Bicara tentang Jabatan dan Pejabat, seperti tidak bisa terlepas dari kritik dan saran. Kenapa? Karna itu adalah semacam bunga-bunga yang akan mewarnai masa sepanjang menjabat dan mampu membentuk wilayah kekuasaan yang di naungi menjadi taman penuh kenangan. Lho? Kenangan?..ya, Bukan kah jabatan itu tidak abadi. Suatu saat pasti jadi kenangan. Pasti!
Sebagai Pejabat terutama pejabat publik, untaian kalimat yang terlafaz akan senantiasa disimak. Banyak penyimaknya. Layak lah jika Pejabat di katakan sebagai Decision Maker. Orang akan menunggu-nunggunya. Jadi dibutuhkan pertimbangan yang akurat sebelum membuat sebuah pernyataan. Salah-salah narasi, bisa saja menjadi bumerang dan melukai. Setidak nya itu lah yang sering terjadi belakangan di tanah air tercinta ini. Asal bicara!. Wajar jika orang- orang heboh, entah terungkap di dunia maya atau pun nyata. Kadang-kadang seperti ada semacam ketidaksiapan yang terpampang. Karna tidak semua posisi juga terbereskan dengan istilah "learning by doing". Pengalaman dan kesiapan mental adalah harga mati sebuah jabatan.
Tapi kembali ke konsep awal, gejolak..kritik dan saran adalah "bunga-bunga jabatan". Jangan terlalu reaktif dan hilang keseimbangan. Tetap lah belajar jika jabatan telah sampai di tangan. Dan, jangan lupa..tetap lah "mendengarkan", karna dengan demikian bapak dan ibu pejabat akan menjadi ulil amri nan mumpuni. Insyaallah..
Jum'at Barokah ; 290116
Saya garis bawahi yang kelimat terakhir tentang "Tetap belajar, tetap mendengar". Saya sangat sepakat seorang pemimpin/pejabat harus selalu belajar dan selalu mendengar karena di pundaknyalah amanat dari Allah dan rakyat di berikan... :-) dan juga "Tetap belajar, tetap mendengar" juga harus dilakukan oleh semua masyarakat... :-)
BalasHapusSetuju, Mas Heru..saling belajar dan mendengar baik pemimpin dan masyarakat adalah modal untuk menjadikan bangsa ini lebih baik. Terimakasih, mas..sudah berkunjung.
Hapus