Siang itu kami dikejutkan oleh tangisan tiba-tiba salah seorang bidan di Puskesmas. Dengan terbata-bata seorang ibu yang ku kenal sangat perhatian pada anak-anaknya ini bilang sambil menangis, " Dito kecelakaan, sekarang ga sadar. Dibawa ke Rumah sakit M. Djamil Padang". Sedu sedannya membuat semua resah, dan terbawa perasaan. Bagaimana tidak, Ni Nai (demikian biasanya bidan ini di panggil) bekerja di kota yang cukup jauh dari rumahnya. Berdomisili di Padang dengan jarak sekitar 45KM dari puskesmas tempat kami sama-sama bekerja.
Suasana menjadi riuh karna sang ibu yang tidak tahan mendengar kabar buruk ini terus menangis. Sembari menunggu ambulans puskesmas yang bersedia mengantar ni Nai ke Padang, kami terus berupaya menenangkan. Tapi mana mungkin perasaan seorang ibu bisa tenang jika mendapat kabar seperti itu. Apalagi belum ada keluarga yang menyusul Dito ke rumah sakit, sementara sang ayah juga diluar kota. Wajar saja jika air putih yang ku berikan ditepis, "Uni ndak bisa minum doh, Len", tersedu dia berkata.
Tiba-tiba ku teringat pada teman yang bekerja di RS. M Djamil, dan beberapa teman yang lain juga berinisiatif menelfon pihak IGD RS. Tujuan kami semula adalah, untuk memastikan kondisi Dito, siswa SLTP yang dikabarkan kecelakaan.
Setelah berhasil dihubungi, kami mendapat kabar bahwa saat itu tidak ada pasien IGD yang bernama Dito. Kemudian dapat lagi informasi kalau tidak ada siswa kecelakaan yang masuk IGD. kami terkesiap. Ini pasti ada yang tidak beres. Kami tanya sama ni Nai, " apakah orang yang menelfon suami Uni ada minta uang?", ternyata memang begitu adanya. Kepada sang ayah, orang yang menelfon mengatakan minta ditransferkan sejumlah uang untuk membeli alat guna penanganan korban di rimah sakit. Darurat, begitu suasana yang digambarkan
Demi mendengar sepenggal penjelasan tadi, kami yakin. Ini adalah penipuan. Akhirnya Dito bisa dihubungi. Dia baik-baik saja. Uang 15 juta selamat.
Kejadian yang sama juga pernah dialami oleh Uni Mardalena di Puskesmas Marunggi. Dzaki anaknya yang sekolah di tempat suami saya mengajar, dikabarkan orang yang tidak dikenal telah mendapat kecelakaan dan sedang kritis di rumah sakit. Persis seperti yang dibilang pada suami Ni Nai diatas, si Penipu juga minta dikirimi uang 15 juta. Dia detail sekali menyebutkan nama alat yang dibutuhkan untuk menangani korban kecelakaan tersebut. Suasana juga dibuat panik. Bahkan saat itu ni Len sudah sampai di bank untuk mentranferkan uang sejumlah 15 juta yang diminta. Syukurlah, Allah menyelamatkan. Antrian teller rame, sehingga ni Len mulai bisa berfikir jernih. Meminta ku menelfon suami guna memastikan kondisi Dzaki.
" Uda, Dzaki kecelakaan, sekarang kritis. Bisa uda pastikan keadaannya?", tersengal kutanya via telfon. Dengan tenang uda menjawab " barusan Dzaki lewat di depan kantor Uda sama teman-temannya. Dia baik-baik saja, Yang", jawab Uda. Secepat kilat ku tutup telfon dan kembali menelfon ni Len.
"Uangnya sudah Uni transfer?,
"Belum, Len..masih antri"
"Alhamdulillah, ini penipuan,ni. Dzaki baik-baik saja".
Allahuakbar. Selamatlah. Kesannya ini penipuan sederhana, tak mudah mengecoh orang. Tetapi faktanya, kabar buruk seperti ini dapat mengobrak abrik perasaan orang tua terutama ibu. Sehingga sulit sekali berfikir dengan tenang.
Berhati-hati sajalah jika mendapat kabar seperti ini.
Semoga bermanfaat
Kejam menang para penipu tu
BalasHapusiya, mbak wiwid..bikin cemas semua orang..
Hapus