Selasa, 19 April 2016

Jodoh dan Status Facebook


Hai gayes...apa kabar ?
Kali ini saya pengen menyapa jomblowan dan jomblowati yang sedang menanti dan mencari. Wah, nyari apaan sih? sepertinya serius banget. Bener, ini memang bahasan serius, menyangkut masa depan. Wadduuuuuuh. 

Sebagaimana judul di atas, kali ini kita akan bicara tentang jodoh. Meskipun bahasan ini rada-rada sensitif, tetapi tetep saja bikin mata agak sedikit terbuka jika menyimaknya...hehe (based on pengalaman dan pengamatan pribadi). Dulu (ketika belum menikah), sayapun begitu. Saat materi sebuah pengajian tentang munakahat atau topik-topik lain yang dekat dengan dunia perjodohan diberikan, selalu membuat lingkaran kecil yang merenggang menjadi rapat. Fikiran yang tadi melayang kesana kemari, tiba-tiba menjadi kompak dengan mata dan telinga. Mendengar baik-baik rangkaian kata yang disampaikan pemateri, persis seperti pecandu bola yang begitu khusuk menanti detik-detik gol. Analoginya ga pas ya? hehe. Ya sudahlah, yang penting bisa dibayangin kan ya?

Jodoh dan Status Facebook, apa pula ini?

Saya ada cerita!
Alkisah di sebuah kota kecil, sepasang suami istri dikejutkan oleh kedatangan seorang pria tampan dari pulau seberang. Meskipun sebelumnya anak gadis mereka telah menceritakan sekelumit kisahnya diperantauan, tetapi tetap saja ayah dan ibunya takjub. Tidak menyangka, seorang pria mau datang menemuinya seorang diri hanya untuk melamar anak gadisnya. Menempuh perjalanan jauh lagi. 

"Kamu sudah lama kenal sama Nisa?", tanya sang ibu penasaran.

"Kenal langsung belum sih, bu. Baru seminggu ini kami diperkenalkan. Tapi saya sudah lama memperhatikan anak ibu"

"Memperhatikan? Bagaimana caranya? Bukankah kalian tidak tinggal di kota yang sama?". Kali ini si ayah yang ikut menimpali.

"bener, Pak. Awalnya saya tertarik dengan status-status anak bapak di facebook. Dari kalimat yang ditulisnya saya yakin kalo Anisa adalah gadis positif. Ga satupun saya temukan umpatan atau kata-kata buruk. Jika sesekali dia share postingan atau aktifitasnya, selalu bermanfaat buat orang lain. Saya stalking semua tentangnya, mengobrak abrik siapa saja temannya. Bagaimana komentar-komentarnya menanggapi sesuatu. Semakin lama saya menjadi semakin tertarik. Dia pintar, pergaulannya positif" jelas Rafli panjang lebar. Mendengar cerita penuh semangat itu, memancing gelak tawa suami istri tadi. "Ada-ada saja anak muda sekarang", batinnya.

"Anak muda, kenapa semudah itu kamu percaya? itu kan dunia maya, bisa saja Anisa putri kami tidak sebaik yang kamu kira. Bikin status bagus dan positif semua orang juga bisa". Masih sambil tertawa Ayah Anisa menanggapinya.

"Bukan seperti itu, Pak. Sebagai pria yang sudah siap untuk menikah, tentu saya juga tidak semudah itu menjatuhkan pilihan. Sudah pasti saya juga punya kriteria. Karena saya saat ini tidak saja sedang menyeleksi calon istri, tetapi juga sedang memilihkan ibu untuk anak-anak saya yang dilahirkannya nanti", Rafli kembali berargumen. Kali ini Ayah Anisa tak lagi tertawa, tapi mulai serius menanggapi.Posisi duduk sedikit dirubah lelaki enampuluh tahun ini. Beliau mulai simpatik. Sepertinya anak muda ini bukan dalam fase buta karna cinta. Tapi "cukup berisi" fikirnya. 

"Setelah stalking facebooknya Nisa, saya putuskan untuk mendekati teman-temannya. Sedikit menyamar saya tanya pada mereka pribadi Anisa itu bagaimana, pemahaman agamanya seperti apa. Bukankah untuk mengenal seseorang kita bisa berkaca pada teman dekatnya?. Semua teman-temannya bercerita kalau Anisa adalah gadis yang aktif, pintar dan baik. Dari situlah saya merasa yakin bahwa Nisa adalah gadis yang saya cari. Lewat seorang teman kami diperkenalkan. Singkat, tapi hati saya mantap. Akhirnya Nisa menantang kesungguhan saya, meminta untuk menemui bapak dan ibu kesini jika betul-betul serius  ingin menikahinya. Hingga sampailah saya disini, Pak. Dan untuk keluarga saya, semua sudah setuju"

Singkat cerita, selang dua bulan setelah itu Nisa dan Rafli menikah. Sekarang mereka hidup dibaluti sakinah, cinta dan rahmah.

***
Kisah diatas bukanlah hayalan belaka, tapi nyata adanya. Sebuah kisah romantis yang diawali dengan adab. 

Media sosial seperti facebook memang bukanlah apa-apa, tetapi ketika berselancar di dunia ini, juga ada adab-adabnya. Berkata kasar, sumpah serapah, mengumpat akan memperlihatkan siapa pribadi kita. Mungkin ada juga yang bilang " lebih baik apa adanya daripada berpura-pura". Itu bener. Tetapi sikap jorok, kasar tentu bikin orang ilfeel duluan. Mengupload foto-foto selfi dengan memonyongkan bibir dan menyipitkan mata, mungkin ada juga sih yang suka, tetapi cuma untuk dilihat saja, untuk dijadikan istri seorang pria yang baik akan fikir-fikir dulu. Saya pernah menanyakan ini pada teman laki-laki yang notabene berlabel seorang playboy, " Cewek-cewek seperti itu pasti menarik lah ya..bagi pria". Lalu dengan santai dia jawab , "klo untuk dilihat-lihat dan dibawa main sih asik..tapi untuk dijadiin istri ga deh". Helllowww, itu yang bilang cowok.

Aturan ini sebetulnya bukan berlaku buat wanita saja. Pria tentu juga harus bisa bersikap santun dimana saja berada. 

Jadi apa kesimpulannya? JAGA SIKAP! karna tidak ada yang tahu, kalau saat ini ada yang stalking facebook mu wahai jomblowan dan jomblowati. Bisa jadi kisah kalian seperti Nisa dan Rafli. 

Sekian.

2 komentar:

  1. Justru, saya harus hati-hati. Kalau ada yang lamar, kan, gak lucu ending ceritanya.

    Nisa kebetulan aja udah dewasa, kalau sempat ternyata seumuran sama saya, bisa galau tuh si Rafli. Yang dia stalking malah bocah baru gede. Wuehehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahha..si Raflinya kan udah siap menikah, yang di intip2nya ya yang udah mateng juga dunk...kelamaan klo nunggu anak SMP spt Neng Audrey..hihi..

      Hapus