Rabu, 24 Februari 2016

Pesona di 32,5 Jam

Bismilah..

Disela gelegar petir dan derasnya hujan yang mengguyur bumi Padang, kucoba tuangkan perasaan yang hadir ketikaku berada diketinggian 35 ribu kaki diatas permukaan laut dengan burung besi. Meskipun pada saat itu kulihat penumpang banyak yang tertidur pulas karna menempuh perjalanan dimalam hari, justru fikiranku berkeliaran bebas. Rangkaian aksara seakan meloncat-loncat dibenakku, seperti anak ayam yang mencicit-cicit ingin dikeluarkan dari kandang. Tiba-tiba ku rindu pada benda yang belakangan rutin menemaniku, tapi sayang urung kubawa. Laptop ! Ku ingin menulisnya.

Perasaan atau hal apakah itu? Hingga malam ini aku masih ingin sekali menulisnya ?. Sebetulnya ini bukan tentang kekawatiranku diperjalanan. Insyaallah..tentang ini aku berserah. Sudah mulai terbiasa juga menempuh perjalanan sendiri. Jadi mengenai apa ? Ya, bener sekali. Ibroh atau Pelajaran yang ku temui.

Senin 22 Februari ku berangkat ke Jakarta. Ibukota negara, pusat perkantoran dan kementerian dinegara ini. Aku kesini dalam rangka memenuhi undangan ditjen Farmasi dan alkes Kemenkes RI untuk ikut diacara pembahasan materi pembekalan pelayanan kefarmasian. Ini adalah rapat paling keren yang kuikuti. Kenapa tidak ?, tidak semua Pharmacist yang berada di grassroot sepertiku bisa duduk disini, rapat bersama orang-orang luarbiasa yang kapabilitasnya dibidang kefarmasian tak usah diragukan lagi.

Adalah Pak Adji, seorang akademisi. Beliau pinter luarbiasa. Ilmu Farmasi Klinis agaknya sudah mendarah daging baginya. Coba saja diskusikan tentang sebuah kasus terapi, seperti sebuah literatur , praktek  dan kajiannya akan dijelaskan dengan bahasa yang mudah dicerna. Belum lagi ide-ide yang beliau munculkan serta ulasan terkait dunia kefarmasian  yang disampaikan, selalu brilian ! setiap kalimat punya landasan. Baik dari hasil penelitian maupun ataupun undang-undang.

Pak Elon, sosok humble,hangat dan cerdas. Ga akan ngrasa tegang jika berdiskusi dengan beliau. Suasana bisa diciptakannya menjadi akrab. Padahal klo difikir-fikir, bapak ini pejabat tinggi lho..tapi dari awal kumengenal beliau, yang hadir adalah motivasi bagaimana agar yanfar terlaksana dengan baik.

Bu Indah, senyumnya seindah namanya. Aku tidak sedang memuji, senyum bisa saja dibuat-buat, tapi keindahan hanya terasa jika ada tulus menghiasinya. Tahun 2012 pertama kali kumengenal beliau, sampai sekarang tulus itu masih terasa. Beliau menguraikan materi demi materi dipertemuan atau pelatihan, motivasinya terasa, nada bicaranya lembut, tegas dan jelas. Tidak menggurui tapi mengisi. Sehingga bagiku ada rasa malu jika balik dari pelatihan tidak segera melaksanakannya. Kharisma itu anugrah, dan tentang tulus, aku merasakannya..

Da Andri, beliau seniorku dulu dikampus. Meskipun pengalamannya sudah banyak, tapi bicara dengan  da Andri tetep asik..selera humornya tinggi, masih seperti dulu. Seperti yang kurasakan, da Andrie tidak tinggi hati. Termasuk ketika kemaren kali pertama kubertemu setelah beliau dilantik menjadi pejabat. Tetep, ..dia adalah da Andrie yang kukenal dulu. Santai..tapi bertanggungjawab.

Mbak Indri, kemaren kali kedua kubertemu. Perkenalan pertama dulu di Lombok, pada saat kemenkes juga mengadakan pertemuan apoteker dari berbagai propinsi di Indonesia. Dari sana sudah terlihat bahwa Mbak Indri adalah seorang Apoteker kreatif. Beliau mengasuh web konsultasi obat. Dan beberapa waktu lalu juga menyabet Platinum di ajang bergengsi, Farmasi berjaya disini. Sebagai Teman Sejawat saya turut bangga atas prestasinya. Tapi bagaimana seorang Indri ? kami tetep berjabat tangan hangat saat bertemu, seolah-olah kami ini adalah sahabat yang telah saling mengenal berpuluh tahun yang lalu. Kami sharing dan saling berbagi cerita. Adakah angkuh?, tidak..itu jauh dari sosoknya. Aku selalu pakai indikator untuk menilai hal ini. Apa itu? Hati ku..


Aku bersama Mbak Indri dan Bu Indah


Ada beberapa orang lagi hadir di rapat yang sangat berkesan ini. Mereka Orang-orang pintar dan rendah hati. Bu Helsy dengan gairah dan semangatnya, bu Lia dengan kelembutannya dan bu Heni yang penuh kharisma.

Tak ada adu pintar dalam rapat ini, yang ada adalah saling mendengarkan dan aju pendapat dengan santun minus tegang. Ga ada yang perang urat leher seperti di rapat-rapat lain yang sering kutemui. Ga ada yang berambisi untuk saling menjatuhkan. Ga ada yang dandan berlebihan, semuanya pas dan bersahaja.Ini adalah tim yang solid. Beberapa kali mengikuti lawatan bersama ibu dan bapak disini, rasanya tidak lagi berada dilingkungan pejabat yang kerap menjaga jarak dan sikap yang dibuat-buat. Bersama rasanya terasa dekat. Aku sangat menikmati dan merindukannya.

Inilah pelajaran yang kudapat di 32,5 jam perjalanan ke Metropolitan kemaren. Bagiku keren itu adalah seperti beliau-beliau. Pintar dan rendah hati. Bukan pintar tapi tinggi hati, apalagi sama sekali tidak pintar tapi sangat tinggi hati . Untuk poin yang ketiga ini, rasa-rasakan sajalah..jika itu ada pada diri , cepet buang ya..malu kita..Apa kata dunia nanti J


Sekian

6 komentar:

  1. Semoga kita juga bisa menjadi orang yang selalu rendah hati dan menyenangkan buat orang lain..

    BalasHapus
  2. Wah wah. Mantap ni. Smg farmasi klinis smkin berkembang. Amin.
    Salam sejawat :p

    BalasHapus