Memandangi wajah siswa siswi yang seangkot dengan ku pagi ini, mengembalikan ingatan pada kenangan ketika aku sebaya mereka. Masa dengan penuh kelucuan, kepolosan dan kenakalan. Sekolah, main..sekolah, main. Ga da yang dijadikan beban. Riang, suka-suka. Sesekali merajuk, lalu dalam hitungan menit tertawa lagi setelah dibujuk.
Bicara tentang masa kecil, ada tingka yang sangat berkesan dan penuh kenangan, yaitu tentang Sholat. Rukun Islam yang sangat ditekankan mama pada ku. Sejak usia 5 tahun aku sudah terbiasa sholat. Mama sholat, aku juga ikut sholat. Mama selalu mengingatkanku, " Sholat dulu, Nak..Sholat dulu, Nak " ,setiap kali kularut dengan permainan. Alhamdulillah, lama-lama menjadi kebiasaan. Ga perlu disuruh-suruh lagi jika waktu sudah masuk, aku kecil akan beranjak sholat. Tapi ada satu sholat yang sering bahkan sedikit kulakukan. Lebih banyak ketinggalan daripada kulaksanakan. Sholat Isya. Sampai kelas empat SD sholat ku cuma empat waktu. Subuh, Zuhur, Ashar dan Magrib. Isya?..Bolong. Kenapa?..Karna ku selalu mengantuk ba'da magrib. Selalu tertidur,teratur sekali tidur ku. Sebelum waktu Isya masuk, aku telah terlarut dalam buaian mimpi. Meskipun mama sering menasehati bahkan memarahiku, tetap saja sholat yang satu ini bolong.
Pernah suatu kali mama membangunkan dan memaksa ku wudhu, lalu aku sholat dengan mata tertutup, cepat dan setelah itu melompat lagi ketempat tidur. Kebayang kan betapa bandel nya aku?.
Suatu hari, Tek Gadih tetangga ku datang ke rumah bersama suami dan anak nya Ipit. Ipit teman sekelas ku. Kami sama-sama kelas empat waktu itu. " Uni, Awak sama Uda mau ke Pekan Baru, mungkin seminggu. Jadi kalau si Ipit Awak titip disini ga apa-apa, Ni? ".
"Ga apa-apa, lagian kan bisa bareng Helen ke sekolah" sambut Mama. Aku girang banget. Punya kawan main. Meskipun punya adik, tapi pada saat itu rasanya lebih enak main sama teman dari pada bersenda gurau sambil mengasuh adik. Ah, aku tak suka.
Hari pertama Ipit menginap.Ba'da magrib seperti biasa mata mulai berat. Ku bilang sama Ipit kalau mau segera tidur. Lalu Ipit bilang " Sholat Isya dulu, Len..setelah itu baru tidur". Aku ga mau. Ipit bilang " masa sholat helen empat, kata bu Is guru Agama sholat wajib itu kan lima". Hmmmm, malu. Akhirnya dengan langkah berat saat adzan isya ku ikuti langkah Ipit. Wudhu dan Sholat.
Hari Kedua,ketiga,keempat sampai ketujuh, Sholat ku Lima waktu. Mama sampai terkagum-kagum melihat perubahan ku. Bahkan sampai Ipit dijemput ibu nya kembali, mata ku tetap bersahabat. Ga buru-buru tidur ba'da magrib. Sholat Isya dulu.
Alhamdulillah..dahsyatnya pengaruh sahabat.
Meskipun pada saat itu aku belum mengerti arti sahabat sholeh, tapi kenangan itu sangat memberkas sampai sekarang diingatan. Bahkan, lebaran kemaren ketika jumpa dengan Ipit, ku ceritakan pada anak-anak nya tentang ibu mereka. Tentang sholat, dan tentang kedisiplinan. Boleh saja awalnya dari keterpaksaan, tapi Alhamdulillah sampai dewasa kebaikan itu menjadi kebiasaan.
Ini cerita tentang sahabat kecil ku..
Bagaimana dengan Sahabat mu?
-Pagi On the Road ; 270116
Jadi bener banget kalau temen itu bisa mempengaruhi tingkah laku kita ya, mbak..
BalasHapusSemoga kita senantiasa diberi teman-teman terbaik dan berguna..
Aamiin..allahumma aamiin.
HapusBelum di edit dah di baca bang Syaiha..hehe, maluuu..banyak salah nya. Tp gpp lah, besok lebih teliti lagi sebelum d share..:)