Sudah lama kumengenalnya. Seorang wanita gesit, enerjik dan kadang tampil maskulin. Jalannya cepat, tak gemulai seperti penari. Geraknya lincah, tak melambai. Manis dan ringan tangan. Murah hati dan hangat. Lahir dari keluarga utuh dan penuh kasih sayang. Bunga. Demikian ia biasanya dipanggil. Dua tahun lalu dikabarkan padaku kalau ia hendak menikah. Bahagia mendengarnya. Baarakallah.., bisikku saat memeluknya di pelaminan.
***
"Kapan kakak ada waktu?, Bunga mau bercerita", tanyanya lewat BBM.
"Cerita apa, Bunga? sepertinya penting banget" balasku penuh selidik.
"Berat, kak..Bunga ga tahan lagi". Ada nada sesak pada kalimatnya. Buru-buru kubalas, "Baiklah, kita ketemuan besok jam 11,00, jemput kakak, Nanti kita cari tempat yang nyaman". Kusentuh send dilayar Z10 yang setia menemani. Dalam waktu kurang dari satu detik, kuterima balasannya; "Ok, kak."
Setelah mengakhiri percakapan itu, hatiku diliputi tanda tanya. Masalah apa yang menimpa Bunga ?, bukankah mereka sekarang lagi bahagia?. Melahirkan anak setelah setahun penantian. Dianugerahi bayi cantik yang diberi nama Queen. Allah hadiahkan anugerah tak terhingga padamu, dinda. Tak semua orang merasakannya. Tapi hari ini mendadak ia menghubungiku, Tak biasanya wanita mandiri sepertinya berkeluh kesah jika bebannya tak begitu berat.
***
Suaranya bergetar, airmatanya mengalir tanpa mampu kubendung. Yang bisa kulakukan saat Bunga memuntahkan segala rasa yang menyesakkan dada hanyalah menggenggam tangannya, sesekali memberikan tisu untuk menghapus airmatanya. Syukurlah kami hanya berdua ketika itu, hingga tak ada yang melihat betapa bunga sangat bersedih.
Menurut penuturan Bunga, diawal pernikahan suaminya sudah bilang kalau dia belum siap memiliki anak. Inginnya, Bunga hamil setelah dua atau tiga tahun usia pernikahan. Keinginan itu bertolak belakang dengan harapan Bunga. Wanita manis ini mengimpikan segera memberikan cucu untuk orangtuanya yang sudah tua. Meskipun sebelumnya kakak Bunga yang sudah menikah juga sudah punya anak, tetapi Bunga ingin melihat ekspresi orangtuanya jika nanti ia melahirkan seorang bayi.
Dilematis, tetapi Bunga memutuskan untuk tidak "berjaga-jaga". Difikirannya, nanti jika ia hamil, pasti suaminya berubah fikiran. Bukankah anak adalah anugerah terindah dalam pernikahan?, jadi buat apa menunda, batinnya.
***
Gerimis sore itu begitu syahdu. Bunga bener-bener terharu, melihat dua garis merah tampak jelas di test pack yang baru saja digunakannya. Hatinya begitu girang dan bahagia. Buah cinta telah tumbuh dirahimnya. Bunga Hamil tepat tiga bulan usia pernikahan mereka. Buru-buru ia mandi dan berdandan rapi. Menanti sang kekasih hati untuk memberi kejutan atas berita bahagia ini.
"Saya kan sudah bilang, nanti saja hamilnya!. Saya belum siap dengan anak dan segala tetek bengeknya" bentak suaminya keras menggelegar. Hati bunga terasa sangat remuk, tubuhnya terasa melemah tak berdaya seperti kemumu digulai. Lunglai, ringsek, sakit. Hayalannya buyar. Tadinya ia berharap akan dipeluk dan melihat sumbringah senyum suaminya. Tapi tidak..ini beda!. "Apa yang salah ya, Robb?", desisnya. Tanpa berhasrat menjawab, ia berjalan ke kamar mandi. Wudhu', lalu mengadu pada-NYA.
***
"Sejak itulah dia berubah, kak. Bahkan ketika Queen lahir dia keluyuran entah kemana. Sampai saat sekarang, Queen sudah berusia satu setengah tahun. Sama sekali dia tak dekat dengan Ayahnya. Bagaimana bisa akrab, kalau setiap pulang kerja dia lebih suka bermain dengan gadgetnya dari pada bercanda dengan Queen. Padahal Queen sedang lucu-lucunya. Puncaknya sebulan yang lalu, ketika dia pulang dalam kondisi kusut dan sembrawut. Marah-marah tak jelas, Sebagai istri Bunga tetap menyiapkan makan malamnya. Tapi ketika Bunga bertanya, "sampai kapan ayah begini....", dia naik pitam, tangan kekarnya menampar Bunga. Queen terbangun mendengar pekik kerasnya. Apa lagi, kak?, biarlah semuanya berakhir, jika itu lebih menenangkan".
Sorot mata bunga berubah menjadi tajam. Harga dirinya bangkit. Tak tahu apa yang akan terjadi jika Queen tumbuh tanpa keluarga lengkap. Tanpa seorang Ayah layaknya anak-anak lain. Tapi ia tak tahan lagi. Buat apa mempertahankan ikatan pernikahan jika tiada lagi kedamaian. Bukan kah sakinah itu tujuan?
Kugenggam erat tangannya, kutatap ia lekat. Hanya sepotong nasehat yang bisa kusampaikan "Istikharahlah...mohon petunjuk pada-NYA, insyaallah akan ada jawaban dari-NYA. Selalu libatkan DIA dalam setiap keputusan".
Aku tahu ini berat baginya, tapi dua kata untuk suami yang telah menyia-nyiakannya : KUFUR NIKMAT!
Disela Rinai
Padang, 120416
***
Suaranya bergetar, airmatanya mengalir tanpa mampu kubendung. Yang bisa kulakukan saat Bunga memuntahkan segala rasa yang menyesakkan dada hanyalah menggenggam tangannya, sesekali memberikan tisu untuk menghapus airmatanya. Syukurlah kami hanya berdua ketika itu, hingga tak ada yang melihat betapa bunga sangat bersedih.
Menurut penuturan Bunga, diawal pernikahan suaminya sudah bilang kalau dia belum siap memiliki anak. Inginnya, Bunga hamil setelah dua atau tiga tahun usia pernikahan. Keinginan itu bertolak belakang dengan harapan Bunga. Wanita manis ini mengimpikan segera memberikan cucu untuk orangtuanya yang sudah tua. Meskipun sebelumnya kakak Bunga yang sudah menikah juga sudah punya anak, tetapi Bunga ingin melihat ekspresi orangtuanya jika nanti ia melahirkan seorang bayi.
Dilematis, tetapi Bunga memutuskan untuk tidak "berjaga-jaga". Difikirannya, nanti jika ia hamil, pasti suaminya berubah fikiran. Bukankah anak adalah anugerah terindah dalam pernikahan?, jadi buat apa menunda, batinnya.
***
Gerimis sore itu begitu syahdu. Bunga bener-bener terharu, melihat dua garis merah tampak jelas di test pack yang baru saja digunakannya. Hatinya begitu girang dan bahagia. Buah cinta telah tumbuh dirahimnya. Bunga Hamil tepat tiga bulan usia pernikahan mereka. Buru-buru ia mandi dan berdandan rapi. Menanti sang kekasih hati untuk memberi kejutan atas berita bahagia ini.
"Saya kan sudah bilang, nanti saja hamilnya!. Saya belum siap dengan anak dan segala tetek bengeknya" bentak suaminya keras menggelegar. Hati bunga terasa sangat remuk, tubuhnya terasa melemah tak berdaya seperti kemumu digulai. Lunglai, ringsek, sakit. Hayalannya buyar. Tadinya ia berharap akan dipeluk dan melihat sumbringah senyum suaminya. Tapi tidak..ini beda!. "Apa yang salah ya, Robb?", desisnya. Tanpa berhasrat menjawab, ia berjalan ke kamar mandi. Wudhu', lalu mengadu pada-NYA.
***
"Sejak itulah dia berubah, kak. Bahkan ketika Queen lahir dia keluyuran entah kemana. Sampai saat sekarang, Queen sudah berusia satu setengah tahun. Sama sekali dia tak dekat dengan Ayahnya. Bagaimana bisa akrab, kalau setiap pulang kerja dia lebih suka bermain dengan gadgetnya dari pada bercanda dengan Queen. Padahal Queen sedang lucu-lucunya. Puncaknya sebulan yang lalu, ketika dia pulang dalam kondisi kusut dan sembrawut. Marah-marah tak jelas, Sebagai istri Bunga tetap menyiapkan makan malamnya. Tapi ketika Bunga bertanya, "sampai kapan ayah begini....", dia naik pitam, tangan kekarnya menampar Bunga. Queen terbangun mendengar pekik kerasnya. Apa lagi, kak?, biarlah semuanya berakhir, jika itu lebih menenangkan".
Sorot mata bunga berubah menjadi tajam. Harga dirinya bangkit. Tak tahu apa yang akan terjadi jika Queen tumbuh tanpa keluarga lengkap. Tanpa seorang Ayah layaknya anak-anak lain. Tapi ia tak tahan lagi. Buat apa mempertahankan ikatan pernikahan jika tiada lagi kedamaian. Bukan kah sakinah itu tujuan?
Kugenggam erat tangannya, kutatap ia lekat. Hanya sepotong nasehat yang bisa kusampaikan "Istikharahlah...mohon petunjuk pada-NYA, insyaallah akan ada jawaban dari-NYA. Selalu libatkan DIA dalam setiap keputusan".
Aku tahu ini berat baginya, tapi dua kata untuk suami yang telah menyia-nyiakannya : KUFUR NIKMAT!
Disela Rinai
Padang, 120416
Astaghfirullah, semoga Allah berikan yang terbaik untuk Bunga, mudahkan urusannya ya Allah. (Ingin nangis, Uni)
BalasHapusAamiin..allahumma aamiin
Hapus.kita fikir tadinya kisah ini cuma ada di sinetron, tapi ada dikehidupan nyata. Makasih mbak, sudah berkunjung..
Semoga Allah karuniakan ketenangan dan katenteraman hati juga fikiran pada bunga, aamiin
BalasHapusAamiin..allahumma aamiin. Semoga begitu, Rifa..
HapusTrimakasih sudah berkunjung, mbak..
Nangis aku bacanya... kok ada ya lelaki seperti itu? Kufur nikmat... betul banget!!!
BalasHapusNangis aku bacanya... kok ada ya lelaki seperti itu? Kufur nikmat... betul banget!!!
BalasHapus