Saat-saat paling indah adalah ketika bisa mengikuti setiap step tumbuh kembang anak. Mulai ketika ia belajar tersenyum, telungkup, merangkak, sampai ketika sepatah kata terucap dari bibir mungilnya.
" miiiii..."
" biiiiii..."
Subhanallah, itu adalah sebuah kebahagian luar biasa yang dirasakan ibu dan ayah ketika pertama kali mendengarkannya. Bersyukurlah atas segala anugrah.
Seiring berjalannya waktu, anak terus bertumbuh dan berkembang. Sebagai orang tua tentu kita juga harus bersiap-siap menambah ilmu untuk mengiringinya. Kenapa? Karena mereka hidup di zaman yang sungguh berbeda dengan orang tuanya.
Dulu, sampai tahun 90-an, seorang anak yang duduk manis diatas bantal akan spontan beranjak ketika ibunya menegur, "jangan duduk diatas bantal, nak. Nanti kamu bisulan", Ga akan pernah terdengar pertanyaan: " kok bisa bisulan, mi?. Gimana caranya, kan bantal ini bersih". Pertanyaan kritis itu jarang sekali muncul, dan ibu-ibu juga ga perlu kalang kabut nyiapin jawaban yang bisa dicerna sang anak.
Atau saat ibu bilang "Duuuuuh, kamu jangan tidur telungkup. Mau, ibu mati?"
Anak tidur telungkup apa hubungannya dengan kematian ibu?, ga nyambung amat. Tapi begitulah dulu cara seorang ibu menakut-nakuti anaknya. Agar dada tidak sakit atau apalah, tetapi bisa dipastikan kalau anak akan segera merubah posisi seketika tanpa banyak bertanya kenapa begini dan begitu.
Itu dulu, ga cocok lagi diterapkan dalam mendidik anak-anak sekarang. Zaman telah berubah.
Suatu hari kami sangat terkejut ketika Fatih (3,5 tahun) tiba-tiba bilang :
" Fatih ga sayang sama Allah. Allah itu mayah-mayah (marah versi cadel Fatih) aja kerjanya". Wadduh? kami tiba-tiba terpana.
Rupanya setelah difikir-fikir, ternyata Fatih bilang begitu karena salah kami juga. Setiap kali melakukan kesalahan, seperti ketika ia ga mau 'cebok' setelah pipis, pegang alqur'an ga baik-baik, gangguin orang sholat, ngomong keras atau hal-hal tak baik lainnya, sering banget dibilangin begini : "Jangan, nak...nanti Allah marah"
"Habis pipis dibersihin pake air, kalau tidak Allah marah"
"Jangan gangguin si Oma sholat ya, nak..nanti Allah marah"
"Itu Alqur'an, sayang..pegangnya baik-baik. Kalau sobek nanti Allah marah"
Ternyata kalimat Allah marah dan Allah marah lagi lah yang membuat Fatih kecil berfikir kalau Allah itu suka marah-marah. Nah..munculah kalimat dari mulut mungil Fatih seperti tadi, yang pastinya membuat orangtua harus menyusun kata, membersihkan fikiran anak agar tidak menganggap Allah pemarah lagi.
Jadi, anak-anak sekarang beda bukan?
Setiap hari ada saja pertanyaan kritis dan celotehan ajaib dari dari balita abad 20-an. Bagaimana mungkin orangtua bisa mendidik dengan baik jika tidak dibarengi dengan ilmu dan kesabaran, plus mengaplikasikannya. Ga lucu juga kan, jika puluhan buku dan seminar Parenting Skill dipelajari, tapi saat kepepet suka khilaf, lupa teori.
Jadi orangtua berat memang. Apalagi jika anak hampir seusia. Ditambah lagi jika ibu ada aktivitas diluar rumah yang menguras energi. Memainkan tiga peran sekaligus , sebagai ibu, sebagai istri dan wanita bekerja bukanlah perkara mudah. Sepuluh jempol buat yang bisa melakoni peran-peran tersebut dengan baik.
Tetapi, bukankah imbalan menjadi orangtua yang mampu mendidik anaknya dengan baik adalah surga? bahkan juga ada bonus berupa pahala yang tiada terputus jika berhasil menjadikan cahaya mata kita sholeh dan sholehah. Doanya menembus langit. Subhanallah..
Maha Suci Allah dengan segala kebesarannya.
Mari perbanyak rasa syukur dengan cara menjaga amanah terindah Allah sebaik-baiknya. Mendidik dengan ilmu. mendidik dengan sabar. Mendidik dengan ketulusan hati. Insyaallah..surga menanti.
*Ramadhan 09, 1437H*
LUcu mbak aku mbayangin si kecil bilang mayah mayah
BalasHapusanak-anak memang selalu mengingatkan kita dengan kata-kata polos mereka ya mbak
Iya, mbak Wiwid..Uni juga sering terkaget2 denger celotehan balita sekarang..
HapusMakasih ya, mbak..atas kunjungannya..