan  pemandangannya yang tidak indah atau "kemasan" nya yang tidak paripurna, tetapi hal ini terjadi karna budaya "Pakuak Mamakuak" yang tidak bisa di tolerir pengunjung. 

Apa itu "Pakuak" ?. Mungkin istilah ini sedikit asing, karena merupakan istilah Minang yang belum dikenal semua orang. Tapi bisa di pastikan sering terjadi dimana saja.  Pakuak dalam bahasa Minang berarti jual beli yang dilakukan dengan harga yang tidak sewajarnya. Contohnya : Teh botol yang biasanya di jual seharga lima ribu rupiah perbotolnya, tiba-tiba harganya menjadi sepuluh ribu rupiah ketika kita beli di tempat wisata atau 4 orang makan nasi padang biasa cukup dibayar dengan selembar uang seratus ribu saja, tetapi pembeli tiba-tiba kaget ketika di meja kasir mendapat tagihan dua ratus ribu dengan menu dan porsi yang sama.

Ini fakta yang sering terjadi di tempat wisata, dan dilakukan oleh penjual yang tak bertanggung jawab dengan dalih " nama nya juga tempat wisata" atau ada juga yang dengan enteng nya beralasan "kapan lagi? mumpung lagi liburan". Mumpung lebaran, mumpung yang beli kelihatan kaya, mumpung yang beli orang bule atau mumpung mumpung lainnya yang tak berkesudahan. Akibatnya?, Pakuak dengan sukses membunuh hidup-hidup objek wisata tersebut. Pengunjung akan bicara dari mulut ke mulut tentang "dipakuak" nya mereka dan kendatipun masih ada yang mau berkunjung, mereka akan datang dengan membawa bekal dari luar, ga belanja di dalam. Hingga sering terdengar celetukan ibu-ibu pedagang " Payah kini, buk..rami bana urang, ndak ado nan balanjo" ( Susah sekarang, bu..kendatipun yang datang rame, tapi ga da yang belanja). Nah, ngefek banget tuh ke perekonomian. 

Jadi, rasanya patutlah ini menjadi perhatian bagi pemerintah daerah kedepannya. Agar upaya memajukan sektor pariwisata yang salah satu tujuannya meningkatkan perekonomian masyarakat dapat terwujud sebagaimana mestinya. Tentang bagaimana caranya, tentu ini menjadi tugas bagi pemerintah dan dinas terkait. Karna kasihan juga sama masyarakat ekonomi menengah kebawah, bisa-bisa pulang berdarmawisata bukannya jadi fresh malah kembali stress !

Demikian saja, semoga bermanfaat. 

5 komentar:

  1. Hehehe..iya, mbak..masyarakat masih suka aji mumpung tanpa memikirkan efek kebelakang. Trimakasih, mbak..sudah berkunjung :)

    BalasHapus
  2. Benar uni helen...harusnya setiap menu harus ada daftar harga..jd setiap penikmat/pembeli kuliner sebelum masuk sudah mengetahui harga..dan memesan sesuai dgn isi kantongnya...dimalioboro dulu juga seperti itu..tp skrg sudah wajib ada daftar harga disetiap menu yg dijual...

    BalasHapus
  3. Benar uni helen...harusnya setiap menu harus ada daftar harga..jd setiap penikmat/pembeli kuliner sebelum masuk sudah mengetahui harga..dan memesan sesuai dgn isi kantongnya...dimalioboro dulu juga seperti itu..tp skrg sudah wajib ada daftar harga disetiap menu yg dijual...

    BalasHapus