Luka itu sudah kubalut, tak perih lagi, dan jaringan baru telah terbentuk. Kamu tak usah khawatir, tidak terjadi infeksi, hanya saja sobeknya meninggalkan bekas. Meskipun ku telah berupaya menghilangkannya, tetapi tetap saja sulit dilupa.
Hari ini, dari pulau yang berjarak puluhan kilometer dari kampung halaman, di sebuah gedung mewah berlatarkan pemandangan yang menakjubkan, lirihku ucapkan hamdalah sebagai rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan. Sembari tersenyum sedikit sinis, kuhembuskan nafas perlahan dan berkata, "terimakasih atas torehan perih itu Nyonya!. It's me". Wajah teduh lelaki yang baru seminggu menemani hidupku tiba-tiba sumbringah, ketika erat kurangkul lengannya. Sungguh, janji Allah pasti. Sosok seperti dialah yang kubutuhkan. Menenangkan, bukan menambah lelah jiwa.
***
Lima tahun yang lalu.
"Aku serius mau menikahimu, Merpati cantik. Tapi sebelum meminang , ku ingin perkenalkan kamu pada Mami. Mau kan?", pinta sahabat yang dua bulan belakangan menyatakan cintanya padaku. Hati perempuan mana yang tak bahagia, merekah, merona bak kelopak mawar ketika lelaki yang selama ini diam-diam dikagumi mau meminang? Andaikan saat itu tiada orang lain, ingin ku berteriak, " Duniaaaaa...aku bahagiaaaa", lalu menari sambil menyanyi, lari-lari kecil dari pohon ke pohon. Sayang, ini bukanlah film India.
Hari ini ku berdandan cantik. Gaun terindah yang kupunya memang sangat sederhana. Gaji sebagai karyawati di perusahaan swasta tidaklah seberapa, sementara kedua orang tua dan adik-adik juga harus dibiayai, jadi mana mungkin kubisa berlagak seperti gadis-gadis pada umumnya?. Syukurlah, gaun yang kubeli jelang idul fitri tahun kemaren ini masih kelihatan bagus. Sambil memoleskan lipgloss berwarna netral di seulas bibir, aku siap menanti Mas Tomy, mantan senior yang sejak semester dua semasa kuliah dulu sudah mencuri hati.
Sebuah mobil mewah terparkir didepan teras rumah semi permanen kami, tampak sangat kontras sekali dengan pemandangan disekitarnya. Aku tahu, dikiri kanan banyak tetangga yang ingin tahu. Siapakah gerangan pria necis yang menjemputku?, tapi biar sajalah, nanti mereka juga akan kuberi tahu. Setelah pamit pada si Mbok dan Abah, kami berangkat, semua tentang Mas Tomy juga sudah kujelaskan. Meskipun banyak keraguan yang ku tangkap dari kedua pasang mata orang yang paling kusayang. Tapi beliau mengizinkan dengan sejuta wejangan.
Malam penuh harapan, tapi dari sinilah perih itu dimulai.
#Fiksi
(bersambung)
Mb helen keren juga fiksinya
BalasHapusPenasaran
Tapi belum bisa bikin analogi yang pas, mbak..masih belajar..hehe
HapusHmm... kisah seru dgn si Nyonya... ini keren pastinya
BalasHapusInsyaallah, Mbak Indri..dicoba. Ini menjawab tantangan mbak indri waktu itu..:). Meskipun belum sekeren Kang Giwa..hehe
HapusPasti seru ni
BalasHapusMakasih Dew..udah mampir..:)
HapusSiapalah nyonya itu?
BalasHapusBaiklah... Aku menanti...
BalasHapusaku juga menanti pertemuan dg camer yg horor
BalasHapus